Senin, 27 Mei 2013

Tahun Baru Hijriah, Pindah dari Kerangka Pikir ke Kerangka Kerja

Jember, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Momentum tahun baru Islam 1438 hijriah bersamaan dengan momentum Hari Kesaktian Pancasila. Dua momentum bersejarah yang bersamaan ini sesungguhnya mempunyai pesan yang positif bagi bangsa Indonesia yang notabene mayoritas muslim. Pesannya adalah bahwa makna Pancasila bukan hanya sebagai minhajul fikr (cara berpikir) tapi? minhajul amal (cara bertindak).

Demikian diungkapkan Wakil Sekretaris PCNU Jember Ustadz Moch. Eksan saat merayakan tahun baru Islam 1438 Hijriah bersama santri dan warga NU sekitar di rumahnya, kompleks Pesantren Nuris 2, Mangli, Kaliwates, Jember, Jawa Timur, Ahad malam (1/10).

Tahun Baru Hijriah, Pindah dari Kerangka Pikir ke Kerangka Kerja (Sumber Gambar : Nu Online)
Tahun Baru Hijriah, Pindah dari Kerangka Pikir ke Kerangka Kerja (Sumber Gambar : Nu Online)

Tahun Baru Hijriah, Pindah dari Kerangka Pikir ke Kerangka Kerja

Menurut Ustadz? Eksan, dengan hadirnya tahun baru hijriah yang bersamaan dengan momentum Hari Kesaktian Pancasila, maka seharusnya bangsa Indonesia terlecut untuk hijrah dari Pancasila sebagai kerangka berfikir menuju Pancasila sebagai landasan tingkah laku sehari-hari.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Jadi saatnya sekarang kita membumikan Pancasila, diikhtiarkan dalam perbuatan nyata sehari-hari,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa peritiwa hijrah Nabi Muhammad SAW perlu dikenang sebagai bagian dari sejarah perjuangan kenabian. Namun yang jauh lebih penting adalah bahwa peristiwa tersebut harus memberi semangat pada umat Islam untuk pindah dari perbuatan atau tingkah laku yang tak terpuji menuju perbuatan yang terpuji.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Intinya adalah menuju kehidupan yang lebih baik. Baik dari sisi ketuhanan, kemanusiaan, persatuan dan keadian sosial. Sila-sila Pancasila sebenarnya sudah cukup mewakili nilai Islam, dan di situlah makna hijrah perlu direalisasikan,” ungkapnya. (Aryudi A. Razaq/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sejarah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 25 Mei 2013

Wawancara dengan Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi tentang Amandemen UUD

Amendemen UUD 1945 yang diketok palu MPR pada 2002 lalu menimbulkan sejumlah persoalan krusial. Bukan saja pada kenyataan bahwa UUD kita dengan mudahnya dirubah untuk memenuhi keinginan segelintir orang pintar, namun berbagai tata politik-ekonomi juga ikut berubah secara radikal. Satu sisi perubahan itu adalah bagian dari perjalanan bernegara Indonesia menuju sebuah kemakmuran sejati, namun perlu diperiksa ulang bukankah justru perubahan itu malah menyebabkan keterpurukan bangsa Indonesia semakin meradang saja. Berikut wawancara Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi di Lt. 3 Kantor. PBNU, Jakarta, pada tanggal 3 dan 5 Agustus 2006 lalu.

NAHDLATUL ULAMA membuat Maklumat dalam Munas dan Konbes di Surabaya yang isinya bahwa NU meneguhkan kembali komitmen kebangsaannya untuk mempertahankan dan mengembangkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). UUD 45 yang mana?

UUD 45 yang dimaksud adalah yang setelah amandemen.Tapi perlu direview apakah amandemen itu memang kebutuhan yang mendesak dan tidak terelakkan apakah baru merupakan kemauan-kemauan yang diakomodasi karena di setiap negera pasti dalam kurun tertentu ada perubahan, tapi sebatas kebutuhan yang mendesak, nah perlu direview apakah kebutuan mendesak atau lebih dri itu. Misalnya, UUD 45 dianggap terlalu ketat sehingga kekuasan utama berada berada di bawah eksekutif dimana yang lain-lain itu menjadi di bawah eksekutif kemudian menjadikan pemerintahan yang sentralistik, kemudian UUD 45 dikritisi.

Namun (amandemen itu) perlu direview sebenarnya kesalahan terletak pada UUD atau aturan per UU-an sebagai pelaksana dari UU. Sekarang contohnya begini, mengapa Pak Harto terpilih selama 6 kali itu apakah kerena UUD atau UU politiknya itu, dimana ketika itu DPR plus daerah adalah MPR, lembaga tertinggi, dimana terkooptasi oleh kekuatan eksekutif dengan masuknya tentara dan tentara ini kemudian bikin Golkar, nah kemudian bersatu dengan PNS (Korpri) baru masyarakat sebagai alat legalisasi.

Wawancara dengan Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi tentang Amandemen UUD (Sumber Gambar : Nu Online)
Wawancara dengan Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi tentang Amandemen UUD (Sumber Gambar : Nu Online)

Wawancara dengan Ketua Umum PBNU KH. Hasyim Muzadi tentang Amandemen UUD

Nah dalam kondisi semacam itu pasti deh presiden bisa semaunya sendiri, nah ini dulu sentralisme itu disebabkan karena UU atau UUD, karena dulu waktu Bung Karno ya tetep UUD 45 tapi jadinya revolusi, ada nasakom, lalu ganti pak harto yang menerapkan UUD secara murni dan konsekuen jadinya sentralisasi militerisasi dan sebagainya, ini sebenarnya kesalahannya dimana.

Itu mengenai masalah pemerintahan. Mengenai masalah HAM apakah ham ini kesalahan dari UUD ataukah aturan per-uu-an, kalau hanya aturan per-uu-an sebenarnya bisa dibuat oleh DPR.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mungkin yang harus diamandemen adalah lembaga tertinggi, ini memang tencantum di dalam UUD 45 jadi bahwa lembaga tertinggi memilih presiden, masalahnya presiden bisa nggak mengkooptasi lembaga tertinggi, itu sangat tergantung pada UU pemilu dan UU politik. Itu kalau bicara tentang UUD 45 dan amandemen. Jadi kita tidak apriori menolak amandemen, tapi juga tidak apriori menyetujui semuanya. Jadi istilah saya perlu perenuangan kembali.

Kuncinya dimana?

Apakah dengan amandemen itu sistem UU kita sekarang menjamin persatuan dan produktifiatas, kuncinya di situ. Apa tambah ruwet? Karena banyak lembaga ini anu; komisi ini komisi itu, sehingga tidak jelas. Kalau itu yang terjadi, sistem kita mengunci, sehingga kalau ada apa-apa tidak jelas siapa yang bertanggung jawab.

Nah negara yang sedang berkembang tidak cocok dengan stelsel semacam itu. Yang simpel mudah tapi punya leadership yang jujur, nah yang jujur itu tidak ada, karena yang tidak jujur lahirkan produk-produk peuuan yang hanya lahirkan justifikasi kekuasaaan. Yang saya ceritakan ini masa orba. Nah sekarang kakuasaan itu dibagi sekian banyak sehingga tidak jelas pintu mana penguasa itu sebetulnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sekarang sesuatu sudah diputuskan oleh DPR masih bisa direview oleh Mahkamah Konstitusi (MK), lalu ada Komisi Yudisial (KY, nah sementara ada KPK, nah posisi ini dilihat dari struktur koordinatif dengan Polri dengan Jaksa bagaimana, sekarang ada KPK yang menangkap orang tetapi tidak memutusi orang itu, yang memutisi adalah pengadilan, padahal dalam struktur pengadilan yang belum bersih tidak bisa untuk membawa misi KPK itu, sementara ini sudah terpisah dengan eksekutif, jadi ada pemisahan-pemisahan yang tidak bisa dikoordinasikan sekarang.

Nah pertanyaan selanjutnya yang dimaksud di sini perenungan kembali adalah apakah dengan sistim ini menjamin 1)persatuan bangsa, 2)kwalitas bangsa 3)produktifitas bangsa. Apakah kita akan mubazir terus dalam keterombang-ambingan.

Itu tadi yang sistem, nah kemudian sistem ini melahirkan kepemimpinan, nah kepemimpinan tentu tidak bisa pede jug

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Halaqoh, Hikmah, Habib Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 20 Mei 2013

PMII Rayon Tarbiyah UIN Bandung Ganti Kepengurusan

Bandung, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Bandung berganit kepengurusan. Pergantian dilakukan pada hajatan RTAR 14 pada Ahad 27 April 2014. Dadan Sholihin, mengetuai kepengurusan masa khidmat 2014-2015.

Sebelumnya, dua anggota mencalonkan diri. Setelah memaparkan kesiapan, visi-misi dan menjawab pertanyaan peserta pada sidang pleno 4, dilakukan pemilihan umum untuk ketua baru? oleh semua pengurus dan anggota. Proses persidangan dan pemilihan berjalan dengan tertib, aman dan demokratis.

PMII Rayon Tarbiyah UIN Bandung Ganti Kepengurusan (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Rayon Tarbiyah UIN Bandung Ganti Kepengurusan (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Rayon Tarbiyah UIN Bandung Ganti Kepengurusan

“Setiap dinamika pasti ada hikmahnya. Yang terpenting bagaimana dinamika itu membuat sahabat-sahabat semakin merapatkan barisan, bukan malah meninggalkan rayon,” ujar Nina Fatimatussa’adah, Ketua OC.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Muhamad Rikjan selaku ketua demisioner pun berharap, periode kepengurusan selanjutnya akan lebih baik, dan kuat terhadap dinamika yang akan dihadapi.

Kepada ketua terpilih, Rikja meminta Dadan memimpin PMII dengan amanah, berbenah dan berkaca dari yang telah terjadi sebelumnya, dan harus mampu merangkul setiap orang yang ada di Rayon Tarbiyah.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia juga berpesan supaya tidak lupa mengajak silaturahmi kepada pengurus demisioner, senior, rayon-rayon lain, komisariat, serta PMII Cabang Kota Bandung sendiri.

“Pemimpin baru yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan kehendak rayon. Pemimpin? yang terpilih diharapkan mampu membuat dan menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan membawa kemaslahatan,” pungkasnya. (Red: Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Meme Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 19 Mei 2013

Disayangkan, Rambu Shalawat di Kudus Kurang Terawat

Kudus, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Papan atau rambu shalawat yang terpasang di tempat-tempat strategis sepanjang jalan dan alun-alun Kota Kudus, Jawa Tengah, mendapat sorotan masyarakat. Pasalnya, puluhan rambu yang bertuliskan ajakan membaca shalawat, istighfar, maupun menunaikan shalat terlihat kusam, karatan, serta kurang terawat.

Ahmad Syafii, seorang warga Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kudus, menyayangkan kondisi papan ajakan shalawat yang kotor dan sudah karatan sehingga kurang indah dipandang mata. Padahal, menurutnya, fungsi rambu yang sudah terpasang beberapa tahun lalu itu sangat bermanfaat untuk mengingatkan para pengguna jalan supaya tidak lupa membaca istighfar, shalawat dan menunaikan shalat.

Disayangkan, Rambu Shalawat  di Kudus Kurang Terawat (Sumber Gambar : Nu Online)
Disayangkan, Rambu Shalawat di Kudus Kurang Terawat (Sumber Gambar : Nu Online)

Disayangkan, Rambu Shalawat di Kudus Kurang Terawat

"Kebiasaan orang kalau naik mobil biasanya nyetel musik keras-keras sehingga dengan adanya papan itu bisa tersadar membaca shalawat. Dengan bershalawat akan memberi doa pengharapan supaya diberi keselamatan selama dalam perjalanan," katanya kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Rabu (24/9).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Melihat kondisi itu, Syafii yang juga pengurus NU ini mengharapkan pemerintah kabupaten Kudus melakukan perawatan atau perbaikan. Apalagi sarana yang lain seperti trotoar dan jalan setiap waktu selalu diperbaiki dengan pengecatan baru.

"Mosok papan yang mempunyai pesan-pesan kebaikan kelihatan terabaikan. Mohon pemkab memperhatikan sehingga menyejukkan dan bisa terbaca dengan jelas," harapnya seraya meminta papan serupa ditambah dan dipasang di tempat strategis lainnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Harapan yang sama juga disampaikan warga Bae Kudus, Edi Sayogi. Menurutnya, bila tidak dirawat kondiisinya akan cepat rusak. "Sangat eman, wong itu mengandung nilai-nilai ajakan berbuat kebaikan," tandasnya singkat. (Qomarul Adib/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Lomba Pimpinan Pusat Muhammadiyah