Selasa, 30 September 2014

Rutinitas Ramadhan di Kota Konya Turki

Turki, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Tidak terasa kita telah menyelesaikan separuh bulan Ramadhan. Tiga hal yang selalu mengiringi bulan Ramadan adalah puasa, tadarus Al-Qur’an dan salat tarawih. Dengan berbagai macam ibadah, Muslim di seluruh belahan dunia berlomba-lomba mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

Kontributor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hari Pebriantok mencatat beberapa rutinitas selama bulan suci Ramadhan di Kota Konya, Turki.?

1. Mukabele di Masjid Kap? Camii

Rutinitas Ramadhan di Kota Konya Turki (Sumber Gambar : Nu Online)
Rutinitas Ramadhan di Kota Konya Turki (Sumber Gambar : Nu Online)

Rutinitas Ramadhan di Kota Konya Turki

Mukabele adalah kegiatan membaca atau menghafal Al-Quran yang dilakukan secara bergantian. Di masjid yang dibangun oleh ? salah satu keturunan Maulana Jalaluddin Rumi-- Hasano?lu ?eyh Hüseyin Çelebi pada tahun 1658 ini tradisi mukabele sudah berlangsung selama 50 tahun. Kegiatan mukabele bisa kita ikuti selepas shalat dzuhur. Para hafiz secara bergantian menghafal Al-Qur’an di mimbar masjid sambil disimak oleh para jemaah. Posisi masjid Kap? Camii tidak jauh dari makam Maulana Jalaluddin Rumi. Letaknya yang strategis membuat masjid ini selalu penuh oleh para insan yang beribadah.



Pimpinan Pusat Muhammadiyah

2. Ziarah Makam Wali

Masyarakat Turki masih akrab dengan tradisi ziarah kubur para wali. Orang Turki tidak ada yang membidahkan ziarah kubur. Pada bulan Ramadhan jumlah peziarah di makam para wali semakin meningkat. Di Konya, salah satu tujuan peziarah selain ke makam Maulana Jalaluddin Rumi adalah makam Sadruddin Konevi, seorang ulama tasawuf abad ke-13.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

? ?

3. Tarawih di pelataran Masjid Selimiye

Salah satu ibadah sunah pada bulan Ramadhan adalah shalat tarawih. Masyarakat Konya setiap malam berduyun-duyun memadati halaman Masjid Selimiye, salah satu masjid peninggalan Kesultanan Osmani. Masjid Selimiye mulai dibangun pada zaman kekuasan Sultan Selim II (1558-1567). Letak masjid ini di komplek makam Maulana Jalaluddin Rumi. Salat tarawih di tempat ini berjumlah 20 rekaat, setiap dua rekaat salam, dan setelah salam para jemaah membaca salawat atau kalimat tasbih bersama-sama.

4. Minum teh di kedai-kedai

Setelah melaksanakan ibadah shalat tarawih, masyarakat Konya biasa bercengkerama sambil menyesap çay, teh Turki di kedai-kedai yang bersebaran di sekitar masjid. Sebagaimana kita tahu setiap ibadah yang diperintahkan Allah adalah untuk meningkatkan hubungan vertikal dan horizontal secara seimbang. Hubungan vertikal antara makhluk dengan Sang Pencipta, hubungan horizontal yaitu hubungan sesama makhluk Allah SWT. ? Minum teh sambil bercengkrama yang bermanfaat adalah salah satu cara menyeimbangkan hubungan vertikal dan horizontal masyarakat Konya dan Turki pada umumnya. Obrolan-obrolan di kedai teh ini mengalir hingga larut malam.



Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen, Quote Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 29 September 2014

Menengok Pesantren Waria di Yogyakarta

Pondok Pesantren Waria Al-Fattah Yogyakarta berdiri dan diresmikan wakil ketua DPRD kota Yogyakarta pada 8 Juli 2008. Pesantren yang saat ini berlokasi di daerah Jagalan Kotagede Yogyakarta diawali oleh salah seorang waria bernama Maryani yang rutin mengikuti pengajian mujahadah al-Fattah di bawah bimbingan KH Hamroeli Harun di Desa Pathuk mulai tahun 1997.

Berawal dari kegelisahannya akan stigma negatif yang selalu dialamatkan kepadanya dan teman-temannya sesama waria, ia mulai mengadakan pengajian di rumahnya sebagai pembuktian bahwa mereka juga bagian dari masyarakat yang eksistensinya ingin diakui. Puncaknya, pada tahun 2008 Maryani mendirikan sebuah pondok pesantren sebagai tempat belajar agama bagi para waria setelah mendapatkan restu dari KH. Hamroeli yang sekaligus menjadi pembina atau pengasuh pondok pesantren waria ini.

Menengok Pesantren Waria di Yogyakarta (Sumber Gambar : Nu Online)
Menengok Pesantren Waria di Yogyakarta (Sumber Gambar : Nu Online)

Menengok Pesantren Waria di Yogyakarta

Dua tahun setelah berdiri, KH. Hamroeli berhenti mengajar dikarenakan beberapa alasan. Namun, kegiatan belajar mengajar ilmu agama tetap berlangsung karena sebagian ustadz tidak ikut berhenti. Pada tahun 2014, Maryani meninggal dunia. Pesantren ini tetap dikehendaki keberadaannya sehingga diputuskan untuk meneruskan perjuangan yang telah dibangun oleh Maryani. Terpilih lah Shinta Ratri sebagai ketua pondok baru yang lalu memindahkan lokasi pondok yang awalnya di daerah Notoyudan ke daerah Kotagede. KH. Abdul Muhaimin, pengasuh pondok pesantren Nurul Ummahat yang sekaligus koordinator FPUB (Forum Persatuan Umat Beragama), diminta untuk menjadi pembina dan pengasuh baru pondok pesantren waria ini.

Secara garis besar, kegiatan di pondok pesantren ini ada dua macam: kegiatan mingguan dan tahunan. Awalnya kegiatan berlangsung setiap hari Senin dan Kamis—karena itu pesantren ini disebut juga dengan Pesantren Senin Kamis. Namun setelah lokasinya pindah, kegiatan kemudian hanya dilakukan seminggu sekali, yaitu pada hari Ahad. Bentuk kegiatan mingguan ini berupa shalat berjama’ah, mengaji Al-Qur’an, dzikir, diskusi dan lain sebagainya. Kegiatan dimulai pada sore menjelang maghrib hingga setelah sholat Isya’. Adapun kegiatan tahunan yang telah dilakukan, yaitu ziarah kubur, bakti sosial, kegiatan bulan Ramadhan, syawalan, dan hari raya kurban.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu, saat ini jumlah santri di pesantren ini ada sekitar 30 orang. Mereka tinggal di kediaman masing-masing dan akan berkumpul di pondok sesuai dengan jadwal kegiatan pesantren yang telah ditentukan. Para santri memiliki berbagai macam profesi, mulai dari berdagang, ngamen, pengrajin, hingga ada juga yang menjadi pekerja seks komersial (PSK). Akan tetapi, mereka tetap memiliki kemauan untuk belajar agama dan beribadah sehingga kehadiran pondok pesantren ini membuat mereka merasa diterima dan mendapatkan tempat untuk belajar.

Idris Ahmad Rifai dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pesantren ini mendapatkan apresiasi yang tinggi dari para waria. Salah satu santri yang bernama Yeti, misalnya, mengungkapkan rasa syukurnya dengan hadirnya pesantren ini karena ia merasa mendapatkan tempat untuk beribadah dan mempelajari agama. Tanpa pesantren ini, ia dan teman-teman warianya merasa kesulitan untuk beribadah di tempat ibadah umum karena pasti akan ditolak.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Yuni Shara, salah seorang santri lainnya mengutarakan hal senada. Ia menilai bahwa kehadiran pesantren waria ini bisa mengakomodir kebutuhan para waria akan ilmu agama serta bisa menjadi ajang untuk saling bersilaturrahim.

Waria memang sering dipandang sebelah mata dan diperlakukan tidak manusiawi. Secara sederhana, waria dipahami sebagai manusia yang lahir dalam fisik laki-laki, namun memiliki kecendrungan dan kepribadian wanita sehingga mereka berpenampilan dan berperilaku layaknya wanita. Kelainan ini adakalanya sebab faktor lingkungan dan adakalanya juga bawaan lahir.

Tak sedikit yang menganggap waria sebagai makhluk rendahan bahkan terkadang dianggap lebih buruk dari sampah yang menjijikkan. Padahal, seburuk apapun para waria dalam pandangan sosial, mereka tetaplah manusia. Manusia yang selalu diperjuangkan oleh nabi harkat dan martabatnya. Toh, walaupun seseorang melakukan kesalahan, itu tidak bisa menjadi legitimasi untuk merendahkannya. Justru karena memiliki dua sisi baik dan buruk itu yang membuat seseorang disebut manusia. Tanpa keburukan, manusia tak akan pernah menjadi lebih baik dari malaikat dan kehilangan keutamaan sebagai ciptaan terbaik tuhan. Inilah salah satu alasan yang menginspirasi berdirinya pesantren yang cukup unik di Yogyakarta, yaitu Pondok Pesantren Waria Senin Kamis al-Fattah Yogyakarta.

Muhammad Itsbatul Haq, Alumni PP. Annuqayah Sumenep

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tokoh, Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 21 September 2014

Bantal Plastik Kreasi Murid Pesantren Ramaikan Lomba Hari Lingkungan Hidup

Way Kanan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian (Kasi Wasdal) Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Way Kanan Provinsi ? Lampung Arif Radigusman, di Blambangan Umpu, Rabu (1/6) mengundang murid di SMK Manbaul Ulum Pesantren Assiddiqiyah 11 mengikuti lomba peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia yang digelar institusinya.

Bantal Plastik Kreasi Murid Pesantren Ramaikan Lomba Hari Lingkungan Hidup (Sumber Gambar : Nu Online)
Bantal Plastik Kreasi Murid Pesantren Ramaikan Lomba Hari Lingkungan Hidup (Sumber Gambar : Nu Online)

Bantal Plastik Kreasi Murid Pesantren Ramaikan Lomba Hari Lingkungan Hidup

Kiai Imam Murtadlo Sayuthi selaku pengasuh Pesantren Assiddiqiyah 11 didampingi pengajar SMK Manbaul Ulum Ustadz Saikhun Nidzhom menegaskan pihaknya siap memenuhi undangan KLH Way Kanan pada Jumat, 3 Juni 2016 dengan menampilkan kerajinan daur ulang plastik bekas yang dibuat menjadi bantal oleh anak didiknya.

"Keberadaan Pemuda Ansor di pesantren kami dengan penyelenggaraan Pesantren Kilat Bimbingan Belajar Pasca Ujian Nasional (Sanlat BPUN) membawa dampak positif, salah satunya adalah mencintai lingkungan dengan mengajak para santri memanfaatkan sampah plastik," ujar Umi Muniroh, istri Kiai Imam menambahkan.

Nasib sampah plastik seperti bekas bungkus shampoo, deterjen, makanan ringan, tas kresek dan sejenisnya berbeda dengan nasib botol mineral yang masih diambil pemulung untuk diuangkan.

Lantas apa yang harus dilakukan manusia sebagai mahkluk yang dikarunia akal dan pikiran? Mendiamkan sampah plastik begitu saja dan merusak unsur kehidupan seperti tanah dan air?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mendiamkan sampah plastik yang hanya bisa terurai 50 hingga 500 tahun sama saja menyiapkan bom waktu karena dengan rusaknya lingkungan berarti membiarkan rusaknya sumber-sumber kehidupan yang tentu saja berdampak pada kualitas generasi Indonesia mendatang.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Santri BPUN PC GP Ansor Way Kanan mendampingi santri dan pelajar SMK Manbaul Ulum Pesantren Assiddiqiyah 11 di Kampung Labuhan Jaya, Kecamatan Gunung Labuhan untuk bijak mencintai lingkungan, salah satunya ialah mendaur ulang sampah plastik menjadi bantal.

Setelah dipilah, sampah plastik dipotong-potong kecil kemudian dicuci bersih dan dikeringkan. Sampah plastik selanjutnya dimasukkan ke dalam bekas karung beras kemudian dijahit kedua sisinya dan selanjutnya dilapisi kain.

"Insya Allah kami siap mengikuti lomba tersebut. Sarung untuk pembungkus luar terbuat dari baju bekas juga telah selesai dibuat," kata Nidzhom yang di luang waktu belajar mengajar tekun memotong sampah plastik bersama para santri.

Daur ulang sampah plastik merupakan pengabdian SMK Manbaul Ulum Pesantren Assiddiqiyah 11 bagi bumi yang memberi pangan dan air.

"Semoga gerakan kecil kami bermanfaat bagi lingkungan dan kehidupan. Insyaallah, Assiddiqiyah 11 menjadi pesantren pertama di Way Kanan yang bijak mencintai lingkungan, bahkan mungkin di Indonesia, kami pesantren pertama yang memproduksi bantal berbahan baku plastik. Doakan kami semoga istiqomah menjadi menjadi pesantren kreatif yang bijak terhadap lingkungan," ujar Nidzhom lagi. (Syuhud Tsaqafi/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Sholawat, Budaya Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PCNU Subang Gelar Dzikir Akbar dan Pengajian Al-Hikam

Subang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Subang menggelar kegiatan yaumul ijtima’ yang diisi dengan dzikir akbar dan dilanjutkan dengan pengajian kitab Al-Hikam di Masjid Al-Musabaqah, Jalan Ghoparana Subang, Sabtu (3/11).

Ketua PCNU Subang KH Musyfiq Amrullah mengatakan, zikir dan pengajian dijadikan sebagai ajang silaturahmi, kegiatan ini juga sebagai upaya penyadaran kepada masyarakat luas khususnya warga Nahdliyin di Kabupaten Subang.

PCNU Subang Gelar Dzikir Akbar dan Pengajian Al-Hikam (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Subang Gelar Dzikir Akbar dan Pengajian Al-Hikam (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Subang Gelar Dzikir Akbar dan Pengajian Al-Hikam

“Silaturrahmi sesama umat merupakan skala prioritas dari kegiatan ini. Karena, dengan mempererat hubungan silaturrahim ini sangat berpotensi sekali terhadap konsep penghidupan  umat,” papar Musyfiq.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain itu, lanjut Musyfiq, dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat Kabupaten Subang untuk sama-sama berpartisipasi dengan menggelar Dzikir Akbar untuk kemashlahatan bersama.

“Di sini kita menggelar Dzikir Akbar dengan harapan, agar kita sebagai masyarakat  mendapatkan kebaikan dan pertolongan dari Allah swt. Selain itu, kami beserta Bapak Bupati Subang menggelar Ngaji Bareng dengan kitab Al-Hikam yang melibatkan seluruh jajaran aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Subang,” lanjutnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara Bupati Subang, Ojang Sohandi mengatakan, kegiatan ngaji bareng ini memang sudah menjadi agenda Pemerintah Daerah yang melibatkan seluruh Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Subang.

“Ngaji Bareng ini memang sudah saya agendakan yang melibatkan seluruh jajaran aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Subang. Karena, dengan pengajian kitab Al-Hikam ini diharapkan bisa mengambil ilmu di dalamnya. Sebagaimana yang saya ketahui, kitab Al-Hikam ini sangat menarik untuk dikaji. Karena didalamnya terdapat sumber pembersih hati yang kemudian berimplikasi terhadap kinerja Pemerintah Daerah agar lebih baik lagi,” pungkasnya.

Selain Bupati, hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Kementrian Agama Kabupaten Subang, H. Aldim, M.Si, Ketua Gerakan Pemuda Ansor, Asep Alamsyah Heridinata, dan ribuan warga nahdliyien. Hadir juga sebagai Penceramah, Wakil Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Jejen Baazul Ahzab .

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Ade Mahmudin

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bahtsul Masail, Warta, Daerah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 16 September 2014

Inilah Syiir Nyai Hj Maryam Ahmad Musthofa (1)

Solo, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Satu syair qasidah dilantunkan Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf dengan penuh penghayatan, pada acara haul seorang wanita ahli al-Qur’an dari Solo, Nyai Hj Maryam Ahmad Musthofa di kompleks Pesantren Alqur’aniyy Solo, belum lama ini.

Syair tersebut berisi tentang petuah-petuah yang pernah ditulis oleh Nyai Hj Maryam, semasa hidupnya. Menurut salah satu santri Pesantren Alqur’aniyy, Andy Alfan Qodri, syair tersebut biasa dilantunkan para santri dalam berbagai kegiatan.

Inilah Syiir Nyai Hj Maryam Ahmad Musthofa (1) (Sumber Gambar : Nu Online)
Inilah Syiir Nyai Hj Maryam Ahmad Musthofa (1) (Sumber Gambar : Nu Online)

Inilah Syiir Nyai Hj Maryam Ahmad Musthofa (1)

“Syair tersebut ditulis Nyai Hj Maryam dalam tulisan berhuruf Arab pegon. Kemudian salah satu santri, ada yang menulis kembali ke dalam huruf latin. Sholawat ini menjadi tambah populer, karena Habib Syech juga sering membacanya dalam beberapa majelis,” ujarnya saat ditemui Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Senin (23/2).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Berikut isi syairnya:

Ilaahi lastu lil Firdausi ahlan # wa la aqwa ‘ala naril jahimi

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Fahabli taubatan waghfir dzunubi # fainnaka ghofiru dzanbil ‘adhimi

Duh yaa Robbi kulo nyuwun diparingi # Lesan kathah nderes Qur’an ingkang suci

(Ya Robbi, mohon hamba dianugerahi # lisan untuk banyak membaca Al-Qur’an yang suci)

?

Lan sageto kulo nderek dawuh Qur’an # Pejah kulo nyuwun Islam sarto Iman

(Izinkan hamba mengikuti perintah-Mu dalam al-Qur’an # matikan hamba dalam islam dan iman)

Duh yaa Robbi kulo nyuwun remen nderes # Qur’an kelawan lahir batin ingkang leres

(Ya Robbi, mohon hamba diberi rasa cinta untuk mengaji # al-Qur’an dengan lahir batin yang baik)

Qur’an iku panutane wong muslimin # Wal muslimat wal mu’minat wal mu’minin

(Al-Qur’an itu panutan bagi muslimin # muslimat, mu’minat dan mu’minin)

Moco Qur’an agung banget paedahe # Namung kudu netepi toto kramane

(Membaca al-Qur’an amat besar manfaatnya # namun mesti menjaga adabnya)

Mergo akeh wong kang moco Qur’an tompo # Ing bebendu sebab ora toto kromo

(Sebab banyak orang membaca al-Qur’an # menerima azab sebab tanpa adab dan kesopanan)

Wus tumindak zaman kuno lan saiki # Moco Qur’an kito kudu ngati-ati

(Sudah terjadi sejak zaman dahulu hingga sekarang # membaca al-Qur’an mesti hati-hati)

Nggepok Qur’an ora keno tanpo wudlu # Mulo siro ojo podho grusa grusu

(Memegang al-Qur’an mesti dalam keadaan wudhu # makanya jangan terburu-buru)

Moco Qur’an kudu nanggo toto kromo # Ora keno sak penak’e lan sembrono

(Mesti memakai adab dalam membaca al-Qur’an # tidak boleh seenaknya dan sembarangan)

Biso ugo moco Qur’an nggo sembrono # Dadi jalarane kufur kapitunan

(Membaca al-Qur’an dengan sembarangan # menjadi sebab dapat kerugian)

Yen pinuju ono uwong moco Qur’an # Kito kudu ngrungokake kang temenan

(Jika ada orang yang membaca al-Qur’an # kita wajib sungguh-sungguh untuk mendengarkan)

Yen ngrungokake mesti oleh ganjaran # Nyepelekke mesti tompo ing pasiksan

(Siapa yang mendengarkan mendapat pahala # yang meremehkan mendapat siksa)

(Ajie Najmuddin/Mahbib)

Foto: Makam Nyai Hj Maryam Ahmad Musthofa

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen, Khutbah, Pendidikan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 12 September 2014

Maqom-maqom dalam Tasawuf (I)

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ada beberapa maqom (tingkatan) bagi orang yang menjalani titian tasawuf. Dalam setiap titian tersebut, pelakunya akan merasakan situasi-situasi tertentu.

Maqom-maqom dalam Tasawuf (I) (Sumber Gambar : Nu Online)
Maqom-maqom dalam Tasawuf (I) (Sumber Gambar : Nu Online)

Maqom-maqom dalam Tasawuf (I)

Ketua Umum PBBNU KH Said Aqil Siroj mengurai tingkatan tasawuf tersebut di gedung PBNU, Jakarta, Senin malam, (28/01). Peserta pengajian tersebut adalah pengurus lajnah, banom dan lembaga di PBNU.

“Yang pertama adalah taubat atau mohon ampunan kepada Allah. Taubat itu bukan hanya sekadar mengucap astaghfirullah, tapi perubahan sikap. Astghafirullah hanya lafadnya,” ungkap kiai kelahiran Cirebon 1953 tersebut.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai yang pernah nyantri di Lirboyo dan Krepyak tersebut menambahkan, taubat itu sendiri terbagi ke dalam tiga tingkatan. Taubatnya orang awam, yaitu taubat dari segala dosa. Taubatnya ulama, yaitu taubat dari lupa. Dan taubatnya ahli tasawuf, taubat dari merasa dirinya ada (eksis).

“Setiap orang yang merasa dirinya “ada”, bisa jatuh ke dalam kemusyrikan,” ujar kiai yang juga doktor  (S3) University of Umm Al-Qura Jurusan Aqidah atau Filsafat Islam, lulus pada tahun 1994.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kita ini adalah “maujud” (diadakan). Kita hidup 30, 50, 100 tahun hanyalah “diadakan”. Sedangkan yang “ada” (wujud) hanyalah Allah. Dialah yang mengadakan kita. Kita harus merasa sementara dan diadakannya.

Tidak ada “aku” yang sesungguhya, kecuali “Aku”nya Allah, la ilaha ila ana. Tidak ada “dia” yang sesungguhnya kecuali “Dia” allah, lai ilaha ilah huwa. Tidak ada kamu yang sesungguhnya, kecuali Kamu Allah, la ilaha ila anta.

Setelah taubat, sambung bapak dari empat anak ini, akan timbul tingkatan selanjutnya, yaitu waro’i. Orang yang mencapai maqom ini melihat segala sesuatu dengan hati-hati. Yang tidak betul-betul halal, tidak akan diambilnya. Tidak akan mengambil kedudukan yang bukan miliknya.

“Kalau waro’i sudah selesai, timbul zuhud,” tambah kiai yang akrabdisapa Kang Said tersebut.

Zuhud adalah memandang rendah dunia. Misalnya dapat uang 10 juta biasa-biasa saja. Hilang 10 juta juga biasa-biasa saja. Seperti Gus Dur. Saya melihat, ketika dia sebelum presiden, dia bersikap biasa saja. Ketika jadi presiden, bersikap biasa saja. Begitu juga ketika dia tidak jadi presiden.

Kang Said menegaskan, zuhud itu bukan berarti harus melarat, tapi lebih pada sikap. Orang kaya bisa zuhud, orang melarat bisa serakah. Tapi zuhud lebih pada sikap dan cara pandang orang terhadap dunia. Ia menyikapi selain Allah itu kecil.

Tiga tingkatan tersebut berada dalam proses takhalli atau pembersihan diri. Efek kejiwaan sementara orang dalam tingkatan ini adalah khauf, atau takut kepada Allah. “Segala amal soleh dan ibadah yang dilakukannya adalah lita’abud, untuk beribadah.”

Penulis: Abdullah Alawi

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib, Ubudiyah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 07 September 2014

Maroko Sepakat Tambah Kuota Beasiswa Mahasiswa NU

Rabat, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. PBNU diwakili Rais Syuriyah KH Mujib Qulyubi menemui Dirokterat Talimul Atiq Maroko Abdelwahid Bendaoud. Kedatanganya untuk mengajukan penambahan kouta penerimaan mahasiswa NU di universitas-universitas negara tersebut.

Sebelumnya negara tersebut menyepakati menerima 10 mahasiswa per tahun untuk S1 di Insitut Imam Nafi di kota Tanger. Sementara S2 di Institut Darul Hadits, Rabat.

Maroko Sepakat Tambah Kuota Beasiswa Mahasiswa NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Maroko Sepakat Tambah Kuota Beasiswa Mahasiswa NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Maroko Sepakat Tambah Kuota Beasiswa Mahasiswa NU

Pada pertemuan Jumat 12 desember 2014 lalu tersebut, negara tersebut memberikan tawaran beasiswa di Ta’limul Atiq Qurawiyyin di kota Fez.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Adapun persyaratannya minimal hafal 20 juz, berbeda dengan aturan yang diterapkan untuk pelajar Maroko, yakni 30 juz," ujar Abdelwahid.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pertemuan tersebut didampingi Fungsi Pensosbud KBRI Rabat Muhammad Hartantyo beserta stafnya, serta Ketua Tanfidziyah PCINU Maroko Kusnadi. (Fairuz Ainun Naim/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Khutbah, Ulama Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 01 September 2014

Masjid Jadi Tempat Sosialisasi KB

Denpasar, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Masjid bukanlah sekadar tempat untuk menjalankan ibadah. Sosialisasi keluarga berencana (KB) pun bisa dilakukan di masjid. "Paling tidak tahun ini 50-100 masjid bisa menjadi pos pemberdayaan keluarga (posdaya)" ujar Wakil Ketua Damandiri Foundation Haryono Suyono.

Hal itu disampaikan dia di sela-sela konferensi internasional pemimpin muslim untuk mendukung program kependudukan dan pembangunan di Inna Grand Bali Beach Hotel, Denpasar, Bali, Rabu (14/2/2007).

Menurutnya, masjid bisa menjadi tempat strategis untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sebab pengembangan ekonomi dan pendidikan masyarakat bisa dilakukan di masjid. "Jadi masyarakat sekitar bisa berkumpul di masjid untuk mendapat pelatihan, dan sebagainya," imbuh mantan Menko Kesra ini.

Masjid Jadi Tempat Sosialisasi KB (Sumber Gambar : Nu Online)
Masjid Jadi Tempat Sosialisasi KB (Sumber Gambar : Nu Online)

Masjid Jadi Tempat Sosialisasi KB

Ke depannya, tempat ibadah lain seperti gereja, kuil, vihara, pura, dan gereja juga akan dijadikan sentra pengembangangan keluarga. Ditambahkan pria beralis tebal ini, belakangan isu KB terpinggirkan oleh isu politik, reformasi, dan desentralisasi. "Tapi sepertinya presiden sekarang sudah mulai menaruh perhatian lagi pada KB," tukas Haryono.

Sejumlah ulama dari komunitas NU terlibat sebagai peserta dan pembicara dalam acara yang diselenggarakan oleh ICIS NU, BKKBN, dan UNFPA yang akan berlangsung sampai 17 Februari mendatang. (dtc)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah



Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib, RMI NU, Hadits Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah