Kamis, 30 Agustus 2007

Ketua PP IPPNU Kunjungi Komisariat Unnes

Semarang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Farida Farichah selaku Ketua PP IPPNU melakukan kunjungan ke IPNU-IPPNU Komisariat Unnes pada 12 Januari 2013. Kunjungan diisi dengan sharing dan makan bersama dalam suasana yang santai. 

Ketua PP IPPNU Kunjungi Komisariat Unnes (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketua PP IPPNU Kunjungi Komisariat Unnes (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketua PP IPPNU Kunjungi Komisariat Unnes

Kunjungan tersebut merupakan agenda yang luar biasa bagi rekan-rekanita IPNU-IPPNU Komisariat Unnes. Mengingat bahwa Farida dulu adalah alumni dari IPPNU komisariat Unnes.

Dalam kunjungan tersebut hadir beberapa alumni antara lain Nur Syafaah (ketua IPPNU Unnes 2006), Maghfiroh (Ketua IPPNU Unnes 2008), Dian (ketua IPPNU Unnes 2012), Dina (Wakil Ketua IPPNU Unnes 2012) dan Irmawan (ketua IPNU Unnes 2012). 

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Acara tersebut dihadiri oleh pengurus IPNU-IPPNU Unnes 2013 Aan (Ketua IPNU), Ruqy (ketua IPPNU) dan pengurus yang lain (Mailiz, Ana,  Afifah, Singgih dan Zaqi). Dalam forum tersebut, “srikandi-srikandi” IPPNU Unnes saling berbagi pengalaman dan melepas rasa rindu setelah beberapa lama tidak bertemu.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Ini merupakan sebuah pengalaman yang sangat berharga bisa mendapat pengalaman langsung dari alumni-alumni,” ujar Ruqy.

Kepengurusan IPNU-IPPNU Komisariat Unnes sangat beruntung bisa didatangi langsung oleh ketua IPPNU, dan berharap dengan kedatangan Farida akan menambah kesemangatan bagi pengurus-pengurus baru.

“Ini memberi semangat bagi kita agar bisa mengikuti jejak alumni kita ini, sekarang tugas kita adalah merapatkan barisan, dengan meningkatkan dan mengaplikasikan Belajar, Berjuang dan Bertaqwa di kepengurusan yang baru di kampus Universitas Negeri Semarang,” ujar Aan.

Redaktur: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pertandingan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 21 Agustus 2007

Pesantren Tebuireng Tolak RUU Tembakau

Jombang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertembakauan dinilai menjadi ancaman serius bagi Indonesia dalam upaya meraih bonus demografi. RUU ini juga dinilai hanya menguntungkan segelintir pemilik industri rokok dan merugikan kesehatan masyarakat.

"Salah satu indikasinya, daftar 10 orang terkaya di Indonesia ternyata didominasi oleh pengusaha rokok," kata pegiat Social Movement Institute (SMI) Eko Prasetyo dalam diskusi dan konferensi pers Menolak RUU Pertembakauan di Pesantren Tebuireng, Kamis (24/11) sore.

Pesantren Tebuireng Tolak RUU Tembakau (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Tebuireng Tolak RUU Tembakau (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren Tebuireng Tolak RUU Tembakau

Ketua Komisi Nasional Pengendalian Tembakau (Komnas PT) Prijo Sidipratomo yang turut hadir dalam diskusi ini mengaku prihatin melihat fakta bahwa lebih dari 50 persen penduduk miskin ternyata terjebak candu rokok. "Uang yang dibelanjakan masyarakat untuk membeli rokok jauh melebihi belanja untuk kesehatan dan pendidikan," ujarnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mengutip data Lembaga Demografi Universitas Indonesia, Prijo menyebut rokok menempati peringkat kedua konsumsi rumah tangga termiskin setelah padi-padian. "Belanja rokok juga senilai 14 kali lipat belanja daging, 11 kali biaya kesehatan dan 7 kali lipat biaya pendidikan," tegas Prijo.

Karena itu, Prijo mengajak kalangan pesantren dan tokoh masyarakat untuk mendesak agar RUU Pertembakauan dihapus dari Program Legislasi Nasional (Prolegnas) 2016-2019. "RUU ini hanya akan melindungi kepentingan perusahaan rokok dan mengancam masa depan bangsa, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi," tandasnya.

Menanggapi hal itu, Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) menyatakan kesiapan pesantren yang dipimpinnya untuk secara proaktif mengampanyekan bahaya rokok. "Sejak saya masuk ke Tebuireng pada 2006, larangan merokok itu sudah ada. Saat ini, larangan tersebut juga telah berlaku bagi kalangan guru," ujar Gus Sholah.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Meski demikian, Gus Sholah mengakui, masih banyak kalangan kiai dan pesantren (di luar Tebuireng) yang merokok. "Karena itu, kita ingin memberi informasi kepada kalangan santri kenapa? mereka dilarang merokok. Agar mereka sadar (terhadap bahaya rokok). Mungkin saja mereka merokok karena orang tuanya merokok, atau mungkin kawan dan tetangganya merokok," tutur adik kandung Gus Dur ini.

Gus Sholah mengaku miris menyaksikan data konsumsi rokok yang jauh melebihi belanja kesehatan dan pendidikan. "Tugas kita bersama untuk menyiapkan generasi masa depan, yang kita sebut generasi emas. Jangan sampai bonus demografi malah menjadi bencana demografi," harapnya.

Di akhir acara, Gus Sholah dan para tokoh masyarakat yang hadir dalam kesempatan ini menandatangani pernyataan bersama berjudul Tolak RUU Pertembakauan. Pernyataan yang berisi sepuluh poin tuntutan tersebut antara lain mendorong pemerintah dan DPR RI untuk menarik dan membatalkan RUU Pertembakauan dari Prolegnas 2016-2019 demi melindungi bangsa dari keterpurukan multisektor akibat konsumsi rokok.

Selain Gus Sholah, Prijo Sidipratomo dan Eko Prasetyo, pernyataan bersama itu juga ditandatangani oleh budayawan D Zawawi Imron dan guru besar antropologi hukum dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Djawahir Tantowi. Mudir Pesantren Tebuireng Luqman Hakim dan beberapa anggota Komnas PT juga turut menandatangani pernyataan tersebut. (Ibnu Nawawi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Meme Islam, Sholawat, Ulama Pimpinan Pusat Muhammadiyah