Sabtu, 27 Juni 2015

Mahasiswa STAINU Purworejo PPL di MA An-Nawawi

Purworejo, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebanyak 12 mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam STAINU Purworejo, resmi diterima MA An-Nawawi Senin, (21/01/2013). Mahasiswa PPL yang terdiri dari 5 laki-laki dan 7 perempuan ini resmi diterjunkan di MA An-Nawawi, untuk melaksanakan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL).

Mahasiswa STAINU Purworejo PPL di MA An-Nawawi (Sumber Gambar : Nu Online)
Mahasiswa STAINU Purworejo PPL di MA An-Nawawi (Sumber Gambar : Nu Online)

Mahasiswa STAINU Purworejo PPL di MA An-Nawawi

Pembantu Ketua Puket III Bidang Kemahasiswaan HM Suhaemi, SAg MM  dalam kesempatan itu berpesan agar para peserta PPL tetap menjaga nama baik lembaga dan melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Karena bagaimana pun, kegiatan PPL ini, kata Suhaemi, sangat penting bagi kelanjutan proses pembinaan terkait dengan peningkatan kompetensi dan profesionalitas praktek kegiatan belajar mengajar para mahasiswa calon guru ini.

“Kegiatan ini merupakan hasil kerjasama pihak kampus dengan lembaga sekolah tempat mahasiswa praktek. Karena itu, seluruh kewenangan dan proses penilaian selama mahasiswa melaksanakan PPL, sepenuhnya diserahkan kepada pihak lembaga sekolah, dalam hal ini guru pamong masing-masing sekolah,” ujarnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Oleh karena itu, bidang kemahasiswaaan, menghimbau mahasiswa peserta PPL benar-benar serius dalam melaksanakan kegiatan PPL disertai dengan kepatuhan terhadap tata terbit dan tata aturan yang sudah dibuat oleh masing-masing lembaga. 

Dalam Kesempatan itu Kepala MA An-Nawawi, H Muslikhin Madiani, SAg MSi juga berpesan agar para mahasiswa PPL ini bukan hanya sekedar belajar mengajar namun diharapkan benar-benar mampu mentransfer ilmu kepada siswa-siswi. 

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebelum penerjunan, para peserta PPL yang rata-rata tercatat sebagai mahasiswa semester VII, sudah mendapat serangkaian pembekalan dari pihak koordinator program, dan nantinya mereka akan menjalankan tugas tersebut selama 2,5 bulan yakni dimulai dengan Januari sampai dengan Maret 2013.

Redaktur: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan, Nasional, Santri Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 26 Juni 2015

Bimbing Generasi Aswaja, Katib Syuriyah PCNU Demak Terbitkan Kitab

Demak, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Katib Syuriyah PCNU Demak KH Muhammad Afif Zuhri menulis kitab Risalatu Ahlissunnah wal Jamaah fi Jam‘iyyati Nahdlatil Ulama (pedoman ahli sunnah wal jamaah menurut NU). Kiai Afif Zuhri sengaja menulis buku saku ini sebagai pegangan bagi warga NU pada umumnya di tengah berkembangnya pelbagai paham di tengah masyarakat.

Menurut Kiai Afif, sebagian masyarakat kini terjebak pada paham ekstrem baik yang cenderung pada murji’ah maupun khawarij.

Bimbing Generasi Aswaja, Katib Syuriyah PCNU Demak Terbitkan Kitab (Sumber Gambar : Nu Online)
Bimbing Generasi Aswaja, Katib Syuriyah PCNU Demak Terbitkan Kitab (Sumber Gambar : Nu Online)

Bimbing Generasi Aswaja, Katib Syuriyah PCNU Demak Terbitkan Kitab

“Kitab ini sebagai pegangan dan benteng generasi aswaja dari paham sesat seperti itu semua,” tutur Kiai Afif? di sela sosialisasi usai acara bahtsul masail diniyyah yang diselenggarakan PCNU Demak di Masjid Baitul Muttaqin Pidodo Karang Tengah, Demak, Ahad, (13/2).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pengasuh Pesantren An-Nur pesisir Purworejo Bonang Demak ini menambahkan, untuk lebih mempercepat sosialisasi dan para kader bisa memiliki sebagai pegangan pihaknya melakukan kerja sama dengan PCNU dalam pendistribusiannya dikarenakan kitab tersebut dilengkapi dengan dalil baik dari Al-Qur’an, hadits, dan bukti sejarah sunah Rasul dan Sahabat Nabi yang sering dijadikan rujukan kaum nahdliyin.

“Kitab ini lengkap dengan pengenalan firqah/kelompok di luar Ahlussunah menurut Rasulullah SAW. Buku ini dilengkapi dalil-dalil amaliah NU yang sesuai dengan syariat tetapi dianggap bid’ah oleh kelompok yang tidak mendalami agama Islam secara tidak benar,” tambah Kiai Afif.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua PCNU Demak KH Musadad Syarif saat memimpin rapat koordinasi dengan pengurus MWCNU se-Kabupaten Demak mengatakan, kitab karya Katib Syuriyah ini akan dibagikan ke pengurus cabang dan wakil cabang untuk bahan pegangan dalam menyampaikan persoalan Aswaja.

“Insya Allah kitab ini akan kita bagikan ke pengurus MWCNU untuk dipelajari. Karena persedianan terbatas, kita akan memberikan tiap MWCNU sejumlah 5 kitab. Kalau kurang, beli sendiri,” kata Musadad. (A Shiddiq Sugiarto/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Lomba Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 17 Juni 2015

Muludan, Wujud Kita Butuh Syafaat Nabi

Subang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Peringatan Maulid Nabi Muhammad merupakan kegiatan yang dapat memberikan dampak positif bagi umat Islam baik di dunia maupun di akhirat, sebab seluruh manusia membutuhkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Demikian salah satu tausiyah yang disampaikan KH Nawawi, Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Subang, dalam kegiatan Peringatan Maulid Nabi Muhammad di halaman Pesantren Al-Mukhtariyyah, Caracas, Kalijati, Subang, Jawa Barat. Ahad (3/1)

"Kita semua di dunia butuh ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, agar bisa selamat di dunia dan akhirat," ungkap mantan Rais Syuriyah PCNU Subang itu.

Muludan, Wujud Kita Butuh Syafaat Nabi (Sumber Gambar : Nu Online)
Muludan, Wujud Kita Butuh Syafaat Nabi (Sumber Gambar : Nu Online)

Muludan, Wujud Kita Butuh Syafaat Nabi

Di akhirat, kata dia, kita akan membutuhkan Nabi Muhammad karena tidak ada nabi yang mempunyai syafaatul udzma (pertolongan agung) kecuali Nabi Muhammad.

"Muludan ini dalam rangka mengharapkan syafaatul udzma dari Kanjeng Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena kelak di akhirat hanya beliau satu-satunya nabi yang mempunyai syafaat," ujarnya

Ditambahkan, kemuliaan Nabi Muhammad sudah terlihat bahkan ketika ia masih dalam kandungan, maka pantas jika kelahiran Nabi Muhammad diperingati oleh umatnya karena beliau adalah kandidat nabi yang mulia.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia pun mengatakan, tidak ada nama yang paling pantas bersanding dengan nama Allah kecuali nama Muhammad. Hal ini dapat kita saksikan dalam kalimat syahadat.

"Lâ ilâha illa-Llâh muhammadur rasulullah. Dalam kalimat tersebut nama Muhammad bersanding dengan lafadh Allah, tidak ada nama lain yang pantas bersanding dengan Allah selain Muhammad," ujarnya. (Aiz Luthfi/Mahbib)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syariah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 15 Juni 2015

Menepis Anggapan Syirik Bacaan Shalawat

Oleh Zulfan Syahansyah?

--Apa betul Nabi SAW yang mempermudah perkara sulit? Apa benar Muhammad yang menghilangkan kesusahan? Apa betul Beliau yang memenuhi segala kebutuhan? Dan apa karena Nabi juga semua keinginan bisa tercapai?

Bukankah semua itu kuasa Allah SWT semata! Hanya Allah yang berkuasa atas apa yang tersebut di atas. Bukan Muhammad. Jadi, kenapa ada bacaan shalawat yang maknanya seperti itu?! Tidakkah itu mengandung unsur syirik? Demikian kiranya unsur syirik yang mereka maksud dalam redaksi kalimat shalawat.

Menepis Anggapan Syirik Bacaan Shalawat (Sumber Gambar : Nu Online)
Menepis Anggapan Syirik Bacaan Shalawat (Sumber Gambar : Nu Online)

Menepis Anggapan Syirik Bacaan Shalawat

Sebagai umat nabi Muhammad, sepatutnya kita menjadikan beliau sebagai panutan serta suri tauladan dalam kehidupan ini. Nabi muhammad SAW sangat layak, bahkan mungkin wajib kita cintai. Hal ini setidaknya karena dua hal. Karena kecintaan nabi kepada kita umatnya yang bahkan masih terus beliau dengungkan hingga menjelang ajal. Maka wajar jika kita juga mencintai beliau. Kita sambut kecintaan beliau dengan kecintaan tulus pula. Orang bilang ini adalah cinta bersambut.

Sedangkan alasan lain kenapa kita wajib mencintai nabi adalah karena kecintaan kita kepada beliau merupakan kunci keberhasilan dalam menjalankan hidup, baik di Dunia maupun di Akhirat kelak. Karena dengan kecintaan kita kepada nabi –dengan makna cinta yang positif- secara tidak langsung kita akan bisa mengikuti ajaran atau risalah yang beliau emban. Ajaran atau risalah nabi yang merupakan wahyu ilahi inilah yang selanjutnya menjadi petunjuk bagi kita dalam meniti jalan yang luru, atau shirat al-mustaqim.

Untuk alasan ini, tidak sedikit ulama terdahulu meluapkan kecintaan mereka pada nabi, bahkan dengan desahan nafas mereka. Tidak jarang dalam kesendirian, mereka merasakan kehadiran nabi. Dalam kediaman mereka, tidak jarang bibir spontan melafatkan kalimat pujian akan nabi muhammad. Maka tidak heran dari ulama-ulam seperti ini, tercipta sebuah lantunan shalawat yang maknanya sangat mendalam. Kalimat-kalimat yang tercipta dari luapan kecintaan hati kepada baginda nabi Muhammad SAW. Kalimat-kalimat tersebut lantas kita sebut dengan shalawat. Ada shalawat al-Fatih, Nariyyah dan shalawat-shalawat lainnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Iya, shalawat seperti al-Fatih, Nariyyah dan sejenisnya ini lantas menjadi satu simbul bacaan bagi kaum muslim yang berusaha menunjukkan kecintaan mereka kepada nabi. Bacaan shalawat-shalawat tersebut bahkan menjadi semacam "amalan wajib" bagi sebagian aliran thariqah. Ada Qadiriyyah-Naksabandiyyah, ada Tijaniyyah, ada Sadziliyyah dan banyak lagi tariqah lainnya. Para pengikut tariqah tersebut begitu lancar dan fashih melafatkan bacaan shalawat yang menjadi amalan harian mereka.

Hanya saja, dan ini yang mungkin perlu difahami bersama, kalimat-kalimat shalawat tersebut tercipta melalui bahasa hati. Terangkum dengan luapan kecintaan pera ulama yang mengarangnya terhadap rasul. Jadi ia bukan kalimat pujian berbahasa Arab biasa. Untuk bisa memahaminya, perlu menghadirkan hati. Kalimat-kalimat tersebut tidak cukup hanya diterjemahkan dengan bahasa lisan, dengan pemaknaan kata perkatanya semata. Karena jika hal ini terjadi, yang terkesan justru kalimat-kalimat tersebut mengandung unsur syirik.

Karena memaknai kalimat shalawat dengan terjemahan leterleg inilah, para pengamal bacaan shalawat mendapat kritikan tajam dari kelompok muslim yang terang-terangan menolak bacaan-bacaan shalawat tadi. Alasannya itu tadi, para pengkritik ini tidak atau belum bisa memaknai kalimat shalawat dengan hati. Mereka menterjemahkan shalawat dari terjemahan sempit.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebagai contoh, berikut sebagian redaksi kalimat shalawat Nariyyah:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. "Ya Allah, limpahkan shalawat dan salam atas nabi Muhammad yang karenanya (nabi Muhammad) terurai segala ikatan, semua kesusahan jadi hilang, segala kebutuhan bisa terpenuhi, semua keinginan bisa tercapai...." ?

Perhatikan redaksi kalimat yang di-bold. Bagi pengkritik shalawat Nariyyah, makna bacaan tersebut dianggap mengandung unsur syirik.? Apa betul nabi yang mempermudah perkara sulit? Apa benar Muhammad yang menghilangkan kesusahan? Apa betul Beliau yang memenuhi segala kebutuhan? Dan apa karena nabi juga semua keinginan bisa tercapai? Bukankah semua itu kuasa Allah semata! Hanya Allah yang berkuasa atas apa yang tersebut di atas. Bukan Muhammad. Jadi, kenapa bacaan shalawat seperti itu?! Demikian kiranya unsur syirik yang mereka maksud, setidaknya sebagaimana terkutip dalam akun facebook yang menamakan akunnya: PECINTA SUNNAH PEMBENCI BIDAH MENITI JEJAK SHALAFUS SHALIH.

Serupa dengan redaksi shalawat Nariyyah, dalam shalawat al-Fatih juga tidak luput dari kecaman kelompok ini. Apa betul Muhammad yang membuka segala hal yang terkunci (? ? ?)?, penutup dari apa yang telah lalu (? ? ?)? Penolong kebenaran dengan kebenaran (? ? ?)? Dan apa Muhammad juga yang memberi hidayah/ petunjuk kejalan yang lurus (? ? ? ?)? Bukankah semua itu juga kuasa Allah semata?!

Kalimat-kalimat tersebut, jika diterjemahkan secara kasat mata, sepintas memang nampak unsur syirik. Bahkan penulis pun pernah beranggapan demikian. Tapi setelah sekian lamanya berusaha memahami maknanya, sambil lalu tetap berkeyakinan bahwa tidak mungkin ulama-ulama yang karena kecintaan mereka kepada nabi akan menghasilkan ajaran syirik, penulis lantas menemukan jawaban realistis.

Mula-mula, mari kita cermati satu hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Bagi muslim Sunni (Ahlussunnah waljamaah), tidak mungkin meragukan keabsahan hadis dari Abu Hurairah. redaksi hadis kurang lebih demikian:

? ? ?: ? ? ? ?: ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

"Rasul bersabda: Allah SWT berfirman: Barang siapa yang memusuhi wali (kekasih)Ku, maka Aku mengizinkannya untuk diperangi. Tidaklah hamba-Ku mendekati-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dari apa-apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan tetap saja hamba-Ku (berusaha) lebih mendekati Aku dengan ibadah-ibadah sunnah, hingga Aku mencintainya. Dan jika sampai Aku telah mencintai hamba-Ku, maka Aku akan menjadi pendengarannya, yang bisa digunakan hambaku untuk mendengar; Aku menjadi penglihatannya untuk digunakannya melihat; menjadi tangannya untuk memegang; menjadi kakinya untuk berjalan; dan jika dia meminta, pasti akan Aku beri; dan ketika dia memohon perlindungan, pasti akan Aku lindungi"

Kesimpulan hadis di atas, seorang hamba yang sudah menjadi kekasih Allah, segala urusannya menjadi urusan Allah. Jika pengelihatan seseorang sudah menjadi pengelihatan Allah, adakah sesuatu yang tidak nampak baginya? Jika tangan seseorang telah dianggap "tangan Tuhan", adakah perkara yang tidakk bisa ditanganinya? Adakah keinginan kekasih Allah yang tidak bisa tercapai? Semuanya akan dibantu langsung oleh Allah. Demikian makna hadis di atas.

Sampai disini, mungkin masih tersisa pertanyaan: Apa hubungan antara hadis ini dengan bacaan shalawat tadi? Di mana korelasi kalimat yang bernada syirik dalam shalawat tadi dengan jaminan Allah bagi hambanya yang telah menjadi kekasih (wali) Allah? Bukankah segala kesulitan jadi mudah, kesusahan jadi hilang, kebutuhan terpenuhi, terbuka segala sesuatu yang terkunci, semuanya bisa teratasi jika seorang hamba menjadi kekasih Allah.

Aha, pada titik inilah peran nabi Muhammad nampak. Peran beliau ini bukan bualan para ulama. Bukan ocehan para perawi hadis, tapi justru Allah sendiri yang menampakkan peran rasul untuk jalan menjadi kekasih Allah. Hal ini ditegaskan langsung dalam Al-Quran, di surah Ali Imran: 31:

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?. "Katakan (hai Muhammad kepada manusia), jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (nabi Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian, dan mengampunkan segala dosa-dosa kalian, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"

Sampai di sini jelas sudah, bahwa kunci menjadi kekasih Allah yang keistimewaannya telah dijelaskan di atas, adalah dengan cara mengikuti jejak rasul, dan mengamalkan sunnah-sunnahnya. Dan tidaklah mungkin kita bisa mengikuti jalan rasul jika kita tidak mencintai beliau. Artinya, kita bisa menjadi kekasih Allah setelah kita mampu menjadi kekasih rasul. Mustahil bisa langsung menjadi kekasih Allah tanpa menyandang kekasih rasul. Nabi Musa saja yang hanya ingin melihat Allah tidak kuasa, apa lagi kita! Bukankah sepasang kekasih saling bermesraan?! Lantas, jika melihat saja tidak bisa, bagaimana mau bermesraan?!

Maka, ungkapan-ungkapan "mesra" dalam shalawat tadi adalah wujud kemesraan hati para ulama terdahulu kepada rasul. Ujung-ujungnya, sebenarnya mereka juga "bermesraan" dengan Allah. Karenanya, hakekat yang "pembuka segala yang terkunci", "penghilang kesusahan", "pemudah segala hal yang sulit", semua itu hakekatnya kembali kepada Allah. Allah lah yang berkuasa melakukan segala urusan tadi. Tapi, dengan perantaraan kita mencintai Rasulullah. Wallahu Alam bissawab...

Dengan alasan ini, masihkah kita akan menyalahkan mereka pencipta kalimat-kalimat mesra (shalawat) sebagai pembuat ajaran yang mengandung unsur syirik?

?

Zulfan Syahansyah, ? aktifis pesantren dan pengamal bacaan shalawat, pengurus di Pondok Pesantren Al-Munawwariyyah Malang

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sejarah, Habib, AlaNu Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 12 Juni 2015

Nurul Fajri FC Bentrok Al-Balagh di Final LSN Jabar I

Cirebon, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Liga Santri Nusantara Regional Jabar I telah memasuki babak final. Setelah empat tim pesantren bertemu di laga semifinal Jabar I di Gor Bima Cirebon pada 28 Agustus lalu.

Nurul Fajri FC Bentrok Al-Balagh di Final LSN Jabar I (Sumber Gambar : Nu Online)
Nurul Fajri FC Bentrok Al-Balagh di Final LSN Jabar I (Sumber Gambar : Nu Online)

Nurul Fajri FC Bentrok Al-Balagh di Final LSN Jabar I

Pada laga semi final tersebut, Pondok Pesantren (PP) Al Maarif kalah saat berhadapan dengan Nurul Fajri FC dengan skor 3-5. Sedangkan pada laga selanjutnya, Al-Balagh menyingkirkan PP Al-Arrofah setelah memenangkan pertandingan yang berakhir 3-1.

Menurut Koordinator Regional LSN Jabar I Moh Lutfi pertandingan final akan digelar 4 September 2016 di Gor Bima Cirebon. "Final Regional LSN Jabar I antara Nurul Fajri FC melawan Al-Balagh." (Red: Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan, Meme Islam, Ubudiyah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 11 Juni 2015

PBNU tak Terima Calon Titipan untuk Seleksi Beasiswa

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Panitia penerimaan beasiswa PBNU ke Harford Seminary Ameriika melakukan ujian seleksi pada Senin, 16 April di gedung PBNU. Sebanyak 56 orang mengikuti seleksi S2 sedangkan 23 orang untuk S3. Materi yang diujikan meliputi test potensi akademik, ke-NU-an dan bahasa Inggris.

PBNU tak Terima Calon Titipan untuk Seleksi Beasiswa (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU tak Terima Calon Titipan untuk Seleksi Beasiswa (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU tak Terima Calon Titipan untuk Seleksi Beasiswa

Sekjen PBNU H Marsudi Syuhud menegaskan, PBNU tidak menerima calon titipan yang memiliki hubungan kedekatan dengan pengurus NU. Sehingga siapapun memiliki peluang untuk diterima, asal benar-benar memiliki kemampuan sebagaimana persyaratannya. 

“Kita melakukan seleksi secara jujur dan transparan, tidak ada koneksi-koneksian,” katanya dihadapan peserta ujian.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia menjelaskan, NU memiliki kepentingan untuk mempersiapkan kader-kader terbaiknyanya untuk memimpin negeri ini karena NU merupakan salah satu pemegang saham utama dalam proses pendirian republik ini. 

“Kader NU harus mempersiapkan diri untuk bisa memimpin negeri ini dalam berbagai bidang,” katanya. 

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Nahdlatul Ulama, katanya, merupakan ormas yang memperjuangkan Islam rahmatan lil alamiin. Karena itu, harus mampu memberi kemaslahatan kepada umat dalam berbagai bidang. Ibadah tidak boleh hanya dimaknai sekedar belajar ilmu agama, tetapi juga bidang lain yang mengatur kehidupan manusia. 

“Kita harus belajar apa saja yang diperlukan orang banyak, belajar listrik, belajar atom atau apa saja yang masih dibutuhkan orang merupakan fardhu kifayah,” paparnya. 

Tak lupa, ia mengingatkan jika ada yang terpilh harus bisa menjaga diri di negeri orang, dengan nilai tasamuh (toleran), tawasuth (moderat) dan tawazun (seimbang) karena nilai-nilai itulah yang menyebabkan NU bisa diterima dimana saja. Selain itu, ia meminta kader yang belajr harus kembali ke Indonesia agar bisa membagi ilmunya kepada yang lain. 

“Boleh tetap tinggal di luar negeri, tetapi harus memperjuangkan NU disana karena dakwah NU tak hanya di Indonesia,” paparnya. 

PBNU saat ini tengah memperluas jaringan beasiswanya ke berbagai negara, seperti Australia, Aljazair, Taiwan, dan yang terbaru di Austria dan Italia. Marsudi bermimpi NU dapat melahirkan 1000 doktor setiap tahunnya yang nantinya dapat mengambil peran dalam berbagai bidang. 

Mereka yang tidak lolos dalam ujian kali ini masih dimungkinkan untuk mendaftar dalam program lain yang diselenggarakan oleh PBNU. “NU akan terus berusaha mencari peluang dan menempatkan kader-kadernya agar terus bisa mengembangkan diri,” jelasnya.

 

Penulis: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Budaya, Berita, Ahlussunnah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 06 Juni 2015

Bentrok Aparat dan Warga Sukamulya, LPBH PBNU Lakukan Investigasi

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Rombongan pengurus Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBH PBNU) melakukan investigasi dan pengumpulan informasi perihal bentrokan yang terjadi antara aparat keamanan dan warga desa Sukamulya, Kertajati, Majalengka. Mereka akan melaporkan hasil temuan di lapangan ke PBNU.

PBNU menurunkan tim yang dipimpin oleh Ketua LPBH PBNU H Royandi Haikal dan Wakil Ketua LPBH PBNU Abdul Rozak.

Bentrok Aparat dan Warga Sukamulya, LPBH PBNU Lakukan Investigasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Bentrok Aparat dan Warga Sukamulya, LPBH PBNU Lakukan Investigasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Bentrok Aparat dan Warga Sukamulya, LPBH PBNU Lakukan Investigasi

Tim LPBH PBNU menggelar pertemuan dengan warga di kantor balai desa Sukamulya Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka, Rabu (23/11). Ketua LPBH PBNU H Royandi Haikal memimpin pertemuan tersebut yang dihadiri ribuan warga.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pertemuan ini juga dihadiri oleh kepala desa, Wakil Ketua PWNU Jabar, Ketua PCNU Majalengka, GP Ansor Jabar, PMII Majalengka, serta sejumlah elemen masyarakat lainnya.

Sebagaimana diketahui, bentrokan terjadi antara aparat keamanan dan warga Desa Sukamulya Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka. Bentrokan ini berujung pada tindakan represif oleh aparat keamanan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Dalam pertemuan tersebut diperoleh keterangan dan informasi terkait dengan peristiwa bentrokan. Hasil investigasi ini akan dilaporkan kepada PBNU untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya,” kata Royandi. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tegal, Syariah, AlaNu Pimpinan Pusat Muhammadiyah