Selasa, 09 April 2013

Menangi Adu Penalti, Hisba FC Melaju Semi Finalal LSN Regional Jateng III

Tegal, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Hisba FC Kebumen melangkah ke semifinal Liga Santri Nusantara (LSN) 2017 Regional Jawa Tengah III seusai menang adu penalti atas Al-Ukhuwah FC Banyumas, Sabtu (16/9). Pada pertandingan di GOR Trisanja itu, tim Hisba FC awalnya kebobolan 1-0 dari tim Al-Ukhuwah FC. Tetapi pada menit 40 babak kedua, Hisba FC mampu menyamakan kedudukan lewat tendangan apik pemain nomor punggung 18, sehingga pertandingan berakhir imbang 1-1 selama 70 menit.

Berdasar regulasi turnamen, penentuan pemenang dilakukan melalui adu penalti. Pada sesi adu penalti, Hisba FC mampu menunjukkan kemampuannya dengan mengukuhkan kemenangannya 4-3 atas Al-Ukhuwah FC, Banyumas, sehingga membawanya menuju Semi Final LSN 2017.

Menangi Adu Penalti, Hisba FC Melaju Semi Finalal LSN Regional Jateng III (Sumber Gambar : Nu Online)
Menangi Adu Penalti, Hisba FC Melaju Semi Finalal LSN Regional Jateng III (Sumber Gambar : Nu Online)

Menangi Adu Penalti, Hisba FC Melaju Semi Finalal LSN Regional Jateng III

Sementara itu, Al-Kahfi FC, Kebumen menjadi tim ketiga yang melangkah ke semifinal LSN 2017 Regional Jateng III setelah menundukkan Porpida FC, Brebes dengan skor 4-0. Mereka akan menantang Walinda Berbaur FC Pekalongan.

Sehari sebelumnya, dua tim kesebelasan pesantren asal Pekalongan memastikan langkah ke empat besar lebih awal setelah menang atas dua tim tuan rumah. Mereka adalah Walindo Berbaur FC setelah menang 2-0 atas tim Al-Abror FC. Sedangkan mangku Aji FC unggul atas Mahadut Tholabah FC dengan skor 2-0.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Panitia Pelaksana Mustholah melalui Sekretaris Mubin mengatakan, pertandingan semifinal akan dilangsungkan pada Ahad (17/9) di GOR Trisanja Slawi dengan laga perdana Walindo Berbaur FC menghadapi Al-Kahfi FC pada pukul 14.00 WIB.

"Selanjutnya pada sesi kedua, Hisba FC Kebumen akan menantang Mangku Aji FC, Pekalongan pukul 15.30 Wib," jelasnya. (Hasan/Alhafiz K)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah RMI NU, Warta, News Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 08 April 2013

Tiap Tahun Pesantren Tremas Doa Bersama untuk Calon Jamaah Haji

Pacitan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Santri Pondok Tremas Pacitan dan masyarakat setempat menghadiri acara doa bersama dan pelepasan calon jamaah haji Kabupaten Pacitan tahun 1436 H, Jumat (21/8) sore. Acara yang berlangsung di halaman masjid Pondok Tremas ini berlangsung dengan suasana khidmat. Tradisi doa bersama dan pelepasan calon jamaah haji ini biasa digelar Pondok Tremas tiap tahunya dalam rangka memberikan penghormatan kepada para tamu Allah.

Tiap Tahun Pesantren Tremas Doa Bersama untuk Calon Jamaah Haji (Sumber Gambar : Nu Online)
Tiap Tahun Pesantren Tremas Doa Bersama untuk Calon Jamaah Haji (Sumber Gambar : Nu Online)

Tiap Tahun Pesantren Tremas Doa Bersama untuk Calon Jamaah Haji

KH Fuad Habib, Pengasuh Pondok Tremas Pacitan, dalam sambutanya meminta kepada calon jamaah haji untuk turut mendoakan seluruh santri tremas agar selalu istiqomah dan diberikan kemudahan dalam belajar. "Sampaikan salam kami kepada kanjeng Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam," pintanya.

Menurut Kiai Fuad, ibadah haji adalah perjalanan fiisabilillah, tidak ada seorangpun yang tidak mempunyai cita-cita ingin menunaikan ibadah haji. Karena munaikan haji merupakan nikmat yang sangat besar yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Ingkang sampun (haji) mawon taksih pingin mindo. Nopo malih ingkang dereng (Yang sudah haji saja ingin mengulangi kembali, apalagi yang belum berhaji),” tuturnya.

Sementara itu, KH Achid Turmudzi mewakili rombongan calon haji Kabupaten Pacitan juga meminta kepada para santri untuk turut mendoakan jamaah agar dalam menunaikan rukun islam yang kelima ini selalu diberikan kemudahan, kesehatan, dan keselamatan sampai kembali ke Tanah Air.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh KH Luqman Harits, KH Hammad Al Alim dan perwakilan santri kelas III Aliyah. Kemudian diakhiri dengan mushofafah oleh para santri dengan jamaah calon haji. (Zaenal Faizin/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Quote, Kyai Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Perlukah Wali Hadir dalam Akad Nikah?

Assalamu’alaikum wr. wb. Salah satu kebiasaan yang sering kita jumpai di masyarakat kita adalah wali nikah mewakilkan kepada penghulu untuk menikahkan anak perempuannya. Kadang akad nikah tersebut dilakukan di rumah, dan sering juga dilakasnakan di masjid. Yang menjadi kejanggalan kami, si wali tersebut ikut hadir prosesi akad nikah anak perempuannya, padahal ia sudah mewakilkan kepada penghulu. Apakah boleh wali yang sudah mewakilkan kepada penghulu untuk menikahkan puterinya hadir dalam prosesi akan nikah tersebut? (Ujang/Garut)

?

Waalaikum salam wr. wb.



Perlukah Wali Hadir dalam Akad Nikah? (Sumber Gambar : Nu Online)
Perlukah Wali Hadir dalam Akad Nikah? (Sumber Gambar : Nu Online)

Perlukah Wali Hadir dalam Akad Nikah?

Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt. Prosesi akad nikah merupakan prosesi sakral. Sebab, di situlah dua orang yang berlawanan jenis saling mengikat perjanjian setia. Dan setelah akad, maka kedua mempelai memiliki hak dan kewajibannya masing-masing.

Kita sering menjumpai di masyarakat, wali yang telah mewakilkan kepada penghulu atau orang lain untuk menikahkan puterinya ikut hadir dalam prosesi akad nikah. Namun sepanjang yang kami ketahui, kehadirannya bukan sebagai saksi atas pernikahan tersebut, ia hanya sekedar hadir saja.

Sebagaimana yang kita ketahui bersama, bahwa pernikahan tidaklah sah kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

? ? ? ? ? ? ? ?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Tidak ada pernikahan kecuali dengan wali dan dua orang saksi yang adil” (H.R. al-Baihaqi)

Dalam pernikahan, wali diperbolehkan mewakilkan kepada orang lain untuk menikahkan puterinya. Dalam pandangan kami, kehadirannya akan menimbulkan masalah ketika ia hadir sebagai saksi, padahal ia sendiri adalah wali yang notebenenya sebagai pihak yang melaksanakan akad dan sudah mewakilkan kepada orang lain untuk menikahkan puterinya. Dalam hal ini terdapat penjelasan dari Ibrahim al-Bajuri sebagai berikut;? ? ?

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

“Jika seorang ayah atau saudara yang sendiri telah mewakilkan (kepada orang lain) dalam melakasanakan akad nikah dan ikut hadir beserta yang lain sebagai saksi (berfungsi ganda sebagai orang yang mewakilkan sekaligus sebagai saksi) maka akad nikahnya tidak sah. Sebab, ia ditentukan untuk melaksanakan akad, bukan sebagai saksi” (Ibrahim al-Bajuri, Hasyiyah al-Bajuri ‘ala Fath al-Qarib, Indonesia-Dar Ihya` al-Kutub al-‘Arabiyyah, tt, juz, 2, h. 102)

Berangkat dari penjelasan singkat ini, maka kehadiran wali yang sudah mewakilkan kepada orang lain untuk menikahkan puterinya adalah boleh sepanjang ia tidak merangkap menjadi salah satu dari dua saksi. Jika ia menjadi saksi maka pernikahan tersebut tidaklah sah.

Demikian penjelasan yang dapat kami sampaikan. Semoga bisa menjadi panduan yang bermanfaat. Dan bagi orang yang memiliki anak perempuan kelak ketika si anak menikah—meskipun boleh mewakilkan kepada orang lain—namun ? sebaiknya dinikahkan sendiri oleh bapaknya.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,

Wassalamu’alaikum wr. wb

(Mahbub Ma’afi Ramdlan) ?

?

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Humor Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 05 April 2013

Ditemukan, Lokasi Situs Pesantren Lasem di Warugunung

Di pusat kota Lasem, Rembang, Jawa Tengah, yang dikenal dengan sebutan “Kota Santri” berdiri puluhan pondok pesantren di pusat kota Lasem seperti Pesantren Al-Hidayat, Pesantren Al-Hamidiyah, Pesantren An-Nuriyah, Pesantren Kauman Karangturi, Pesantren Al-Wahdah, Pesantren Al-Fachriyah, Pesantren Nailun Najah, dan banyak lagi, termasuk Pesantren As-Sholatiyah meski agak ke pinggir.

Padepokan Sambua yang telah melakukan penelusuran babad, buku silsilah, wawancara dan turun lapangan menemukan salah satu lokasi bekas pesantren di pedalaman Lasem tepatnya di Pedukuhan Punjulsari, Desa Warugunung, Kecamatan Pancur, sebagaimana disebut-sebut dalam Babad Lasem. Dengan perjalanan kaki tim Padepokan Sambua, Abdullah bersama KH Zainul Aripin Pengasuh Pesantren Fakhriyah, 28 Januari 2016, menaiki Gunung Punjul sejauh kurang lebih 1,5 kilometer.

Ditemukan, Lokasi Situs Pesantren Lasem di Warugunung (Sumber Gambar : Nu Online)
Ditemukan, Lokasi Situs Pesantren Lasem di Warugunung (Sumber Gambar : Nu Online)

Ditemukan, Lokasi Situs Pesantren Lasem di Warugunung

Berdasarkan rilis yang diterima Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di atas gunung tersebut Padepokan Sambua menemukan setidaknya tiga titik situs dalam satu area berupa:

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pertama, Batu Besar Mujahadah, dengan lebar kurang lebih 1 meter, panjang 165 centimeter, tebal 20 centimeter, berat 5 ton, bentuk lempengan yang lebih menyerupai sajadah di bawah pohon meh atau trembesi. Situs ini ada di puncak gunung bertebing sebelah timur kota Lasem dengan jarak  kurang lebih 3 kilometer. Dengan menghadap kiblat, dari tempat ini pusat kota pun dapat terlihat, tampak lurus ke arah Masjid Jami Lasem. Tempat tersebut dipercaya dulu menjadi tempat mujahadah atau pasujudan Mbah Sholeh alias Raden Tirtowidjojo, hidup pada akhir abad ke-17, makamnya di Kompleks Masjid Jami Lasem. Di antara keturunannya adalah Bani Shiddiq Jember seperti KH Agus Afthon Syuriah PCNU Jember, Gus Firjon putra KH Ahmad Shiddiq mantan Rais ‘Aam PBNU termasuk keluarga Kiai Hamid Pasuruan bersama keluarga Bani Sholeh Lasem yang beberapa tahun sekali napak tilas menuju area situs ini diikuti sedikitnya 50 keturunannya yang medannya cukup berat..

Kedia, naik sekitar 150 meter dari kaki gunung terdapat bekas tembok bangunan pesantren dan tempat tinggal. Terahir ditempati oleh Mbah Shiddiq bin KH Abdullah bin Mbah Sholeh dikenal berdomisili di Warugunung. Ada adagium dimana ada orang alim atau tempat ilmu, di situ banyak orang datang mencari ilmu, berdiri pesantren, meskipun bentuknya sederhana. Pepatah Latin menyatakan "Ubi societas ibi justicia", artinya di mana ada masyarakat dan kehidupan di sana ada hukum (peradaban). Selanjutnya Mbah Shiddiq tinggal di PP Al Fachriyyah Sumbergirang Lasem, kemudian hijrah babat alas berdakwah ke Jember dan wafat di sana pada tahun 1934.

Ketiga, naik sekitar 200 meter terdapat bekas bangunan tempat wudhu dan sumur tua, dipercaya bekas mushalla/masjid.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Babad Lasem menggambarkan lokasi perlawanan Adipati Lasem Tejokusuma III terhadap VOC jauh dari pusat kota Lasem sekarang, juga ada kawasan pesantren, tepatnya di Desa Warugunung yang disebutkan sekilas sebagai berikut:

"....Pangeran Wingit/Panembahan Kajoran klakon katukup ing musuh, kacekel aneng pangungsen ing Desa Criwik.. Dilorobake dening kancane tunggal sapaguron ngaji yukuwi Kiai Ambyah guru pesantren ing Warugunung, kang negelake sanak, kemelikan oleh ganjarane  Sn.Amangkurat II nggenteni Adipati Pr.Tejakusuma III diparingi jeneng Puspayuda apangkat Tumenggung...".

Arti bebasnya sebagai berikut: Pada masa Adipati Tejokukusumo III tersebut terjadi perang besar Lasem melawan VOC pada tahun 1679 M. Pesantren di Lasem menjadi salah satu pusat pendidikan yang melahirkan pejuang Lasem yang berasal dari kalangan biasa dan bangsawan sebagaimana disebutkan di babad tersebut, seperti Raden Wingit kakak Adipati Lasem III, pernah menjadi Senopati Mataram atau dikenal Panembahan Rama atau Pangeran Kajoran, mertua Trunojoyo. Beliau tertangkap Belanda atas laporan Kiai Ambyah teman mengaji seperguruan tunggal guru selama di pesantren yang disayangkan berkhianat. Sehingga Raden Wingit dihukum pancung di Alun-alun Toelis dan dimakamkan oleh pengikutnya secara diam-diam di Bukit Mentoro Desa Sendang Coyo Lasem. Babad Lasem kemudian menyebut " RM Wingit kuwi panggalihe jujur banget, mula disuyudi lan diajeni banget dening para Kawula ing Lasem lan ing Mataram saengga katelah asma Panembahan Rama". Pada tahun itu Lasem bagian dari kerajaan Mataram diserang oleh VOC yang ingin mendapatkan m

onopoli perdagangan di pesisir pantai utara Jawa. Peperangan berlangsung lama dan berlarut-larut menimbulkan korban dan kebencian warga Lasem

Melihat tahun dan masa Adipati Lasem III diperkirakan saat itu pengasuh di salah satu pesantren besar di kawasan situs Warugunung adalah ayah dari Mbah Sholeh yang bernama KH Asyari alias Raden Pangeran Asri bin KH Muhammad Adzroi alias Raden Bardai bin KH Yusuf alias Raden Yusuf bin Mbah Sambu atau Pangeran Sambu atau Sayyid Abdurrahman Basyaiban Masjid Jami Lasem. Raden Asri dengan gelar kebangsawanan melekat masih keluarga Raden Wingit tidak diketahui makamnya, kemungkinan gugur. Sedangkan KH Abdullah cucu Mbah Asyari wafat dikabarkan dimakamkan di  Laut Merah, mungkin karena sakit waktu pulang haji naik kapal laut milik maskapai pelayaran Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian apakah ada korelasinya? Di masyarakat  Warugunung berkembang  kisah turun temurun tentang misteri Mbah Dul ulama besar dari Desa Warugunung yang konon meningal dunia karena dibunuh Belanda, namun sayang  belum ada yang mengetahui kisah selengkapnya Mbah Dul yang mana, dibunuh di mana, dan makamnya di sebelah mana. Wallahualam.  Adapun Kiai Yusuf makamnya di Desa Tuyuhan 5 kilometer dari pusat kota Lasem, desa tersebut juga merupakan kawasan pesantren kuno yang cukup besar dan ramai pada zamannya, didirikan oleh Mbah Jumali bin Mbah Sambu.

Kawasan pesantren kuno di Warugunung sekarang hanya dapat disaksikan berupa bekas bangunannya sebagaimana situs yang ditemukan tersebut,.kemungkinan oleh sebab 3 hal, pertama diisolasi atau dihancurkan Belanda namun tidak sampai rata, kedua di masa damai ditinggalkan lama sampai bangunannya rusak dengan sendirinya, kemudian turun gunung mendirikan pesantren di pusat kota Lasem yang ramai penduduknya yang dapat kita saksikan sekarang ini bertebaran dan ada juga yang di luar Lasem. Ketiga, pesantren kecil ditinggalkan santrinya, kemudian mereka berpindah pesantren, contoh pesantren kecil di Warugunung, diantara guru pesantren atau ustadznya bernama Kiai Ambyah,  pesantrennya tidak ada lagi tidak berbekas sama sekali.

Di Warugunung juga terdapat makam muslim Oey Ing Kiat, keturunan Tionghoa. Di medan perang ia gugur dan meninggalkan pesan agar jasadnya dikubur di lereng puncak Gunung Bugel dan menghadap barat. Jenazahnya dibawa ke Warugunung di rumah istrinya untuk dimandikan dibersihkan dulu dan dimakamkan. Terjadi pada tahun 1750 kembali Lasem pecah perang besar melawan Belanda dipimpin RP Margono putra Tejokusumo V dan Kiai Ali Baidlowi, dibantu Oey Ing Kiat yang dicabut kedudukannya sebagai  Adipati Lasem yang disandang sejak tahun 1727 bergelar Tumenggung Widyaningrat, oleh VOC Belanda ia hanya diberi kekuasaan mengatur orang Tionghoa Lasem dengan pangkat Mayor. Oey Ing Kiat adalah keturunan Bi Nang Oen, salah seorang juru mudi armada Laksamana Ceng Ho yang mendarat di Bonang-Lasem. Bi Nang Oen seorang pujangga dari Campa dan penyebar agama Islam di Lasem pada awal abad ke XV.

Kini masyarakat yang mendiami Warugunung mulai padat, umumnya Muslim yang taat. Di sana sekarang cukup banyak musholla dan lembaga pendidikan Islam. Akhirnya lambat laun perkembangan kebudayaan dan syiar Islam merata di seluruh Kadipaten Lasem (sekarang Kecamatan Lasem dan sekitarnya). (Red: Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Makam, Ubudiyah, Kyai Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 02 April 2013

Jaring Kader Terbaik, Kaderisasi Jadi Kunci Penting

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Aminuddin Ma’ruf menegaskan bahwa kaderisasi merupakan kunci penting dalam menjaring kader terbaik. 

Jaring Kader Terbaik, Kaderisasi Jadi Kunci Penting (Sumber Gambar : Nu Online)
Jaring Kader Terbaik, Kaderisasi Jadi Kunci Penting (Sumber Gambar : Nu Online)

Jaring Kader Terbaik, Kaderisasi Jadi Kunci Penting

Lebih jauh, Amin menyebut bahwa kaderisasi tersebut dapat dilakukan tidak sebatas mengandalkan kader yang berasal dari satu fakultas atau jurusan.

“Kaderisasi di Jakarta Selatan harus lebih banyak menyasar berbagai kampus atau jurusan yang sebelumnya belum terdapat PMII agar lebih besar kemungkinan kita menjaring kader-kader terbaik,” tegas Aminuddin dalam pelantikan Pegurus PMII Cabang Jakarta Selatan yang bertajuk Memupuk Loyalitas dan Pengabdian Kader untuk Kejayaan Organisasi, Jakarta, Kamis (5/5).

Menurutnya keberadaan kader-kader PMII dari beragam kampus dan jurusan sangat penting dalam rangka memperbanyak peluang distribusi kader PMII di sektor-sektor yang dibutuhkan baik di dalam pemerintahan maupun masyarakat.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Jangan hanya mengandalkan input kader homogen atau satu jurusan. Itu tentu sulit,” tegasnya.

Menyambung visi memperbanyak kaderisasi, PB PMII menuntut PC PMII Jaksel untuk lebih masif dalam membentuk komisariat atau rayon-rayon baru sehingga, pengurus cabang dalam hal ini sudah harus mematok target terkait peluang berdirinya komisariat baru di berbagai universitas di Jakarta Selatan selama satu tahun ke depan.

“Parameter target selama satu tahun harus jelas dari sekarang,” tutup Ketum PB PMII yang berasal dari PC PMII Jakarta Timur ini. 

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam kesempatan tersebut ia juga menyebut bahwa Cabang PMII regional Jakarta Selatan ini sebagai parameter kaderisasi DKI Jakarta.

“Cabang Jakarta Selatan ini istimewa karena selama ini sudah menjadi parameter kaderisasi se-DKI Jakarta. Terlebih sahabat Munandar Nugraha yang saat ini menjabat sebagai Ketua Kaderisasi Nasional PB PMII juga berasal dari Jakarta Selatan,” Amin.

PC PMII Jaksel yang dilantik langsung oleh Ketum PB PMII diketuai oleh Rohim yang disusul oleh Rio Saputra sebagai sekretaris umum dan Arifin sebagai ketua satu. Dalam struktur kepengurusan mabincab, PC PMII Jaksel berada di bawah Addin Jauharuddin yang pernah menjabat sebagai ketua umum PB PMII periode 2011-2013. (Harsenda Sari/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Lomba, Pertandingan, Ahlussunnah Pimpinan Pusat Muhammadiyah