Senin, 30 Juni 2014

Kiai Hasyim Sindir Perilaku Menyimpang Media

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi, menyindir perilaku media massa yang kini lebih mengedepankan kepentingan ketimbang kemaslahatan umat.

?

Kiai Hasyim Sindir Perilaku Menyimpang Media (Sumber Gambar : Nu Online)
Kiai Hasyim Sindir Perilaku Menyimpang Media (Sumber Gambar : Nu Online)

Kiai Hasyim Sindir Perilaku Menyimpang Media

Kiai Hasyim menuturkan saat ini jurnalis acapkali memberitakan sesuatu selalu tergantung kepada pihak yang memasang iklan atau pihak yang memiliki kuasa atas media massa tersebut.

?

"Saya melihat sekarang ini pers atau koran tergantung yang masang iklan saja, bisa disuruh ke sana, ke sini, disuruh diam. Jadi menyerang dia bayar, tidak menyerang bayar, diam juga dibayar," katanya dalam acara Simposium Pemikiran Mahbub Djunaedi dan Pendidikan Jurnalisme Pergerakan di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (28/11).

?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kata Kiai Hasyim, inilah kondisi yang terjadi saat ini, di mana perang persepsi di media menjadi lebih canggih dari politik. Pasalnya, pemberitaan media itu menyatu dengan opini rakyat yang bisa menggiring arah opini itu. "Dengan kondisi kebebasan pers seperti sekarang membuat partai itu butuh pers. Pemerintah juga dibawah pers, karena lidahnya dipotong oleh undang-undang (UU Kebebasan Pers)," tegasnya.

?

Kekacauan ini, sambung Kiai Hasyim, justru yang membuat rating media naik. Bila tidak seperti ini, mungkin ketika jurnalis dikecewakan oleh pihak tertentu, maka nantinya bakal sakit semua yang dikecewakan itu. "Maka opini itu ada di wartawan," tuturnya.

?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Bagi Kiai Hasim, saat ini suatu informasi yang belum terpengaruh hanya ada dalam tulisan di buku karena kalau tulisan sudah menjadi berita itu sudah menghitung rating.

"Dalam hal yang seperti ini, kalau berita jadi bagian bisnis uang itu luar biasa. Dan ketuhanan yang maha kuasa, jadi keuangan yang maha kuasa. Nah dalam keadaan seperti ini bagaimana Anda bisa meneruskan pemikiran Mahbub Junaedi," tuturnya. (Syaiful/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tegal, Sholawat, Halaqoh Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 24 Juni 2014

Kang Said: Lapang Hati, Pengaruh Pelajaran Tasawuf

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. “Kelapangan hati merupakan pengaruh dari pelajaran Tasawuf meskipun orang yang bersangkutan belum atau bukan seorang sufi.”



Kang Said: Lapang Hati, Pengaruh Pelajaran Tasawuf (Sumber Gambar : Nu Online)
Kang Said: Lapang Hati, Pengaruh Pelajaran Tasawuf (Sumber Gambar : Nu Online)

Kang Said: Lapang Hati, Pengaruh Pelajaran Tasawuf

Demikian kata KH Said Aqil Siroj, Ketua Umum PBNU dalam pengajian tasawuf di Kantor PBNU lantai tiga, Jakarta Pusat, Senin (14/1) malam.

Menurut Kang Said, pelajaran tasawuf dapat mempengaruhi sikap batin seseorang. Dari pelajaran yang diterima secara intensif, batin seseorang akan menjadi tenang yang tidak mudah terguncang oleh pujian maupun caci maki.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Misalnya, menghadapi suami atau istri yang tengah marah, batin seseorang tidak menjadi rusuh resah dan berkecamuk,” jawab Kang Said saat ditanya seorang peserta pengajian.

Kang Said menambahkan, seseorang yang nggak pernah belajar tasawuf, umumnya mudah tersinggung, tidak mau dikritik, dan celakanya tinggi hati untuk menerima kesalahan yang pernah dilakukannya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pelajaran tasawuf, imbuh Kang Said, dapat mengikis sifat keangkuhan hati seseorang. Sifat ‘maunya hanya dihormati’, ‘maunya benar sendiri’, dan ‘maunya selalu diterima’, secara perlahan akan berubah.

Mereka yang menerima secara terus-menerus pelajaran tasawuf, tidak melambung saat dipuji; dan tidak sempit hati ketika dicaci maki. Karena, mereka menyadari kesetaraan antara pemuji dan mereka yang dipuji; dan antara pencaci dan mereka yang dicaci maki, kata Kang Said.

Kang Said menegaskan, mereka insaf bahwa kedua pihak tidak lebih mulia dan lebih hina satu sama lain. Karena, keduanya sama-sama keluar dari dua saluran kemih, saluran kemih kedua orang tua mereka.

Hasil dari pengajian tasawuf, meringankan batin seseorang dalam segala keadaan, baik dari sanjungan maupun gunjingan. Keringanan itu dirasakan meski yang bersangkutan masih jauh dari predikat sufi,  tandas Kang Said. 

 

Penulis: Alhafiz Kurniawan

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan, Amalan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 20 Juni 2014

Kabar Duka: Rais Syuriyah NU Maluku Tutup Usia

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, kabar duka datang dari Provinsi Maluku. KH Abd Wahab Polpoke, Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Maluku, wafat, Sabtu (29/10) malam, sekitar pukul 21.30 WIT akibat penyakit komplikasi jantung dan paru-paru.

Kabar Duka: Rais Syuriyah NU Maluku Tutup Usia (Sumber Gambar : Nu Online)
Kabar Duka: Rais Syuriyah NU Maluku Tutup Usia (Sumber Gambar : Nu Online)

Kabar Duka: Rais Syuriyah NU Maluku Tutup Usia

Informasi tersebut disebarkan pihak keluarga kepada kader NU di Maluku, melalui pesan singkat, WhatsApp serta grup Facebook. Dikabarkan pula, PWNU serta Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda Ansor setempat turut membantu dalam proses pemakaman jenazah almarhum.

Prosesi pemakaman dilaksanakan hari ini, Ahad (30/10), di kampung halaman Desa Wakasihu, Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Almarhum dikenal sebagai tokoh yang bersahaja, kritis, serta responsif terhadap dinamika sosial masyarakat Maluku.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tokoh NU ini menyelesaikan pendidikan Sekolah Rakyat (SR) di Wakasihu melanjutkan SMP dan SMA di Gontor Jombang. Ia juga pernah menjadi anggota DPRD dari Fraksi Partai Golkar Provinsi Maluku (PAW) periode sisa 1992-1997, pengurus Yayasan Pendidikan Al-Hilaal, pengurus MUI Maluku, dan terakhir Rais Syuriyah PWNU Maluku. (Noval Albram/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 07 Juni 2014

Indonesia Salah Besar Tinggalkan Pola Pesantren dalam Pendidikan

Semarang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mantan rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Malang Prof Dr Imam Suprayoga menyatakan, sistem pendidikan di Indonesia telah salah besar karena meninggalkan pola pesantren. Ia katakan, pendidikan terbaik adalah model pondok pesantren. Maka jika ingin sekolah atau perguruan tinggi menghasilkan lulusan terbaik, buatkan dengan mengikuti model pesantren.

Namun, pesantren juga perlu dikembangkan manajemennya atau bidang entrepreneurshipnya. Beberapa kekurangan di lembaga pesantren seperti tata administrasi juga perlu dibenahi agar semakin sempurna kebaikannya

Indonesia Salah Besar Tinggalkan Pola Pesantren dalam Pendidikan (Sumber Gambar : Nu Online)
Indonesia Salah Besar Tinggalkan Pola Pesantren dalam Pendidikan (Sumber Gambar : Nu Online)

Indonesia Salah Besar Tinggalkan Pola Pesantren dalam Pendidikan

Guru  besar yang semasa menjadi rektor UIN Malang mengasramakan 4 ribu mahasiswanya ini menyatakan hal itu saat menjadi pembicara dalam Seminar Entrepreneur & Soft Launching 50 Tahun Dies Natalis IKIP Veteran (Ivet) Semarang, di Auditorium kampus tersebut di Jalan Pawiyatan Luhur Semarang, Selasa, (23/2/2016).

"Filosofi pendidikan itu harusnya menunggui murid sepanjang masa belajar. Seperti ayam betina mengerami telurnya. Maka guru maupun lembaga pendidikan perlu menerapkan pola pengasuhan. Dan itu berarti memakai pola pondok pesantren," ujar guru dosen senior yang pernah 41 tahun menjadi kepala madrasah dan sekolah di Jawa Timur ini.

Ia jelaskan, pesantren menerapkan pendidikan kepada hati. Kepada jiwa. Mendidik akhlak agar sempurna mulia. Hasilnya, tidak hanya hati yang menjadi bercahaya, melainkan otak juga cemerlang. Terbukti, diungkapkannya, semua lulusan terbaik setiap wisuda sarjana di UIN Malang selalu mahasiswa yang tinggal di asrama mahasiswa. Di pesantren kampus. Dan hampir semuanya hafal Al-Quran.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"UIN Malang mengasramakan mahasiswa dengan maksud mengontrol belajar mereka agar lulus cepat dengan nilai bagus. Ternyata dengan pola pondok pesantren yang menekankan aspek moral, kami dapat bonus. Para mahasiswa yang adalah santri itu tidak hanya menjadi pintar akademiknya, melainkan juga hafal kitab sucinya. Jadi karena mereka menghafalkan Al-Quran, otaknya jadi encer dan ilmu begitu mudah dikuasai," tuturnya disambut tepuk tangan hadirin.

Imam menceritakan, dulu semasa ia pertama menjadi rektor, UIN Malang adalah kampus kecil kelas ndeso. Namanya Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Malang. Mahasiswanya hanya sedikit dan hanya berasal dari Malang dan sekitarnya. Dosennya hanya 43 orang dan sudah tua semua. Enam bulan diberi tugas mengajar, sudah tujuh orang yang meninggal dunia.

Lalu dengan keyakinan kuat, ia ajak seluruh elemen kampus untuk memajukan almamater. Caranya dengan mengamalkan sebuah hadis Rasulullah tentang perlunya memiliki tamu yang banyak, karena tamu membawa berkah.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Kami dulu kampus kecil tidak terlihat. Lalu kami bertekad maju, kami buat agar punya banyak tamu. Dengan mencari celah apapun yang bisa mengundang orang mau datang bertamu. Alhamdulillah hasilnya nyata," paparnya.

Kepada para kepala SMK berbasis pesantren yang hadir dalam seminar tersebut Imam memberi saran, setiap SMK harus mencari dan menonjolkan keunikan masing-masing agar mengundang datangnya tamu. Tamu yang banyak akan membuat para pegawai, dosen, dan mahasiswa bangga. Lalu bersemangat ingin menunjukkan yang terbaik kepada para tamunya. Jadi, tanpa diceramahi rektor, seluruh elemen kampus bergerak, berimprovisasi untuk kemajuan kampusnya. Itulah kunci awal perkembangan.

Pentingkan bahasa asing

Imam mengaku heran dengan para pemangku perguruan tinggi. Semua mengeluh soal kurangnya penguasaan bahasa asing para dosen maupun mahasiswa, tapi tak ada upaya serius mengurai masalah itu. Sehinga seolah semua menjadi jeleh  tidak tahu apa yang harus diperbuat. Hanya berhenti pada keluhan.

Maka iapun membuat gebrakan. Ia langgar silabus dan kurikulum pergurutan tinggi. Jam kuliah bahasa asing di IAIN Malang (kini UIN Malang) dia ubah dari 2 jam seminggu menjadi minimal 4 jam setiap hari. Dia wajibkan mahasiswa baru masuk asrama, wajib mengikuti pelajaran bahasa asing mulai jam 14 sampai malam. Wajib menjadi santri yang aktif berbincang dalam bahasa asing di bawah pengawasan pengasuh asrama.

Hasilnya, kata dia, seluruh mahasiswa mampu berbahasa asing bagus minimal satu bahasa asing. Banyak yang menguasai dua atau lebih bahasa asing. Bahkan rata-rata bisa menulis skripsi dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing. Satu orang diantaranya menulis skripsi dalam sembilan bahasa.

"Program kami, minimal bahasa Arab dan Inggris harus menjadi kompetensi setiap lulusan UIN Malang. Alhamdulillah kami cukup berhasil. Mahasiswa kami yang dari luar negeri saja berasal dari 32 negara," ucapnya bangga.

Didik hati, hasilkan profesionalisme

Lebih lanjut Imam memaparkan, mendidik hati manusia, menempa ruh mereka, akan menghasilkan jiwa yang profesional. Dan itulah yang sangat dibutuhkan dalam dunia entrepreneur. Jika orang butuh pegawai yang profesional, jangan mencari dari lulusan manajemen "sekular" tetapi carilah dari orang yang ditempat dengan pendidikan rohani.

Ia ceritakan, Ponpes Sidogiri Pasuruhan punya lembaga keuangan Baitul Mal wa Tamwil (BMT) yang asetnya Rp 16 triliun. Padahal di pesantren itu tidak ada sekolah manajemen keuangan atau fakultas ekonomi jurusan perbankan. Sedangkan Universitas Brawijaya yang punya jurusan Koperasi, justru Koperasi Mahasiswanya bangkrut. Sehingga datang ke Sidogiri untuk studi banding belajar mengelola uang.

"Dengan  pesantren mendidik hati para santri, kiai menjadi sentral panutan moral, terciptalah insan profesional. Sehingga disuruh mengelola uang sampai triliunan rupiah mampu. Amanah. Kalau hanya mengajar soal manajemen, hanya ada orang pintar tapi potensial ngakali atau akal-akalan," tandasnya.

Sosok Kiai Mahfud Sobari, pengasuh pesantren Pacet Mojokerto juga ia jadikan contoh kesuksesan di bidang entrepreneurship. Kiai sahabatnya itu, kata Imam, merupakan sosok konglomerat. Usahanya macam-macam, sampai dia tanya ga pernah bisa ngitung penghasilannya.

Namun ketiga dia desak, Kiai Mahfud pernah cerita bahwa penghasilannya setiap bulan tak boleh kurang dari Rp 2 miliar. Sebab dia harus menghidupi empat istri, membiayai 20 anak kandung, puluhan yatim piatu dan membantu ratusan santri yang diasuhnya.

"Saya pernah membawa dosen-dosen UIN Malang ke rumah Kiai Mahfud. Mendengar tuan rumah punya istri empat, ibu-ibu pada jengkel dan menilai buruk beliau. Setelah diberitahu kalau penghasilan beliau per bulan Rp 2 miliar, eh, ibu-ibu itu bilang; lha kalau gitu ya saya mau jadi istrinya," tuturnya disambut tawa hadirin. (Ichwan/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nahdlatul, Doa Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 02 Juni 2014

NU Pilih Negara Kebangsaan, Tapi Berakhlak Mulia

Depok, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sejak pagi, ribuan warga Nahdliyin Kota Depok tampak gembira. Dengan berseragam batik hijau, anggota Fatayat-Muslimat memenuhi aula Masjid Dian Al-Mahri Jl Meruyung Raya Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (15/5).

Mereka bersiap sejak kemarin untuk menyambut kedatangan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj yang dijadwalkan melantik Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Depok periode 2013-2018.

NU Pilih Negara Kebangsaan, Tapi Berakhlak Mulia (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Pilih Negara Kebangsaan, Tapi Berakhlak Mulia (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Pilih Negara Kebangsaan, Tapi Berakhlak Mulia

Dalam pantauan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di sepanjang jalan menuju masjid yang kerap disebut Masjid Kubah Mas ini tampak bendera NU yang melambai-lambai dari pepohonan rindang. Beberapa jamaah Nahdliyat tampak berjalan santai menuju aula masjid tempat pelantikan digelar. Bus-bus dan kendaraan pribadi berdatangan sejak pagi hingga menjelang siang. Aparat keamanan baik negeri (Polisi) maupun swasta (Banser) tampak berjaga-jaga di beberapa titik.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam pidato pengarahannya selaku Ketum PBNU, Kiai Said menyatakan pentingnya Nahdliyin Depok memahami garis perjuangan NU. Selain mengamalkan Islam Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja), NU Depok juga harus mendakwahkannya. Hal ini dilakukan agar bangsa ini tidak pecah, tidak tercabik-cabik, dan tererai-berai. Agama Islam harus dipahami dan dikaji, bukan dilembagakan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“NU tidak butuh negara Islam. Sayang kalau namanya sudah kadung jadi negara Islam tetapi pejabatnya banyak yang korupsi, banyak yang dipanggil KPK. Malu nggak Islam? Makanya, NU lebih memilih negara kebangsaan, negara nasionalis, tetapi berakhlak mulia,” kata Kang Said.

Hal ini, lanjutnya, seperti Nabi Muhammad SAW ketika dari kota Mekah ke kota Yatsrib. Pada waktu itu, Rasulullah mendapati masyarakat yang plural. Ada orang orang Islam: Auz dan Khazraj, ada pula non muslim, Yahudi: Bani Quraidhah, Bani Qainuqa’, Bani Nadlir. Makanya di Quran banyak ayat yang mengajak bicara orang Yahudi. Artinya penduduk Yatsrib itu multikultural.

“Lalu, Rasulullah membuat perjanjian yang disepakati bersama antara kaum muslimin dan non muslim. Perjanjian tersebut terkenal dengan sebutan Mitsaq al-Madinah. Rasulullah menegaskan, Ini ketetapan Muhammad untuk semua warga, asal satu cita-cita, satu visi-misi, satu garis perjuangannya sesungguhnya mereka itu umat yang satu,” papar Kiai Said.

Doktor jebolan Universitas Ummul Quro Mekah Saudi Arabia ini menambahkan, Nabi Muhammad berhasil membangun sebuah negara yang diikat dengan satu cita-cita dan visi-misi. Tidak diikat dengan dasar agama atau kesukuan. Nabi tidak mendeklarasikan negara berbasis agama dan suku karena di dalamnya ada Muslim dan non-Muslim, ada Arab dan non-Arab.

“Anehnya, dalam perjanjian Madinah itu sebagaimana tertulis dalam Sirah Nabawiyah juz II halaman 61, 2 setengah halaman tidak ditemukan kata-kata Islam sama sekali. Artinya Nabi membangun masyarakat berbasis budaya dan peradaban,” tegas Kiai Said.

Oleh karena itu, lanjut Kiai Said, yang asalnya bernama Yatsrib berubah nama menjadi Madinah yang berarti peradaban (berasal dari kata tamaddun, madaniyyah, masyarakatnya disebut mutamaddin). Warganya yang benar dilindungi, yang salah dihukum. Negara seperti ini disebut Negara Madinah.

“Contohnya, ada sahabat membunuh orang Yahudi. Nabi marah besar. Barangsiapa membunuh nonmuslim berhadapan dengan saya, saya advokatnya nanti. Dan barangsiapa yang berhadapan dengan saya, maka tidak akan masuk surga,” ujar Kiai Said. (Ali Musthofa Asrori/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pertandingan, Amalan, Tokoh Pimpinan Pusat Muhammadiyah