Rabu, 31 Oktober 2012

10 Ribu Personel Banser Jatim Layani Pemudik di 125 Titik

Surabaya, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Satuan Koordinasi Wilayah Barisan Ansor Serbaguna Jawa Timur secara resmi membuka Posko Mudik Terpadu Banser Jatim 2016. Program ini dimaksudkan untuk membantu peran kepolisian dalam memantau dan mengawasi arus mudik dan balik sejak H-7 hingga H+7 Idul Fitri.

Selain membantu mengurangi tindak kriminal di jalan raya, posko ini juga berfungsi sebagai tempat peristirahatan bagi para pemudik. Posko Mudik Terpadu Banser Jawa Timur dibuat 2 sampai 3 titik di seluruh cabang. Secara keseluruhan berjumlah 125 titik di seluruh cabang di Jawa timur dengan kekuatan personil kurang lebih 10 ribu anggota Banser.

10 Ribu Personel Banser Jatim Layani Pemudik di 125 Titik (Sumber Gambar : Nu Online)
10 Ribu Personel Banser Jatim Layani Pemudik di 125 Titik (Sumber Gambar : Nu Online)

10 Ribu Personel Banser Jatim Layani Pemudik di 125 Titik

Sebelumnya, Kasatkorwil Banser Jawa Timur dr. H. Umar Usman menjelaskan bahwa keberadaan posko mudik ini membantu kepolisian dalam membantu mengurai kemacetan juga meningkatkan keselamatan saat arus mudik dan balik Idul Fitri.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia juga menegaskan, selain membagikan takjil gratis, posko juga menyediakan fasilitas peristirahatan dan tempat shalat yang dilengkapi dengan tempat? wudhu, toilet, dan perlengkapan shalat.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Posko terpadu ini buka selama 24 jam dengan bergantian personel setiap 12 jam sekali untuk mengoptimalkan pengawasan dan pemantauan agar dapat meminimalkan angka kecelakaan yang pada tahun lalu mencapai? kurang lebih 700 jiwa meninggal dalam kasus kecelakaan saat arus mudik dan balik,” ujar Umar. (Abdul Basyit/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Internasional, Olahraga, Nahdlatul Ulama Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 18 Oktober 2012

Maftuh Basyuni Wafat dalam Usia 77 Tahun

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kabar meninggalnya Menteri Agama RI periode 2004-2009 KH M. Maftuh Basyuni viral di media sosial. Kabar ini merupakan duka mendalam bagi bangsa Indonesia yang telah kehilangan tokoh berintegritas.?

Dikabarkan, pria berusia 77 tahun wafat pada hari Selasa (20/9). Almarhum meninggal di RS Gatot Subroto setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit tersebut. Sebelumnya, almarhum Maftuh sempat dirawat di salah satu rumah sakit di Malaysia. Di rumah sakit tersebut Maftuh sempat menjalani penyinaran untuk penyakit kankernya di sekitar paru-paru.

Maftuh Basyuni Wafat dalam Usia 77 Tahun (Sumber Gambar : Nu Online)
Maftuh Basyuni Wafat dalam Usia 77 Tahun (Sumber Gambar : Nu Online)

Maftuh Basyuni Wafat dalam Usia 77 Tahun

Muhammad Maftuh Basyuni, (lahir di Rembang, Jawa Tengah, 4 November 1939) adalah Menteri Agama pada Kabinet Indonesia Bersatu pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Saat ini, jenazah almarhum disemayamkan di rumah duka di Pengadegan Jakarta Selatan. Sejumlah tokoh tampak hadir di rumah duka, di antaranya Sekjen PBNU Helmy Faishal Zaini, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Sekjen Kemenag Nur Syam, mantan Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar, mantan Sekjen Kementerian Agama Bahrul Hayat, dan sejumah tokoh lainnya.

Salah satu Ketua PBNU KH Hasib Wahab yang turut bertakziah sempat mengimami shalat jenazah. Menurut rencana, almarhum akan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, setelah sebelumnya di shalatkan di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah. (Red: Fathoni)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bahtsul Masail, Halaqoh Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 12 Oktober 2012

Film Sang Kiai Pelurusan Sejarah

Purwokerto, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Film Sang Kiai yang menceritakan perjuangan pendiri NU KH Hasyim Asy’ari menjadi pelurusan atas penulisan sejarah yang diduga mencoba menghilangkan peran para ulama dalam mengusir penjajah dari bumi Nusantara.

Hal itu dikatakan oleh para penonton Rajawali Theatre Purwokerto usai menyaksikan pemutaran film Sang Kiai baru-baru ini.?

Film Sang Kiai Pelurusan Sejarah (Sumber Gambar : Nu Online)
Film Sang Kiai Pelurusan Sejarah (Sumber Gambar : Nu Online)

Film Sang Kiai Pelurusan Sejarah

Menurut salah seorang penonton H Musadad Bikri Nur setidaknya dengan menyaksikan film Sang Kiai terkuak bahwa banyak santri yang terjun ke medan perang bersama para kiai.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Nah tidak dimengerti mengapa KH Hasyim Asy’ari diangkat menjadi pahlawan namun dalam cerita sejarah sama sekali tidak pernah disinggung soal perjuangannya. Apa ini ada kesengajaan untuk membelokkan sejarah,” kata dia.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mantan anggota DPRD Banyumas asal PKB ini mengatakan jika film Sang Kiai menjadi salah satu media untuk belajar sejarah. Salah satunya dari film Sang Kiai itu menjadi tahu siapa yang membunuh Jendral Mallaby ternyata santri Tebuireng.

“Dalam sejarah kan hanya disebutkan jendral Mallaby tewas oleh arek-arek Surabaya tetapi tidak pernah menyebutkan peran santri pada saat itu jadi ini seperti sudah diluruskan,” ujar dia.

Hal yang sama dikatakan oleh Kholid Masykur asal Cilacap yang mengatakan jika melihat dari perannya ternyata KH Hasyim Asy’ari lebih besar dari peran Bung Tomo namun dalam sejarah tidak pernah terungkap.

“Ini yang membuat mengapa film Sang Kiai perlu ditonton oleh generasi NU maupun anak bangsa agar sejarah tidak bisa dibelok-belokan lagi,” tandas dia.

Sementara itu Bambang Eko Suratmoko dan Sidi Mawardi yang menjadi pemprakarsa nonton bareng film Sang Kiai mengatakan ada semangat untuk menjadikan film Sang Kiai menjadi spirit perjuangan anak-anak muda sekarang ini.

“Sejak dulu itu anak muda ada yang berjuang dan ada juga yang suka hura-hura, nah potret anak-anak muda di pesantren bisa menjadi spirit seperti anak-anak muda dulu yang terjun ke medan perang untuk membela tanah airnya,” kata Sidi Mawardi.

Redaktur ? ? : Mukafi Niam

Kontributor: Daryanto ? ? ?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sejarah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 11 Oktober 2012

GP Ansor Jateng Bantu 2 Sapi, 17 Kambing dan 2 Ton Beras

Boyolali,Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda (GP) Ansor NU Jawa Tengah memotong hewan kurban untuk meringankan beban penderitaan korban bencana Gunung Merapi. Daging kurban sapi dan kambing itu langsung disalurkan ke pengungsi di wilayah Merapi.



GP Ansor Jateng Bantu 2 Sapi, 17 Kambing dan 2 Ton Beras (Sumber Gambar : Nu Online)
GP Ansor Jateng Bantu 2 Sapi, 17 Kambing dan 2 Ton Beras (Sumber Gambar : Nu Online)

GP Ansor Jateng Bantu 2 Sapi, 17 Kambing dan 2 Ton Beras

Alhamdulillah, kami bisa kurban 2 ekor sapi dan 17 kambing,” kata Ketua PW GP Ansor Jateng Jabir Al Faruqi di sela-sela pemberian bantuan di desa Jrakah, Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, Jumat (19/11).

Selain kurban sapi, lanjut Jabir, pihaknya juga memberikan bantuan 2 ton beras, 200 dus mie instan, dan 1000 paket logistik bagi keluarga korban Merapi. Perpaket logistik terdiri dari 2,5 Kg Beras, 2 buah Mie Instans, 1 ons ikan asin, ½ kg minyak goreng dan 1 dus susu bubuk.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Selain di Kabupaten Boyolali, penyembelihan hewan kurban dan pemberian bantuan juga untuk Kabupaten Klaten dan Magelang,” ujar Jabir.

Usai penyembelihan hewan Kurban PW GP Ansor menggelar istighostah dan pengajian umum di Desa Jrakah, Selo, Boyolali yang dipimpin oleh KH Agus Mudrik Khaelani Al Hafidz. Istighosah ini sebagai upaya permohonan pengampunan dan keselamatan dari segala bencana.

Menurut Jabir, dalam musibah Merapi ini meminta kepada seluruh anggota Ansor khususnya untuk terus membantu korban Merapi. Pasalnya penderitaan mereka masih panjang. Kalaupun harus pulang dari pengungsian, para korban Merapi masih harus memulihkan kondisi tempat tinggalnya minimal 6 bulan lagi untuk bisa mandiri.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kita perlu mengantisipasi dan memberi motivasi terus agar sahabat-sahabat kita yang di Boyolali, Magelang, dan Klaten kembali bisa pulih dan mandiri,” tandasnya.

Terkait rusaknya lahan pertanian di tiga daerah tersebut, Jabir meminta kepada Pemerintah untuk membantu merehabilitasi pertanian. Pemerintah katanya, wajib menghidupkan kembali lahan pertanian, penyediaan bibit tanaman hingga penyediaan pupuk. “Sebab, masyarakat korban merapi sudah tidak berdaya lagi untuk bangkit, sehingga pemerintah wajib menyediakan kebutuhan petani tersebut,” tutur Jabir lagi. (was)Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahlussunnah, Syariah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 01 Oktober 2012

Meneguhkan Kedaulatan Pangan Indonesia

Oleh Ahmad Naufa Kh. F.

Isu ketahanan dan kedaulatan pangan secara umum tidak menjadi wacana utama yang banyak dibicarakan atau diperjuangkan baik kalangan mahasiswa, pejabat ataupun politisi. Meski demikian, ketahanan pangan adalah isu yang layak mendapat perhatian dikalangan luas, utamanya mahasiswa sebagai kaum pendobrak. Mengapa pangan? Karena pangan merupakan kebutuhan primer (dloruri) yang dibutuhkan seleuruh elemen masyarakat Indonesia.

Secara definitif, makna "ketahanan" dengan "kedaulatan" itu berbeda. Secara sederhana, misalnya, jika ada sebuah keluarga yang kehabisan beras lalu menutupinya dengan membeli di pasar atau hutang kepada tetangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sudah dikatakan memiliki "ketahanan" pangan. Meski demikian, keluarga itu belum bisa dikatakan "berdaulat". Lebih dari itu, kedaulatan pangan adalah upaya yang sistematis untuk menentukan, kebijakan dan kebutuhan pangan secara merdeka atas keluarganya sendiri, seperti menanam padi sendiri, membeli dengan keluarga sendiri dan membuat harga sendiri. Dalam konteks ini adalah Indonesia yang terjadi hari ini masih berkutat pada "ketahanan" pangan, belum memiliki "kedaulatan" pangan.

Ironis memang, Indonesia yang begini subur dengan laut dan alamnya yang melimpah ruah masih terbelenggu dalam berbagai hal. Negeri yang disebut "penggalan sorga" ini begitu seksi dan diperebutkan banyak orang untuk mengambil sumber daya alamnya yang memang belum bisa dan mungkin tak ada niat untuk bisa mengelola alamnya sendiri. Berbagai perusahaan asing tertancap disini, dengan profit sharing yang tak masuk akal. Kue pembangunan pun hanya dijadikan rayahan orang-orang yang miskin nasionalisme dan pragmatis. Rakyat kecillah yang menjadi korban kebiadaban rezim dan system dengan segala problematikanya.

Meneguhkan Kedaulatan Pangan Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)
Meneguhkan Kedaulatan Pangan Indonesia (Sumber Gambar : Nu Online)

Meneguhkan Kedaulatan Pangan Indonesia

Mantan Menteri Perekonomian Kwik Kian Gie mencatat, 92 persen perusahaan dan aset-aset negara yang didapat melalui alam, sudah dikuasai dan dikendalikan oleh asing. Juga penelitian Michael Backman (1995) tentang kapitalisasi pasar dari 300 konglomerat Indonesia, Backman menemukan 73 persen total kapitalisasi pasar dimiliki oleh etnis Tionghoa. Belum lagi pasar yang dikendalikan konglomerat-konglomerat penghisap keringat rakyat yang memiskinkan petani dan pedagang kecil tumbuh subur dengan panglimanya para wakil rakyat yang dengan seenaknya mengamandemen undang-undang sesuai pesanan. Bagaimana mungkin ekonomi kerakyatan dan kedaulatan pangan dapat ditegakkan?

Islam sebagai Pendobrak

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Islam sebagai ideologi hendaknya juga memiliki signifikansi sebagai pendobrak sosio-kultural. Perlawanan dan penghapusan terhadap ketidakadilan sebenarnya secara substansi bukan barang baru. Islam yang dibawa nabi pada zaman klasik sudah membuktikan bagaimana ia tumbuh sebagai ideologi yang membebaskan dari dikotomi ekonomi, ketimpangan sosial dan penyembelihan hak-hak asasi manusia. Ajaran Islam jelas, “Kaum Muslim berserikat dalam tiga hal, yaitu padang rumput, air dan api" dalam hal ini termasuk pula Emas, Gas, Energi, dan Batubara adalah untuk kemakmuran rakyat. Namun pada faktanya, asset-aset tersebut lari keluar dan memiskinkan penduduk pribumi. Kini, hanya untuk membeli segelas air putih, kita harus membeli ke Barat.

Tahu dan tempe sebagai hal yang paling membantu peningkatan gizi kaum menengah kebawah harus import dengan membunuh petani kedelai. Kebaikan tuhan memberi laut yang luas disia-siakan dan dikufuri dengan impor garam yang juga membunuh petani. Jutaan hektar ladang sawah dengan kerja gigih petani dari pagi sampai sore hari harus diinjak-injak kartel yang tak bertanggungjawab. Setiap butir nasi yang kita makan sungguh sebuah proses panjang yang menyangkut jutaan orang. Media yang dipesan konglomerat dengan bantuan pejabat miskin nasionalisme untuk membuat opini publik bahwa pangan serba kekurangan, membuat kebijakan impor digulirkan. Tentu dengan tangan panjang dan antek-antek kapitalisme global yang mengepung Senayan.

Lalu, dalam konteks Indonesia, bagaimana arah gerakan kita yang masih minim pengetahuan tentang hukum dan ekonomi secara makro? "Untuk mengatasi dan mengamankan undang-undang, anda tak butuh ahli ekonomi. Anda tak butuh ahli tata-bahasa. Yang anda butuhkan hanyalah berpikir logis dan kemauan kuat dan keberanian untuk berdaulat, dengan mengamankan undang-undang dan kebijakan yang berpihak kepada rakyat" kata Prof Maksum, Ketua PBNU, guru besar pertanian UGM.

Sebagai contoh, dalam amandemen UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3 berbunyi: "Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Ayat 4: “Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan, kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional. Ayat 5: "Ketentuan lebih lanjut mengenai pasal ini diatur dalam Undang-Undang.”

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dengan amandemen ini muncul berbagai Undang-Undang prokapitalis yang merugikan negara dan menyengsarakan rakyat. Pasal 33 Ayat 3 secara otomatis, telah di-nasikh ayat 4 yang merupakan pesanan asing dengan corong para wakil rakyat yang menggadaikan negerinya. Perubahan ini, bisa dilogika dan dinalar secara awam. Meski sudah diuji materikan oleh beberapa pihak yang masih peduli kedaulatan NKRI, utamanya PBNU, antek-antek asing selalu saja merubah dan mempermainkan kata dan kucing-kucingan.

Selain itu ada beberapa UU liberal pesanan asing yang membunuh kedaulatan rakyat seperti: UU Migas (No 22 Th 2001), UU BUMN (No 19 Th 2003), UU SD AIR (No 7 Th 2004), UU Perikanan(No 31 Th 2004), UU Pen. Modal (No 25 Th 2007), UU Kewilayahan (No 27 Th 2007), UU Minerba (No 4 Th 2009), UU Tenaga Listrik(No 30 Th 2009), UU Cagar Budaya (No 11 Th 2010), UU. Mata Uang ( No 7 Th 2011), UU. OJK (No 21 Th 2011) UU Pertanahan (No 2 Th 2012).

Inilah tugas dan proyek besar mahasiswa, sebagai generasi muda dan pemilik sah masa depan bangsa ini. Dasar teologis sudah jelas, saatnya kita berpikir 10-20 tahun kedepan, bagaimana bisa memiliki kedaulatan pangan; menentukan sendiri, memproduksi sendiri dan menikmati sendiri potensi alam untuk kemakmuran rakyat yang merupakan amanat undang-undang dasar 1945. Saatnya membuka mata, wacana, cakrawala dan berbuat hal-hal yang kongkrit. Mahasiswa dan generasi muda Indonesia jangan justru terjebak pada pragmatisme politik dan wacana kampus yang menyesatkan. Hal-hal yang tak penting dan lebay. Mahasiswa harus segera berbenah diri, menganalisa kawan dan lawan dan berpikir cerdas untuk melakukan perubahan. Karena, selain kepada mahasiswa dan generasi muda, kemana akan lagi nasib masa depan bangsa ini diserahkan?

?

Ahmad Naufa Khoirul Faizun, Wakil Ketua PW IPNU Jateng, Santri Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pertandingan, Tegal Pimpinan Pusat Muhammadiyah