Kamis, 25 Januari 2007

Gus Dur Sudah Ramalkan, Mantan Ajudannya, Sutarman Jadi Kapolri

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Suatu pagi di tahun 2005 media cetak nasional memberitakan perihal mutasi perwira tinggi di tubuh Kepolisian Republik Indonesia, sesuatu yang normal dan rutin terjadi sebagai bentuk penyegaran dan proses regenerasi. 

Sudah menjadi kebiasaan rutin Gus Dur untuk mendengarkan perkembangan terkini dari berita-berita yang dibacakan oleh ajudan atau santrinya di pagi hari, sambil melayani para tamu yang berdatangan di rumahnya, di bilangan Ciganjur Jakarta Selatan. 

Gus Dur Sudah Ramalkan, Mantan Ajudannya, Sutarman Jadi Kapolri (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Dur Sudah Ramalkan, Mantan Ajudannya, Sutarman Jadi Kapolri (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Dur Sudah Ramalkan, Mantan Ajudannya, Sutarman Jadi Kapolri

Salah satu perwira yang mendapat promosi adalah mantan ajudan Gus Dur ketika menjadi presiden, Kombes Pol Sutarman yang naik pangkat menjadi Brigjend Pol dan menjabat sebagai Kapolda Kepulauan Riau. Karena secara langsung pernah berinteraksi dengan Gus Dur, berita tersebut juga dibacakan di hadapan Gus Dur. Kebetulan, yang menemani pagi itu Nuruddin Hidayat, salah seorang santri Gus Dur.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Nuruddin: “Pak, Pak Tarman dilantik jadi Kapolda Kepri, naik pangkatnya jadi bintang satu.” 

Gus Dur : “O…ya, sebelumnya dia tugas dimana?  

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Nuruddin: “Di Polda Jatim Pak, terakhir sih Kapolwil Surabaya, nek mboten klentu (kalau tidak keliru),”

Nuruddin: “Pak Tarman niku (ini) ajudan sangking (dari) polisi yang terakhir gih (ya) Pak?  

Gus Dur: “Ya, Sutarman gantiin Pak Halba” 

Nuruddin: “Pak Tarman niku priyantun pundi (asalnya dari mana) Pak?”

Gus Dur: “Pak Tarman iku wong (orang) daerah sekitar Solo situ, tepatnya dimana, saya ngak tahu.”

Sejenak Gus Dur terdiam beberapa orang yang mengobrol bersamanya juga terdiam, menunggu mungkin ada satu hal penting yang diucapkan oleh Gus Dur.

Lalu…

Gus Dur: “Pak Tarman itu orang desa biasa bukan dari kalangan orang kaya, tapi mengko bakale dadi Kapolri” (Pak Tarman itu orang biasa dari desa bukan anaknya orang kaya, tapi nanti dia akan jadi Kapolri)”

Nuruddin: O…nggaten toh Pak (oh, begitu ya)……

Diam-diam Nuruddin pun mencatat ucapan Gus Dur dalam memorinya dan mengikuti terus tour of duty-nya Jendral Pol Sutarman. 

Sutarman, lulusan Akademi Kepolisian 1981 ini mengawali kariernya di Kepolisian pada 1982, sebagai Kepala Staf Lalu Lintas Kepolisian Resor Bandung. Dalam waktu yang tidak lama, ia sudah menjadi Kepala Kepolisian Sektor Dayeuh, Bandung. 

Kariernya melejit setelah menjadi ajudan Presiden Gus Dur pada 2000. Tahun 2004 sudah menjadi perwira menengah dan dipercaya sebagai Kepala Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya

Setelah ramalan Gus Dur tersebut, ia terus berkibar, menjadi Kapolda Kepulauan Riau, Kepala Sekolah Calon Perwira, Kapolda Jawa Barat, Kapolda Metro Jaya, sampai akhirnya menjadi Kepala Badan Reserse Kriminal Polri sejak 6 Juli 2011 dan dilantik menjadi Kapolri pada 25 Oktober 2013. 

Saat nama Sutarman disebut-sebut sebagai calon Kapolri di media, Inayah Wahid, putri terakhir Gus Dur bersama Nuruddin Hidayat, berkunjung ke kantor redaksi Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kami asyik membicarakan sejumlah kisah kewalian Gus Dur ini, salah satunya kisah perjalanan karier Sutarman.

“Kita lihat saja bagaimana prosesnya, nanti kalau sudah benar-benar dilantik jadi Kapolri, baru kita tulis.” begitu kesimpulan bersama dari obrolan tersebut, dan ternyata, apa yang pernah diomongkan oleh Gus Dur tersebut benar. (mukafi niam) 

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pemurnian Aqidah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 15 Januari 2007

LBMNU Probolinggo Soroti Terjemah Al-Qur’an MMI

Probolinggo, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Cabang Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBMNU) Kabupaten Probolinggo sangat menyayangkan terjamah tafsiriyah oleh Al-Ustads Muhammad Thalib dari Pengurus Pusat Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Pasalnya dalam terjemah tersebut banyak arti Al-Qur’an yang dinilai tidak sesuai.

Demikian disampaikan oleh Ketua PC LBMNU Kabupaten Probolinggo Abd. Rohman Nabrowi kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Rabu (1/1). “Kesalahan awal sudah bisa kita lihat di ayat pertama Surat Al Fatihah. Arti yang seharusnya yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang berubah menjadi yang Maha Luas. Kalau arti surat Al Fatihah saja sudah banyak yang salah, apalagi surat-surat yang lain. Hal ini tentu masuk dalam pengaburan isi Al-Qur’an,” ungkapnya.

LBMNU Probolinggo Soroti Terjemah Al-Qur’an MMI (Sumber Gambar : Nu Online)
LBMNU Probolinggo Soroti Terjemah Al-Qur’an MMI (Sumber Gambar : Nu Online)

LBMNU Probolinggo Soroti Terjemah Al-Qur’an MMI

Menurut Abd. Rohman, terjamah tafsiriyah ini merupakan koreksi dari terjemah Al-Qur’an yang dibuat oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.“Namun setelah saya telaah dan koreksi, banyak isi tafsiran yang mengkaburkan terjemah Al-Qur’an itu sendiri dan bisa dinyatakan kesalahan,” tegasnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Abd. Rohman dengan tegas baik atas nama pribadi dan atas nama organisasi akan menggugat isi terjemah Al Qur’an yang telah mengaburkan isi Al-Qur’an. “Saya siap kapanpun membedah kesalahan terjemah ini di forum terbuka. Gugatan ini perlu untuk disampaikan karena menyangkut masa depan generasi muda bangsa. Sebab dikhawatirkan nantinya ada penafsiran yang salah ketika membaca terjemahan ini,” terangnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Oleh karenanya Abd. Rohman meminta kepada pihak Kemenag RI untuk menghentikan peredaran terjamah tafsiriyah ini karena dikhawatirkan akan menyesatkan umat muslim yang membacanya, terutama generasi muda.

“Mohon Kemenag RI berlaku arif terhadap beredarnya terjamah tafsiriyah ini. Saya menyatakan siap untuk bertanggung jawab atas koreksi yang saya lakukan karena ini menyangkut ideologi dan keyakinan. Kalau tidak percaya silahkan baca sendiri terjemahan isi Surat Al Fatihah,” terangnya.

Menurut Abd. Rohman, jika ada pihak yang diam dan membiarkan hal ini sama saja dengan juga ikut mengkaburkan isi Al-Qur’an. “Secara tegas NU menyatakan banyak sekali kesalahan dalam terjamah tafsiriyah ini. Terjemahan Al-Qur’an jika keluar dari kaidah terjemahan maka akan sangat berbahaya dan membingungkan umat muslim yang membacanya,” pungkasnya. (Syamsul Akbar/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib, Pahlawan Pimpinan Pusat Muhammadiyah