Jumat, 20 November 2009

KH Hasyim Muzadi, Kiai di atas Lumayan

Sebelum memulai ceramah, KH Hasyim Muzadi selalu diam sejenak sekira 2-3 menit membaca sesuatu dengan sangat lirih. Itu dilakukannya dalam kondisi dan suasana apapun. Tidak langsung uluk salam. Sayup-sayup terdengar antara lain Kiai Hasyim membaca satu ayat Al-Quran:

? ? ? ? ? ? ? ? ?

Dan katakanlah: "Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap." Sungguh, yang batil pasti lenyap.

KH Hasyim Muzadi, Kiai di atas Lumayan (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Hasyim Muzadi, Kiai di atas Lumayan (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Hasyim Muzadi, Kiai di atas Lumayan

Kalimat-kalimatnya pelan dan tertata rapi, kadang dengan suara agak keras tapi tidak meledak-ledak. Materi ceramahnya selalu menarik, seperti sudah sangat berpengalaman dengan panggung.?

Dalam satu obrolan, kiai Hasyim pernah bercerita, dirinya bahkan sudah berceramah keliling sejak mahasiswa, saat ia aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Para kiai NU selalu punya ciri khas dalam berceramah. Yang khas dari Kiai Hasyim adalah membolak-balik kata, yang kadang seperti bercandaan saja tapi memang benar demikian, masuk akal dan lucu.?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Istilah "salah paham dan pahamnya yang salah", ini yg paling populer. Ada juga, "dapat rahmat atau rahmat yang dapat." "Beda pendapat atau beda pendapatan."

Biasanya setelah ceramah, di ruangannya kepada beberapa orang Kiai Hasyim minta dinilai ceramahnya. "Gimana tadi itu (yang disampaikan dalam ceramahnya) lumayan apa ndak kira-kira?", "Lumayan apa di atas lumayan?" "Gimana tadi itu ada yang baru apa ndak kira-kira?". Dan semua yang ditanya pasti harus menjawab "lumayan" dan "baru".

Di atas panggung kalau orang-sudah bertepuk tangan, biasanya Kiai Hasyim lantas menyela, "Ini tidak bisa di atasi hanya dengan tepuk tangan." Dan para hadirin tertawa.

Sebagai orang asli Jawa Timur dan sudah dilahirkan dalam keadaan NU, saya pasti pernah mendengar nama KH Hasyim Muzadi. Tapi saya baru melihat langsung wajah Ketua NU sak Jawa Timur itu tahun 1999 dalam Muktamar Lirboyo. Dan beliau terpilih sebagai Ketua Umum "Pengurus Besar NU Pusat" menggantikan Presiden Gus Dur.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

? ?

A. Khoirul Anam, Wakil Pemimpin Redaksi Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kyai, Pesantren, Warta Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 06 November 2009

Guru Ekonomi Ini Ajak Siswanya Belajar di Bank, Pabrik dan Pasar

Widya Lestari Guru Ekonomi Madrasah Aliyah Salafiyah Kajen, Pati Jawa Tengah ini meminta izin kepada kepala sekolah untuk mengajak para siswi untuk belajar di luar kelas. Ia tidak mau siswa-siswinya terkungkung di dalam kelas.

“Saya datang ke BPR Artha Huda Abadi untuk minta izin kunjungan ke sana. Semua anak saya ajak ke sana. Waktu itu saya mengajar ekonomi kelas III. Mereka takjub luar biasa. Baru kali itu masuk sebuah bank,” katanya.

Yang membuat dirinya tertegun, pertanyaan-pertanyaan para siswi ke pihak bank sangat mengagetkan sekaligus menyedihkan. “Ya Allah, pertanyaan kayak gitu kok ditanyakan,” katanya.

Guru Ekonomi Ini Ajak Siswanya Belajar di Bank, Pabrik dan Pasar (Sumber Gambar : Nu Online)
Guru Ekonomi Ini Ajak Siswanya Belajar di Bank, Pabrik dan Pasar (Sumber Gambar : Nu Online)

Guru Ekonomi Ini Ajak Siswanya Belajar di Bank, Pabrik dan Pasar

“Misalnya, syarat jadi pegawai bank itu apa? Lucu banget kan!. Saya prihatin sekali. Memang, akses mereka keluar sangat terbatas sekali. Maklum, anak pondok. Tapi sebetulnya nggak masalah. Yang penting itu kan wawasan. Nah, wawasan mereka itu minim sekali,” ujar Widya.

Setahun kemudian, Widya mengajak anak-anak ke BPR Artha Huda Abadi lagi. Tahun berikutnya lagi, ia mengajak mereka ke pabrik Kacang Dua Kelinci di kota Pati.

“Saat itu mereka senang sekali. Ke Kacang Dua Kelinci saja mereka senangnya luar biasa. Mereka bisa melihat langsung bagaimana kacang itu bisa berjalan sendiri mulai proses awal hingga pengepakan,” kenangnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Semenjak itu, setiap ada kegiatan yang bernama study excursion yang menggantikan study tour di Madrasah Salafiyah menjadi identik dengan dirinya.

“Jadi, tiap ada kegiatan belajar di luar itu pasti taunya dari saya. Sebab, yang menciptakan pertama kali di situ saya. Nah, sejak itu, tiap tahun kami mengadakan study excursion. Paling jauh, kami mengunjungi Bursa Efek Indonesia yang ada di Surabaya,” ujarnya bangga.

Ia mengajak siswanya ke alun-alun kota, lalu ke pasar menyaksikan aktifitas perekonomian.

“Saya prihatin sekali dengan kondisi mereka. Karena apa, anak sini tidak pernah lihat kota Pati. Alun-alun Pati saja mereka belum pernah lihat. Bahkan, pasar juana pun tidak pernah,” ungkap Widya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Siapa yang menginspirasi ide tersebut? Widya mengatakan, saat kuliah di Malang, Jawa Timur, ia pernah menjabat sebagai Ketua BEM Fakultas Ekonomi Widya Gama Malang. Sebagai aktivis kampus, ia sering melakukan kegiatan seperti itu. Bahkan, aktivitas model itu sudah dimulainya sejak masih menjadi mahasiswa jurusan akhirnya menjadi Ketua BEM Fakultas.

“Saya pikir, itu merupakan satu langkah yang bagus yang menambah wawasan anak-anak. Daripada sekedar study tour, mereka kalau study excursion selalu ada ilmu yang dibawa pulang. Mereka harus bikin laporan, dan sesuai dengan materinya itu nanti mereka presentasi. Pada akhirnya tidak hanya materi ekonomi. Ada juga materi Bahasa Indonesia juga untuk penyusunan laporannya. Di dalamnya juga kimia, fisika, untuk anak IPA. Kalau untuk ada IPS arahnya ke ekonomi, sosiologi, dan geografi,” tuturnya. ? (Musthofa Asrori)

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syariah Pimpinan Pusat Muhammadiyah