Minggu, 21 Februari 2010

Masyarakat Produktif Lahir dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Probolinggo, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo mengajak para kader Gerakan Pemuda Ansor dan Fatayat NU di Kabupaten Probolinggo untuk meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).?

Ajakan itu disampaikan dalam rapat koordinasi lintas sektor dan lintas program kegiatan peningkatan PHBS bagi tokoh agama dan tokoh masyarakat di ruang pertemuan Rengganis Setda Kabupaten Probolinggo, Selasa (24/5).

Masyarakat Produktif Lahir dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Sumber Gambar : Nu Online)
Masyarakat Produktif Lahir dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Sumber Gambar : Nu Online)

Masyarakat Produktif Lahir dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Kegiatan yang dibuka oleh Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo dr. Shodiq Tjahjono ini diikuti oleh 48 orang peserta. Terdiri dari 24 orang dari GP Ansor dan 24 orang dari Fatayat NU.

Dalam sambutannya dr. Shodiq Tjahjono mengungkapkan perilaku masyarakat sehat adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah terjadinya resiko penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

“Selanjutnya masyarakat mempunyai kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu. Layanan yang tersedia adalah layanan yang berhasil guna dan berdaya guna yang tersebar secara merata,” katanya.

Dengan demikian jelas Shodiq, akan menumbuhkan terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Strategi untuk mendukung paradigma tersebut adalah kemitraan dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam peningkatan PHBS. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan para pemuda Ansor dan Fatayat NU mempunyai strategi dalam meningkatkan tatanan PHBS di wilayah kecamatan masing-masing,” harapnya. (Syamsul Akbar/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nahdlatul Ulama Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 15 Februari 2010

Penggunaan Kata Sayyidina Menurut KH Sya’roni Ahmadi

Seiring dengan bertumbuhkembangnya beberapa paham di Indonesia, terdapat sebagian kelompok yang gemar menyalahkan amaliyah nahdliyah yang telah berjalan mengakar di tengah masyarakat. Tak sedikit dari mereka saling beradu argumen dengan masing-masing pihak tanpa memahami duduk permasalahan secara utuh.

Seperti perdebatan penggunaan kata “sayyidina” dalam shalawat Nabi. Mustasyar PBNU KH Sya’roni Ahmadi mengatakan bahwa hal tersebut hukumnya boleh berdasarkan nash Al-Qur’an secara sharih (jelas). Adapun orang yang tak setuju itu semata dikarenakan mereka tak paham.

Penggunaan Kata Sayyidina Menurut KH Sya’roni Ahmadi (Sumber Gambar : Nu Online)
Penggunaan Kata Sayyidina Menurut KH Sya’roni Ahmadi (Sumber Gambar : Nu Online)

Penggunaan Kata Sayyidina Menurut KH Sya’roni Ahmadi

Lafadh as-sayyid merupakan lafadh kulli musytarak, yaitu satu lafadh yang mempunyai makna lebih dari satu arti. Demikian penjelasan Kiai Sya’roni pada salah satu pertemuan pengajian Tafsir Al Jalalain rutin setiap Jumat pagi di Masjid Al Aqsha, Menara Kudus.

Kiai sepuh ini menjelaskan bahwa “sayyidina” mempunyai tiga arti. Hal ini mengacu pada beberapa sumber :

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pertama, as-sayyid yang bermakna Tuhan sebagaimana disebutkan dalam hadits Bukhari Muslim ? ?. Tuhan itu Allah. Kalau seorang muslim mengucapkan “Sayyidina Muhamad” dengan maksud memakai makna tuhan, “Tuhan itu Muhammad” maka yang mengatakan demikian hukumnya jelas kufur (keluar dari Islam).

Kedua, as-sayyid yang mempunyai arti suami sebagaimana disebut dalam QS Yusuf: 25

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, "Dan keduanya berlomba-lomba menuju pintu dan wanita itu menarik baju gamis Yusuf dari belakang hingga koyak dan kedua-duanya mendapati suami wanita itu di muka pintu."

Pada ayat ini, as-sayyid tidak dapat dimaknai sebagai raja, Tuhan, namun mempunyai makna “suami”. Antara makna yang pertama dengan kedua ini telah jelas ada perbedaannya. Memakai lafadh sayyid pada Nabi Muhammad dengan maksud sebagai suami salah.

Ketiga, as-sayyid mempunyai arti pimpinan sebagaimana disebutkan dalam QS Ali Imran:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ?

Artinya, "Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab, (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan (pemimpin) menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi yang termasuk keturunan orang shalih."

Pada ayat ini jelas bahwa Allah menyebut Nabi Yahya dengan sebutan sayyid. Ini baru Nabi Yahya. Padahal Nabi Muhammad itu pimpinan para nabi dan rasul, maka sudah sangat patut jika kita menyebutnya dengan memberi imbuhan kata sayyid, sebab Nabi Muhammad secara derajat masih di atas Nabi Yahya (qiyas aulawiy).

Dengan keterangan KH Sya’roni di atas, diharapkan umat dapat memahami persoalan secara mendalam sehingga tidak ada saling tuduh. Akhirnya umat akan dingin, tak ada pertengkaran dan saling klaim, hanya untuk persoalan yang bersifat furu’iyah (bukan fundamen agama). Hal ini dapat tercipta jika masing-masing berkenan memahami agama secara menyeluruh dan mendahulukan hati, pikiran dengan benar bukan nafsu dan emosi. (Mundzir)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 04 Februari 2010

Kiat Berdoa yang Disukai Allah SWT

Doa adalah media komunikasi antara hamba dengan Allah SWT. Melalui doa seorang hamba dapat meluapkan seluruh keluh-kesahnya, masalah kehidupan dan harapannya. Siapa pun itu, pasti berharap agar doanya didengar, dijawab, dan dikabulkan. Allah SWT pun sudah berjanji bahwa siapa yang meminta kepada-Nya, pasti akan dikabulkan doanya (QS: al-Ghafir ayat 60).

Supaya doa dikabulkan oleh Allah SWT, tentu kita harus menjaga adab dan etika ketika berkomunikasi dengan-Nya. Kita juga harus tahu bagaimana caranya "merayu" Tuhan melalui doa yang kita panjatkan. Teknik merayu Tuhan tersebut sudah lama diajarkan oleh Nabi SAW dan dijelaskan kembali oleh para ulama dalam kitab-kitabnya.

Kiat Berdoa yang Disukai Allah SWT (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiat Berdoa yang Disukai Allah SWT (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiat Berdoa yang Disukai Allah SWT

Di antara ulama yang menulis khusus tentang hal ini adalah Ibn Rajab al-Hanbali (w. 795 H). Beliau menulis kitab berjudul Asbab al-Maghfirah yang berisi panduan agar doa dan ampunan diterima Allah SWT. Pada salah satu bagian kitab tersebut, Ibn Rajab menganjurkan agar kita tidak pernah putus asa merayu dan berdoa kepada Tuhan. Beliau berkata:

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ? ? ?. ? ? ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?



"(jangan pernah putus asa dalam berdoa) sekalipun waktu berdoa lama, karena sesungguhnya Allah SWT menyukai orang yang terus-menerus berdoa. Dalam hadis disebutkan, ‘Bila seorang hamba berdoa kepada Tuhannya dan Dia menyukainya, maka Allah SWT berkata: ‘Wahai Jibril jangan dikabulkan dulu permintaan hamba-Ku, sebab Aku masih ingin mendengar suaranya’’.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Allah berfirman, “Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang yang berbuat baik” (QS: al-A’raf ayat 56). Selama seorang hamba terus-menerus berdoa dan tidak pernah putus asa berharap, niscaya doanya akan dikabulkan. Siapa yang mengetuk pintu rumah terus-menerus, niscaya pintu tersebut segera dibukakan. Dalam hadis riwayat Hakim, dari Anas bin Malik, dijelaskan: “Janganlah kamu berputus asa untuk berdo’a, karena tidak ada seorang pun yang binasa dengan doanya”.”

Allah SWT sangat suka terhadap hamban-Nya yang berdo’a. Terlebih lagi doa itu dihaturkan terus-menerus tanpa berhenti. Meskipun doa kita belum dikabulkan, hal itu bukan berati Allah SWT tidak menyukai kita, tetapi bisa jadi Allah SWT sedang menguji kita dan ingin selalu mendengar keluhan hamba-Nya. Ibarat mengetuk pintu rumah orang, kalau pintunya terus menerus diketuk dan tetap berdiri di depan rumahnya, suatu saat dia pasti akan membukanya. Wallahu a’lam (Hengki Ferdiansyah)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nahdlatul Ulama, Tegal Pimpinan Pusat Muhammadiyah