Jumat, 29 September 2017

Inilah Data Hisab Lembaga Falakiyah NU tentang 1 Syawal 1438 H

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lembaga Falakiyah mengimbau umat Islam khususnya warga NU untuk menunggu hasil rukyat dan sidang itsbat terkait kepastian tanggal Idul Fitri 1438 Hijriah.

Lembaga Falakiyah PBNU akan menyelenggarakan rukyat di seluruh Indonesia pada Sabtu, 24 Juni 2017. NU menggunakan metode penghitungan astronomis atau hisab untuk membantu pelaksanaan rukyat hilal.

Inilah Data Hisab Lembaga Falakiyah NU tentang 1 Syawal 1438 H (Sumber Gambar : Nu Online)
Inilah Data Hisab Lembaga Falakiyah NU tentang 1 Syawal 1438 H (Sumber Gambar : Nu Online)

Inilah Data Hisab Lembaga Falakiyah NU tentang 1 Syawal 1438 H

Berdasarkan data hisab Lembaga Falakiyah PBNU, posisi hilal markaz Jakarta pada tanggal 29 Ramadhan 1438 H setinggi 3 derajat 47 menit 47 detik di atas ufuk. Ijtima’ atau kongjungsi berlangsung pada Sabtu (24/6) pukul 09:34:11 WIB. Keadaan hilal miring ke selatan dengan durasi 17 menit 23 detik.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dengan data ini, 1 Syawal 1438 Hijriah diprediksi jatuh pada Ahad, 25 Juni 2017, atau persisnya sejak Sabtu petang, momen ketika hilal kemungkinan dapat dilihat.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Meski demikian Ketua Lembaga Falakiyah PBNU KH A Ghazalie Masroeri mengingatkan, rukyat tetap menjadi dasar penentu awal Ramadhan, awal Syawal, dan awal Dzulhijjah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah. Sedangkan hisab yang bersifat prediktif itu digunakan oleh NU untuk membantu pelaksanaan rukyat. Tidak dapat menggantikan rukyat.

“Apabila laporan pelaksanaan rukyat dapat melihat hilal, maka jadi penentu awal Syawal jatuh hari Ahad, 25 Juni 2017. Tetapi apabila tidak dapat melihat hilal, maka umur Ramadhan 1438 H diistikmalkan (digenapkan) menjadi 30 hari,” tutunrya.

Ia menambahkan, laporan hasil rukyat akan disampaikan dalam sidang itsbat yanag diselenggarakan Kementerian Agama RI pada Sabtu mendatang. Menteri Agama berhak memutuskan awal Syawal 1438 H untuk menjadi pedoman masyarakat. Kemudian NU mengikhbarkan.

“Proses penentuan yang dilakukan NU ini, didasarkan pada ajaran Rasulullah saw dan sekaligus komitmen NU untuk melaksanakan kesepakatan Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI dan Ormas Islam se-Indonesia tahun 2003. Kesepakatan itu menyatakan bahwa penentuan awal bulan Ramadlan, Syawal, dan Dzulhijjah didasarkan pada metode rukyat dan hisab,” ujarnya. (Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sejarah, Kiai Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 26 September 2017

LPBI NU Jakarta Telah Lakukan Sejumlah Aksi Kemanusiaan

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan  Iklim (LPBI) NU DKI Jakarta melakukan evakuasi penyelamatan pada 300 warga yang terjebak banjir di Pulo Gadung Jakarta Timur (15-16 Januari 2013). 

Selain melakukan evakuasi LPB I NU DKI Jakarta juga  memberikan bantuan kemanusiaan di wilayah terdampak banjir di Jakarta. Tanggal 18 Januari memberikan bantuan 300 paket sembako dan perlengkapan pakaian dan selimut di Pulo Gadung Jakarta Timur. 

LPBI NU Jakarta Telah Lakukan Sejumlah Aksi Kemanusiaan (Sumber Gambar : Nu Online)
LPBI NU Jakarta Telah Lakukan Sejumlah Aksi Kemanusiaan (Sumber Gambar : Nu Online)

LPBI NU Jakarta Telah Lakukan Sejumlah Aksi Kemanusiaan

Tanggal 21 Januari 2013 ini mereka memberikan bantuan alat penjernih air, paket sembako, kebutuhan kebersihan, dan paket dapur umum yang berjumlah 800 paket dan 1500 penerima manfaat yang tersebar di Jakarta Barat (Kedoya Utara, Grogol Petamburan, Tomang, Palmerah, dan Rawabuaya). 

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua PW LPBI NU DKI Jakarta Toni Fatoni mengatakan bahwa banjir tahun 2013 ini sangat dahsyat sehingga dibutuhkan kerjasama antar semua pihak, masyarakat, pemerintah dan juga dunia usaha.

“Seluruh kebijakan pemerintah harus mengedepankan pada aspek lingkungan,” katanya.  

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Avianto Muhtadi Munir ketua PP LPBI NU mengatakan pemerintah perlu segera mereview dan mengkalkulasi kembali RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah) di ibukota serta tegas dalam implementasinya. 

Dengan di dukung PP LPBI NU, LPBI NU DKI Jakarta membuka posko di, Jakarta Timur Mushalla Darussalam, Jakarta Barat, Kedoya Utara, Masjid Al-Ikhlas Grogol Petamburan, Palmerah, Rawabuaya dan Tomang) Jakarta Selatan Stasiun Tebet, Jakarta Utara Lagoa – Koja dan Penjaringan, ini merupakan kepedulian NU terhadap korban banjir di Jakarta.

Redaktur    : Mukafi Niam

Kontributor: Wahib

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen, Nusantara Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Syekh Kasyful Anwar, Ulama Besar dari Kalimantan Selatan

Seyogyanya bagi orang yang alim apabila dia ditanya akan hal yang tidak diketahuinya maka dia akan berkata ‘Aku tidak mengetahuinya’ dan hal tersebut tidak akan mengurangi martabatnya tetapi menunjukkan akan wara’ dan sempurna ilmu.” Demikian sebagian nasihat Syekh Muhammad Kasyful Anwar seorang pembaharu sistem pendidikan sekaligus pimpinan periode ketiga Pondok Pesantren Darussalam Martapura yang merupakan pesantren tertua dan terbesar di Kalimantan.

Syekh Muhammad Kasyful Anwar lahir di Desa Kampung Melayu, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, pada tanggal 4 Rajab 1304 H/29 Maret 1887 pukul 10 pagi malam Selasa. Syekh Muhammad Kasyful Anwar adalah putra al-Allamah KH Ismail bin Muhammad Arsyad bin Muhammad Sholeh bin Badruddin bin Maulana Kamaluddin.

Syekh Kasyful Anwar, Ulama Besar dari Kalimantan Selatan (Sumber Gambar : Nu Online)
Syekh Kasyful Anwar, Ulama Besar dari Kalimantan Selatan (Sumber Gambar : Nu Online)

Syekh Kasyful Anwar, Ulama Besar dari Kalimantan Selatan

Memasuki usia tamyiz, jiwanya sudah dipenuhi dengan cahaya Al-Qur’an dan diasuh langsung oleh orang tuanya sendiri. Di masa mudanya ia tidak belajar di bangku sekolah, karena pada saat itu di Kampung Melayu belum ada madrasah formal. Jadi beliau belajar ilmu agama dengan beberapa masyayikh di antaranya:

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

- Al-Alim Al-Allamah Syekh Ismail bin Ibrahim bin Muhammad Sholeh bin Mufti Syekh Zainuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari

- Al Alim Al Allamah Syekh Abdullah Khatib bin Muhammad Sholeh bin Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Pada usia 9 tahun Muhammad Kasyful Anwar dibawa oleh kakek, nenek dan kedua orang tuanya untuk menunaikan ibadah haji sekaligus memperdalam ilmu agama kepada ulama di Kota Makkah.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebagai pendatang yang belum pandai berbahasa Arab, beliau belajar kepada Al-Alim Al-Allamah Syekh Muhamamd Amin bin Qadhi Haji Mahmud bin Asiah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, seorang ulama yang berasal dari Kampung Pasayangan Martapura dan sudah lama menetap di Kota Makkah.

Selama belajar di Makkah beliau berguru dengan ulama-ulama besar di antaranya:

1. Sayyid Ahmad bin Sayyid Abu Bakar Syatha, anak dari pengarang kitab I’anah Al Thalibin;

2. Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas penulis kitab Tadzkirunnas;

3. Syekh Muhammad Ali bin Husein Al-Maliki yang bergelar Sibawaihi pada zamannya, sangat alim dan memiliki berbagai keahlian bidang ilmu;

4. Syekh Umar Hamdan Al-Mahrusi;

5. Syekh Umar Ba Junaid Mufti Syafi’iyah;

6. Syekh Sa’id bin Muhammad Al Yamani;

7. Syekh Muhammad Sholeh bin Muhammad Ba Fadhal;

8. Syekh Muhammad Ahyad Al Bughuri;

9. Sayyid Muhammad Amin Al Kutbi.

Setiap cabang ilmu yang dipelajari, selalu ditelusuri sanadnya, terutama di bidang fiqih, hadits, wirid, dan hizib-hizib. Di bidang hadits, beliau mempelajari secara langsung sebanyak 40 hadits musalsal yang disusun oleh Syekh Mukhtar Atthatih kepada Syekh Muhammad Ahyad Al Bughuri beserta praktiknya baik memakai sorban, libasul hirqah as-shufiah, dzikir, mushafahah, musyabaqah, munawalatussubhah, dan lainnya yang termaktub di kitab tersebut.

Syekh Muhammad Kasyful Anwar juga mengambil ijazah Dalailul Khairat dan Burdatul Madih Al Mubarakah dari Syekh Muhammad Yahya Abu Liman, Syekh Dalaiul Khairat dengan sanad yang mutthasil kepada penyusun keduanya.

Murid-murid beliau sangat banyak dan menjadi ulama besar di antaranya:

1. Syekh Anang Sya’rani Arif seorang muhadits dan juga salah satu Pimpinan Pesantren Darussalam Martapura;

2. Syekh Muhammad Syarwani Abdan Pimpinan PP Datuk Kalampayan Bangil;

3. Syekh Ahmad Marzuki;

4. Syekh Muhammad Samman bin Abdul Qadir;

5. Syekh Abdul Qadir Hasan;

6. Syekh Husien bin Ali;

7. Syekh Salman Yusuf;

8. Syekh Muhammad Samman Mulia.

Selain aktif berjuang di dunia pendidikan sebagai pengajar, Syekh Muhammad Kasyful Anwar juga berjasa memperkaya khazanah perpustakaan Islam dengan berbagai karya tulis yang bermanfaat. Di antara karya tulis beliau:

1. Risalah Tauhid;

2. Risalah Fiqh;

3. Risalah Fi Sirah Sayyidil Mursalin (Ilmu Tarikh);

4. Targhib Al-Ikhwan Fi Tajwid Al Qur’an;

5. Durutsuttashrif (Ilmu Sharaf 4 Jilid);

6. Terjemah kitab Hadits Arbain dalam bahasa Arab Melayu berjudul Al-Tabyin Ar-Rawi Bisyarhi Arba’in An-Nawawi;

7. Terjemah kitab Jauarah Al Tauhid yang berjudul Al Durrul Farid Syarh Jawhar Al Tauhid;

8. Risalah Hasbuna.

Pembaharu Pesantren



Syekh Muhammad Kasyful Anwar menjadi Pimpinan Pesantren Darussalam Martapura pada periode ketiga selama 18 Tahun (1922-1940). Dalam kepemimpinan beliau terjadi perubahan-perubahan fundamental baik di bidang sistem pendidikan, penyusunan kurikulum, pemberdayaan tenaga pengajar, maupun peningkatan infrastruktur yang meliputi pembangunan sarana dan prasarana fisik bangunan. Cara pengajian Pesantren Darussalam yang sebelumnya berupa halaqah diubahnya menjadi model pengajaran klasikal dan berjenjang.

Dengan adanya pembaharuan sistem dan metode pendidikan yang dilakukan Syekh Muhammad Kasyful Anwar di Pesantren Darussalam Martapura, maka banyak berdatangan dan berduyun-duyun para santri dari berbagai daerah di Kalimantan yang belajar di Pesantren Darussalam Martapura. Dalam beberapa tahun saja para alumnusnya terlah tersebar ke berbagai pelosok Kalimantan dan mendapat kepercayaan dari masyarakat kaum muslimin setempat untuk membuka pengajian majelis taklim, mendirikan madrasah dan pondok pesantren. Di antara salah satu alumnus Pesantren Darussalam Martapura yang sangat terkenal dan memimpin majelis taklim yang diikuti oleh ratusan ribu jamaah adalah KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau yang lebih dikenal dengan panggilan guru sekumpul.

Syekh Muhammad Kasyful Anwar termasuk orang yang berkecukupan. Beliau adalah pedagang emas dan intan yang dijalankan saudara iparnya di Jakarta. Selain usaha tersebut, beliau juga memiliki sawah dan kebun karet yang dikerjakan oleh tenaga upahan. Di sela-sela kesibukannya, beliau tetap menyempatkan diri turun ke sawah dan kebun bekerja bersama pekerja upahan.

Kemandirian yang Syekh Muhammad Kasyful Anwar miliki menjadikannya tidak mau menerima zakat, bahkan atas kemampuan tersebut beliau mengeluarkan zakat dan memberikan bantuan kepada orang lain. Bahkan gaji guru-guru Pesantren Darussalam Martapura banyak diberikan dari uang pribadi beliau. Walaupun sebagai seorang yang berada namun beliau tetap dalam hidup kesederhanaan karena perilaku zuhudnya. Begitulah kehidupan pribadi seorang ulama Ahlussunnah wal Jama’ah yang memegang teguh disiplin ilmu dan kemasyarakatan.

Syekh Muhammad Kasyful Anwar menikah dengan seorang perempuan bernama Siti Halimah pada bulan Syawwal 1330 H dalam usia 26 tahun dan dikaruniai 6 orang anak, 4 putra dan 2 perempuan.

Setelah berjuang tanpa kenal lelah dari masa belajarnya hingga masa mengajar dalam rangka menyampaikan amanah sebagai pewaris baginda Rasulullah SAW kepada umat baik melalui pendidikan formal dan pengajian nonformal maupun dengan tulisan yang tersebar dan menjadi bahan bacaan terutama di Pesantren Darussalam Martapura, akhirnya pada malam Senin pukul 9.45 WITA, tanggal 18 Syawwal 1359 H/18 September 1940 M Syekh Muhammad Kasyful Anwar berpulang ke Rahmatullah dalam usia 55 tahun dan dimakamkan di Kampung Melayu Martapura. (Erfan Maulana)

?

Dikutip dari Kitab Nurul Abshar (Sebagian Riwayat Hidup) Syekh Muhammad Kasyful Anwar susunan KH Munawwar Gazali Pimpinan Majelis Ta’lim Raudlatul Anwar



Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Quote, Aswaja Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Belajarlah Hidup Bahagia

Pringsewu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Keberkahan hidup merupakan hal yang lebih penting dari Kesuksesan hidup. Banyak orang yang sukses, berhasil dengan harta melimpah serta menjadi orang besar namun hidupnya tidak tenang dan tidak dapat menikmati apa yang dimiliki.

"Belajarlah hidup bahagia dengan menikmati apa yang kita miliki," ujar Wakil Rais PWNU Lampung KH Khairuddin Tahmid saat mengawali materi tentang kiat hidup sukses dan barakah pada Ngaji Ahad (Jihad) Pagi di Aula Gedung NU Pringsewu, Ahad (30/4).

Belajarlah Hidup Bahagia (Sumber Gambar : Nu Online)
Belajarlah Hidup Bahagia (Sumber Gambar : Nu Online)

Belajarlah Hidup Bahagia

Dosen UIN Raden Intan Lampung ini menambahkan bahwa menerima dan menikmati apa yang dimiliki serta mensyukuri apa yang Allah SWT berikan kepada kita berapapun jumlahnya, merupakan sebuah pintu yang akan menghantarkan kita berbahagia lahir dan batin.

Kiai yang juga Ketum MUI Lampung ini menambahkan bahwa manusia harus dapat memanfaatkan dan memaksimalkan hidup dengan selalu berbuat hal baik. "Umur kita sangat pendek. Jangan diperpendek dengan mengisinya dengan kesusahan dan ketakutan," ajaknya.

Kesusahan dan ketakutan  lanjutnya muncul  dikarenakan adanya pikiran negatif yang selalu bersemayam dan membayangi dalam fikiran kita. Sehingga positive thinking (berpikir positif) merupakan resep untuk menghilangkan kesusahan dan ketakutan tersebut.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain itu lanjutnya, faktor yang dapat menjadikan kehidupan kita berkualitas dan mampu menghantarkan kita kepada kesuksesan dan keberkahan hidup adalah dengan memiliki saudara, teman dan orang disekitar yang selalu siap membantu dalam kesusahan dan kebahagiaan.

"Teman sejati adalah orang yang selalu datang saat kita menghadapi kesulitan. Kalau orang datang saat kita mendapat kebahagiaan, banyak. Tapi kita bisa lihat berapa yang datang saat kita tertimpa kesusahan," katanya mengutip kata bijak yang dalam Bahasa Inggrisnya Friend inneed is friend indeed.

Hadir pada Ngaji Ahad tersebut Ketua MUI Kabupaten Pringsewu H Hambali, Mustasyar PCNU H Sujadi Saddad, Ketua PCNU H Taufiqurrohim serta beberapa pengurus MWCNU, Banom dan Lembaga NU di Kabupaten Pringsewu. (Muhammad Faizin/Fathoni)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Budaya, Tokoh, Amalan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 25 September 2017

Acara Masih Besok, Kursi Pertunjukan Malam Pembacaan Puisi Palestina Ludes

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) dan kawan-kawan akan menggelar Doa Untuk Palestina, malam pembacaan puisi-puisi Palestina di Graha Bakti Budaya, Kompleks Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat pada Kamis (24/8) malam. Tetapi beberapa hari sebelum acara dimulai, kursi penonton sudah habis dipesan di panitia penyelenggara.

“810 kursi habis,” kata Achmad Solechan, tim panitia penyelenggara, kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Selasa (22/8) sore.

Acara Masih Besok, Kursi Pertunjukan Malam Pembacaan Puisi Palestina Ludes (Sumber Gambar : Nu Online)
Acara Masih Besok, Kursi Pertunjukan Malam Pembacaan Puisi Palestina Ludes (Sumber Gambar : Nu Online)

Acara Masih Besok, Kursi Pertunjukan Malam Pembacaan Puisi Palestina Ludes

Menurut Solechan, panitia akan tetap memfasilitasi warga yang ingin mengunjungi pertunjukan malam puisi ini. Panitia akan berupaya agar pertunjukan di dalam ruangan tetap dapat disaksikan oleh mereka yang tidak kebagian kursi di dalam ruangan.

“Tetapi kita menyediakan di area pelataran teras Graha Bhakti Budaya, layar proyektor yang bisa dinikmati penonton di luar. Jadi setiap yang datang tetap bisa mengikuti acara berlangsung,” kata Solechan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pertunjukan malam pembacaan puisi-puisi untuk Palestina ini didorong oleh keprihatinan Gus Mus dan kawan-kawannya atas nasib kemanusiaan warga Palestina yang teraniaya oleh Israel.

“Mendengar berita-berita memilukan tentang Palestina dan saudara-saudara kita bangsa Palestina yang terus dizalimi penjajah Israel, justru di saat kita sendiri sedang dalam suasana merayakan kemerdekaan kita, aku dan kawan-kawan tergerak untuk menyelenggarakan lagi ‘Malam Palestina sebagai ungkapan rasa keprihatinan dan solidaritas kita kepada saudara-saudara kita yang tak kunjung merdeka itu,” kata Gus Mus dalam laman facebook-nya.

Mereka yang rencananya akan hadir adalah Gus Mus, Abdul Hadi WM, Sutarji Colzoum Bahri, KH M Quraish Shihab, Acep Zamzam Nur, Renny Djajusman, Fatin Hamamah, D Zawawi Imron, Butet Kertaredjasa, Slamet Rahardjo, Mahfud MD, Joko Pinurbo, Sosiawan Leak, Inayah Wahid, Najwa Shihab, Ratih Sanggarwati, Ulil Abshar Abdalla, Taufiq Ismail, Jamal D Rahman dan Anis Sholeh Basyin.

Acara yang diselenggarakan oleh Gus Mus dan kawan-kawan ini terbuka untuk umum dan gratis. Di acara ini nanti akan digelar perbincangan puisi-puisi Timur Tengah dan dimeriahkan oleh grup Laela Majnun dari Semarang.

Acara seperti ini, kata Solechan, bukan untuk kali pertama diadakan. Pada tahun 1982 acara malam Palestina pernah digelar. Gus Dur yang waktu itu menjadi Ketua DKJ meminta Gus Mus membaca puisi-puisi Arab. Di tahun itu pula Gus Mus pertama kali tampil membaca puisi di publik. (Alhafiz K)Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bahtsul Masail Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PBNU Tolak Keras Kebijakan 5 Hari Sekolah

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah?

Pengurus Besar Nahdlaltul Ulama menolak keras Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang akan memberlakukan 5 Hari Sekolah. Penolakan tersebut dibacakan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di gedung PBNU, Jakarta, Kamis (15/6).?

Di antara pertimbangan penolakan tersebut adalah, dilihat dari perspektif regulasi, kebijakan baru lima hari sekolah /delapan jam belajar (Full Day School) di sekolah bertentangan dengan Undang-undang Pasal 51 UU Sisdiknas tentang “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah”.

PBNU Tolak Keras Kebijakan 5 Hari Sekolah (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Tolak Keras Kebijakan 5 Hari Sekolah (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Tolak Keras Kebijakan 5 Hari Sekolah

“Dengan demikian, kebijakan tersebut, tidak senapas dengan UU Sistem Pendidikan Nasional yang selama ini cukup demokratis dan memandirikan satuan-satuan pendidikan untuk mengembangkan model pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kesiapan sekolah/madrasah masing-masing,” jelasnya.?

Kiai Said juga menyebutkan, jika berkaca terhadap ketentuan waktu kerja guru sebagaimana diatur dalam Pasal 35 UU tentang Guru dan Dosen: (1) Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan. (2) Beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu, maka kebijakan lima hari sekolah /delapan jam belajar di sekolah berpotensi besar kepada jumlah jam mengajar guru di sekolah melampaui batasan yang telah diatur dalam UU yang dimaksud.

Lewat kajian mendalam dan pemantauan intensif yang kami lakukan, lanjutnya, fakta di lapangan menunjukkan bahwa mayoritas sekolah belum siap dalam rangka menerima kebijakan lima hari sekolah/delapan jam pelajaran (Full Day School). Kesiapan itu menyangkut banyak hal antara lain terkait fasilitas yang menunjang kebijakan lima hari sekolah/delapan jam pelajaran (Full Day School).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Penolakan tersebut juga dikemukan Ketua Pengurus Pusat Lembaga Pendidikan Ma’arif NU H. Arifin Junaidi dan Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) KH Abdul Ghafar Rozin. Hadir pada penolakan tersebut Menristek DIkti Muhammad Nasir, Sekretaris Jenderal PBNU H. A Helmy Faishal Zaini, ketua-ketua PBNU, para Wasekjen PBNU, serta Mustasyar PBNU KH Saifuddin Amsir dan H. Abdullah Syarwani.? (Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Khutbah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 23 September 2017

Kisah Nyata Petualangan Gadis Usia Belia

“Dengan merantau, banyak ilmu tentang kehidupan dapat dipelajari. Ilmu yang tidak ada di balik rumus-rumus matematika maupun teori-teori ekonomi. Ilmu yang tersembunyi di tengah padang pasir pengembaraan. Ilmu yang terbawa hujan deras dan angin kencang petualangan. Ilmu yang tertambat di tengah-tengah amuk ombak samudera perjalanan. Merantau adalah melepas sauh, mengembangkan layar. Berteman dengan bintang, berkawan dengan camar, bersahabat dengan angin. Matahari terbit dan tenggelam jadi pengingat, waktu yang terus berjalan tak pernah peduli, maka kejarlah atau kau akan jauh tertinggal.” (hlm.190)

Paragraf di atas merupakan salah satu dari banyak kutipan yang menimbulkan letupan inspirasi tak bertepi dalam novel Malam-Malam Terang. Dengan gaya khas tulisan yang renyah dan mudah dipahami, alur cerita dibangun dengan sangat sederhana, namun punya seribu makna. Tidak sekedar menyuguhi cerita, dalam setiap bagian peristiwa yang disajikan mengandung pertimbangan sikap dan nilai idealisme dari sang tokoh, Tasniem.

Bermula dari capaian nilai ujian akhir yang sedikit di bawah standar, membuat Tasniem harus melupakan cita-cita melanjutkan jenjang pendidikan di salah satu SMA favorit di Yogyakarta. Takdir ini ternyata membawa berkah dan mengubah kisah hidupnya. Seorang anak lulusan SMP, berusia 15 tahun itu kemudian memutuskan untuk berpetualang ke negeri orang. Ia memulai pengembaraan, merasakan pahit dan getir kehidupan, jauh dari orang tua dan sanak saudara. Modal terbesarnya adalah hanya restu dan doa sang ibu, orang tua, keluarga, sampai sang nenek.

Kisah Nyata Petualangan Gadis Usia Belia (Sumber Gambar : Nu Online)
Kisah Nyata Petualangan Gadis Usia Belia (Sumber Gambar : Nu Online)

Kisah Nyata Petualangan Gadis Usia Belia

Bersekolah di salah satu lembaga berskala internasional di Singapura membuat Tasniem menemukan jati dirinya. Pikiran dan pandangan hidupnya mengalami revolusi total. Ia mulai bisa melihat dunia secara lebih holistik dan menjadi berwawasan dunia. Kehidupan di negeri orang tak serta merta berjalan mulus laksana jalan tol. Gadis remaja ini harus menjalani cobaan demi cobaan hidup. Deraan homesick hingga kekurangan living cost, kerap muncul sebagai bagian tak terpisahkan dari perjalanan menuntut ilmu di "negeri 1001 larangan" ini. Bahkan pernah berkeinginan untuk mengakhiri kisahnya, segera pulang.

Tasniem membangun pertemanan lintas negara. Kemampuan membangun hubungan persahabatan dengan sebanyak mungkin orang terlebih bagi yang berbeda latar belakang adalah sebuah prestasi dan anugerah terbesar. Saling memahami dan saling mengisi dengan mereka yang berasal dari kultur berbeda menjadikan hubungan pertemanan yang dibangun benar-benar dilandasi kepercayaan dan ketulusan tingkat tinggi.

Nilai lebih lain dari novel ini adalah karena ceritanya tidak fiktif. Kisah nyata yang direkonstruksi sedemikian rupa menjadi sebuah kisah yang sangat bisa dinikmati oleh siapapun. Bagi pelajar dan anak muda, tentu novel ini menjadi dasar. Bagi guru dan pengajar, novel ini bisa menjadi pertimbangan dalam mengajar dan belajar tentang kehidupan yang sesungguhnya. Bagi orang tua, ayah dan ibu, novel ini bisa menjadi referensi dalam mendidik buah hati. Tak hanya itu, bagi siapa saja, novel ini bisa menjadi pijakan dalam mendidik masyarakat berperadaban. Misalkan saja tentang pandangan seorang Tasniem ketika ia mengomentari kasus penghakiman massa terhadap seorang pencopet dalam perjalanannya menuju Solo, berikut ini;

“Pencopet itu jelas melakukan hal yang salah, mengambil paksa apa yang bukan miliknya. Namun memukulinya tanpa ampun karena perbuatannya itu, juga tidak benar. Memperlakukan manusia sekeji itu, tidaklah pernah benar. Sebelas-dua belas, dua-duanya kriminal. Aku tidak tahu. Kejadian itu bukannya tentang benar dan salah.” (hlm. 21)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Malam-Malam Terang bukan sekedar judul, ia memiliki pengertian yang tidak biasa. Malam selalu diidentikkan dengan kondisi gelap dan suram. Sementara terang identik dengan cahaya dan siang hari. Namun bagi seorang Tasniem, ia merasakan malam yang terang. Malam yang mengandung sinar kehidupan. Ia berhasil mengubah gelapnya ujian dan cobaan hidup menjadi seberkas cahaya yang dinanti-nanti banyak orang. Ia tabah menjalani kehidupan penuh rintangan, hingga membawanya pada cahaya. Ia sabar untuk melewati saat-saat sulit, sampai sinar kebahagiaan dan kesuksesan menghampirinya kemudian hari.?

Dalam novel itu juga diceritakan tentang lika-liku ketika harus menjalani susah di negeri orang. Tentang pilihan hidup. Tentang konsekuensi dan konsistensi terhadap pilihan hidup. Tentang orang tua yang penuh kasih dan mendidik kemandirian. Tentang nasihat seorang ayahanda. Tentang perlombaan memenangkan waktu, mengalahkan diri sendiri. Tak terlupakan tentang bantera cinta kasih yang dibangun dengan landasan yang kuat bersama Ridho Rahmadi, seorang senior yang dikenal Tasniem ketika SMP dulu.

Info Buku

Judul ? : Malam-Malam Terang

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Penulis? : Tasniem Fauzia Rais dan Ridho Rahmadi

Editor? : Donna Widjajanto

Penerbit? : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit? : Desember 2015

Tebal? : 245 halaman

ISBN ? : 978-602-032-454-8

Peresensi? Muhammad Ridha Basri adalah santri Pondok Pesantren Mahasiswa Lingkar Studi Quran Ar-Rohmah Yogyakarta.

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

NU Siap Jadi Garda Terdepan Melawan Segala Bentuk Aksi Teror

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyatakan siap menjadi garda terdepan dalam melawan segala bentuk aksi terorisme yang meresahkan seluruh masyarakat. Ketum PBNU KH Said Aqil Siroj Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj mengajak warga NU dan seluruh elemen bangsa agar bergandengan tangan bersama melawan terorisme.

“Warga Nahdliyyin bersama bangsa Indonesia semua, lintas agama, lintas etnik, lintas partai politik, mari kita hadapi teroris dengan solid. Kita bergandengan tangan untuk melawan musuh besar, musuh bersama, musuh kemanusiaan, bahkan dunia internasional semua mengutuk teror,” ujar Kang Said saat diwawancarai setelah jumpa pers di Gedung PBNU Lantai 8, Kamis (14/1) malam.

NU Siap Jadi Garda Terdepan Melawan Segala Bentuk Aksi Teror (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Siap Jadi Garda Terdepan Melawan Segala Bentuk Aksi Teror (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Siap Jadi Garda Terdepan Melawan Segala Bentuk Aksi Teror

Kang Said menyatakan, NU akan menyanggupi jika ada kalangan yang mengajak melawan terorisme melalui pendekatan diskusi, berdebat, maupun dialog untuk bersama memberi pengertian bahwa tidak ada satu pun agama yang memperbolehkan kekerasan, terorisme khususnya.

Sekretaris Jenderal PBNU Helmi Faishal Zaini juga menegaskan, seluruh aparat keamanan mesti siap siaga menanggapi kasus ini. PBNU perlu menekan betul pemerintah untuk memperkuat antisipasi.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pada Jumat, (15/1) PBNU akan melangsungkan pertemuan bersama forum lintas iman untuk mempersiapkan konsolidasi Apel Kebhinnekaan serta menanggapi bersama aksi teror Jakarta.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PBNU menegaskan bahwa pembunuhan tidak dibenarkan sama sekali. Terror tidak bisa disebut jihad. Tidak ada satu pun agama yang membenarkannya. Sesungguhnya yang dikatakan jihad adalah beriman, beribadah, berakhlak, sejahtera, dan bermartabat. (Afifah Marwa/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Aswaja Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 22 September 2017

Harlah Ke-64, Fatayat NU Bahas Peran Sospol Perempuan

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Memperingati harlah ke-64, sebanyak 100 kader Fatayat NU memadati aula lantai delapan Gedung PBNU Jakarta Pusat, Kamis (24/4) siang. dalam pertemuan itu mereka berencana untuk terlibat aktif dalam menyukseskan pemilihan presiden RI 7 Juli mendatang.

“Kita mendorong kader Fatayat NU terlibat aktif dalam politik. Dengan menjadi pelaku politik, mereka tidak menjadi korban partai politik pada pileg awal April lalu,” kata Ketua Umum Pimpinan Fatayat NU Hj Ida Fauziyah.

Harlah Ke-64, Fatayat NU Bahas Peran Sospol Perempuan (Sumber Gambar : Nu Online)
Harlah Ke-64, Fatayat NU Bahas Peran Sospol Perempuan (Sumber Gambar : Nu Online)

Harlah Ke-64, Fatayat NU Bahas Peran Sospol Perempuan

Dalam peringatan yang dihadiri Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj itu, Ida mengatakan Fatayat NU dalam memasuki usia ke-64 tidak pernah berhenti berupaya berkontribusi untuk agama, masyarakat, dan Indonesia.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kita menyambut baik partisipasi kader Fatayat NU yang terpilih sebagai wakil rakyat di DPR, DPD, DPRD kota atau kabupaten. Mereka sudah seharusnya terlibat dalam merumuskan kebijakan publik,” kata Ida, mendoakan agar anggota dewan terpilih menjalankan amanah.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara Kang Said menekankan peran pengurus NU khususnya Fatayat NU untuk mengambil banyak peran mulai dari peran agama, sosial, pendidikan, ekonomi, budaya serta peradaban, dan politik.

“Peran agama dan sosial sangat dibutuhkan. Fatayat NU harus jadi pilar masyarakat. Segala macam tantangan, bahkan konflik harus dihadapi. Fatayat NU perlu menjadi perekat perselisihan di tengah masyarakat,” kata Kang Said.

Mereka menutup peringatan ini dengan memotong tumpeng sebelum dimulai diskusi lanjutan yang menghadirkan sejumlah aktivis perempuan dari Komnas Perempuan dan LSM peremuan. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pesantren Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 21 September 2017

Gelar Lomba Poskestren Terbaik, Dinas Kesehatan ke Pesantren Langitan

Tuban, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Setelah mengadakan penilaian di lima pos kesehatan pesantren atau poskestren yang telah terdaftar dalam enam nominasi lomba penilaian poskestren terbaik, kali ini tim juri dari Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengadakan survei penilaian terakhirnya di poskestren Langitan, Kecamatan Widang Kabupaten Tuban, Kamis (27/3) kemarin.

Gelar Lomba Poskestren Terbaik, Dinas Kesehatan ke Pesantren Langitan (Sumber Gambar : Nu Online)
Gelar Lomba Poskestren Terbaik, Dinas Kesehatan ke Pesantren Langitan (Sumber Gambar : Nu Online)

Gelar Lomba Poskestren Terbaik, Dinas Kesehatan ke Pesantren Langitan

Rombangan dari tim juri tiba di pesantren Langitan pukul 10:20 WIB dan langsung menuju ke ruang Aula untuk melaksanakan pembukaan secara seremonial. Hadir dalam pembukaan tersebut KH. Abdullah Habib Faqih dan KH. Abdurrahman Faqih, (Dewan Masyayikh Pesantren Langitan) Mashudi, Dr Raihan (Ketua organisasi Persatuan Dogter Gigi Indonesia (PDGI) Kabupaten Tuban), Gatot Marsugiono (ketua Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) Kabupaten Tuban), (Dr. H Saiful Hadi perwakilan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban) dan beberapa rombongan dari instansi lainnya.

Setelah selesai pembukaan, para tim juri kemudian melakukan penilaian kebersihan di berbagai titik kawasan pesantren putra maupun putri. Proses penilaian tersebut juga dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada sebagian santri seputar kesehatan dan beberapa hal mengenai keseharian mereka. Baru setelah itu mereka melakukan survey langsung ke poskestren putra dan putri.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebelumnya, ada juga penampilan praktik simulasi pertolongan pertama pada kecelakan (P3K) yang diperagakan oleh para santri Husada di halaman sebelah utara Aula. Santri Husada yakni santri kader poskestren yang? bertugas sebagai pelaksana program kesehatan pesantren tersebut melakukan adegan penanganan pasien kecelakaan yang mengalami patah tulang akibat jatuh dari kendaraan sepeda motor.

Selain itu juga diadakan penyuluhan praktik sigat gigi yang benar kepada para santri yang dibimbing oleh Tim Dokter Gigi dari? persatuan dogter gigi Indonesia (PDGI) kabupaten Tuban.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Lomba penilaian poskestren terbaik ini merupakan program yang pertama kalinya digelar oleh Dinas Kesehatan Pemerintah Profinsi Jawa Timur. Mengingat tujuan utama dibentuknya poskestren sebagai upaya promotif dan preventif dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif, maka dibuatlah upaya meningkatkan kembali kinerja poskestren serta memberikan penghargaan bagi poskestren terbaik.

Pada tahun 2013, poskestren di Jawa Timur telah terbentuk sebanyak 740 poskestren dari 3818 pesantren. Artinya, hanya ada 19,38% poskestren yang telah terbentuk. Poskestren yang sudah terbentuk dan sudah berjalan kegiatanya selama ini belum pernah dievaluasi kualitasnya, sehingga melalui lomba poskestren ini dapat dijadikan satu upaya pembinaan terpadu dan evaluasi.

“harapan kami sebenarnya setiap pesantren ada poskestrennya, tapi yang ada hanya 19%. makanya kita lombakan supaya mereka bisa menunjukan bahwa kesehatan pondok pesantren sudah memenuhi standar,” ungkap Dokter Mahanani,ketua tim Penilaian.

Peserta poskestren dalam lomba ini merupakan enam nominasi poskestren terbaik dari 25 poskestren? perwakilan dari beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur. “awalnya ada 38, namun yang menyetorkan profil hanya 25” katanya. Ke-enam poskestren tersebut adalah beberapa poskestren perwakilan dari kota Surabaya, Trenggalek, Madiun, Jombang, Lamongan Dan Tuban.

Tim penilaian dalam lomba ini melibatkan beberapa instansi yakni Tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang meliputi beberapa bagian yakni: Promosi kesehatan (promkes), Penyehatan Lingkungan (PL), Pelayanan Kesehatan, Gizi dan Pemberantasan Penyakit. Ada juga tim juri dari Kemenag Wilayah Jawa Timur dan PP. NU Jatim.

Pemberitahuan mengenai pemenang lomba penilaian poskestren terbaik ini akan diumumkan dalam waktu dekat dan poskestren pemenang lomba ini rencananya akan dihadirkan pada peringatan Hari Kesehatan Nasional. (Sahal Yasin/Anam)

Foto: Ruang Poskestren Pesantren Langitan

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tegal, Kyai, Doa Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 20 September 2017

Kader NU Lasem Wakili Jateng pada Lomba Karya Ilmiah Nasional

Rembang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Setelah merebut juara pertama pada Lomba Kompetisi Kepala Madrasah Berprestasi Tingkat Provinsi Jawa Tengah pada 18 hingga 21 Agustus 2016 lalu, akhirnya Kepala Madrasah Tsanawiyah (MTs) Maslakul Huda Kecamatan Sluke, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, berhasil melaju ke tingkat nasional.

Kader NU Lasem Wakili Jateng pada Lomba Karya Ilmiah Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)
Kader NU Lasem Wakili Jateng pada Lomba Karya Ilmiah Nasional (Sumber Gambar : Nu Online)

Kader NU Lasem Wakili Jateng pada Lomba Karya Ilmiah Nasional

"Alhamdulillah, lomba tingkat provinsi yang diselenggarakan di Hotel Grand Wahid Salatiga pada Agustus kemarin saya keluar sebagai juara pertama. Ini membuka harapan bagi saya untuk mewakili warga NU, Kabupaten Rembang, dan Provinsi Jawa Tengah di ajang nasional," terang Sumardi yang merupakan Wakil Sekretaris NU Cabang Lasem tersebut.

Kompetisi Guru, Kepala dan Pengawas Madrasah Berprestasi ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Madrasah Kementerian Agama Republik Indonesia. Hal ini sebagai upaya memacu tingkat pengembangan mutu pendidikan dan sumber daya manusia (SDM) di tingkat Madrasah.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sumardi yang juga merupakan Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Cabang Lasem ini berharap, nantinya dalam tingkat nasional dapat memberikan yang terbaik bagi warga NU, dapat mengangkat Kabupaten Rembang dan Provinsi Jawa Tengah di tingkat nasional.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Tentunya semua itu dapat terwujud atas restu para kiai, doa dari para saudara, dan dukungan dari semua pihak, baik dari tingkat kabupaten maupun provinsi," terangnya kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Senin (5/9).

Untuk saat ini, ia mempersiapan pengumpulan data portofolio dan karya ilmiah. Selain itu juga selalu giat dalam belajar tentang dunia pendidikan. Hal ini dilakukan sebagai persiapan presentasi nanti dalam lomba tingkat nasional. (Aan Ainun Najib/Abdullah Alawi)

?

?

?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Meme Islam, Santri, Nahdlatul Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Muhammad bin Salman, Babak Sejarah Baru bagi Arab Saudi

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Direktur Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (UI) Abdul Mutaali mengatakan, diangkatnya Muhammad bin Salman (32) sebagai putra mahkota Kerajaan Arab Saudi adalah sebuah babak sejarah baru bagi negeri petro dolar tersebut. Selama ini, Arab Saudi selalu mengangkat pangeran dengan umur yang sudah uzur sebagai putra mahkota dan pengganti raja.



Muhammad bin Salman, Babak Sejarah Baru bagi Arab Saudi (Sumber Gambar : Nu Online)
Muhammad bin Salman, Babak Sejarah Baru bagi Arab Saudi (Sumber Gambar : Nu Online)

Muhammad bin Salman, Babak Sejarah Baru bagi Arab Saudi



“Muhammad bin Salman adalah new history bagi Saudi. Kelak jika sang ayah (Salman bin Abdulaziz) mangkat,  Saudi akan dipimpin oleh generasi ketiga bukan lagi putra Abdul Aziz melainkan cucu,” kata Mutaali kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui aplikasi pesan Whatsapp, Ahad (5/11) malam.



Pimpinan Pusat Muhammadiyah



Dengan demikian, Arab Saudi akan dipimpin oleh generasi ketiga keluarga jika raja saat ini Salman bin Abdulaziz sudah tiada. Tentu ini akan menimbulkan gesekan yang hebat di antara keluarga kerajaan. Meski Muhammad bin Salman berasal dari keturunan Sudairy yang sangat dihormati, namun keturunan dari klan lainnya juga tidak akan tinggal diam dengan posisi Muhammad bin Salman saat ini mengingat masih ada generasi kedua kerajaan yang dianggap lebih berhak. 



Pimpinan Pusat Muhammadiyah



“Belum lagi usia sang putra mahkota yang sangat belia, 32 tahun. Kecemburuan kelas dewa yang sulit dibendung (dalam keluarga kerajaan Arab Saudi),” jelasnya.

     

Reformasi Kerajaan Arab Saudi







Dalam beberapa bulan terakhir, Muhammad bin Salman seolah membuat dunia tercengang. Membangun tempat wisata, menyebarkan Islam moderat, dan terakhir melakukan penangkapan sebelas pangeran dan empat mantan menteri dengan dugaan kasus korupsi adalah sederet sepak terjang dari sang putra mahkota. 





“Penegakan hukum terkait kejahatan terhadap tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh Putra Mahkota Muhammed bin Salman adalah langkah yang harus diapresiasi, terlepas kemungkinan adanya motif politis,” jelasnya.





Menurut dia, apa yang dilakukan oleh sang putra mahkota tersebut adalah sebagai upaya untuk testimoni legalitas dan unjuk kemampuannya sebagai calon Raja Arab Saudi. Di samping itu, Muhammad bin Salman juga sedang mencari teman untuk membangun dan mewujudkan visi Arab Saudi tahun 2030. 





“Ia (Muhammad bin Salman) tidak ingin diremehkan. Itu sebabnya kenapa tokoh sekaliber Alwaleed bin Talal ikut ditangkap,  konglomerat terkaya di Middle East. Muhammad hendak membuktikan leadershifnya,” urainya.





Penangkapan pangeran Arab Saudi tersebut, imbuh Mutaali, akan menimbulkan konfrontasi yang terbuka diantara keturunan keluarga kerajaan. Namun demikian, konfrontasi ini tidak akan sampai pada tahap disintegrasi nasional Arab Saudi. Mutaali menilai sang putra mahkota lah yang akan memenangkan konfrontasi tersebut. 





“Sebelum melakukan reformasi ini Muhammad sudah terlebih dahulu konsultasi dengan AS. Inilah jaminan politis yang didapatkan oleh sang putra mahkota,” tegasnya. 





Mutaali menilai, kunci keberhasilan reformasi Muhammad bin Salman juga adalah dukungan dari lembaga ulama Saudi. Sejauh ini, peran dan kontribusi ulama dalam hal kenegaraan dan pemerintahan tidak bisa dianggap remeh. Sejarah mencatat, Keluarga Saud berhasil merdeka dari Kesultanan Usmani karena menggandeng ulama. 





“Sebuah kesalahan besar  ketika Muhammad membangun konfrontasi dengan ulama. Jika hal itu terjadi,  justru reformasi ini hanya akan memukul dirinya sendiri,” tutupnya. (Red: Muchlishon Rochmat). Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Cerita, Meme Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pesantren Besar, Nama Kampung Terbawa

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Para kiai pesantren tidak ingin besar sendirian. Kalau pesantren mereka kian dikenal masyarakat, mereka tidak pernah melupakan kampung di mana pesantren berada. Mereka selalu menyebut pesantren mereka dengan menyebut nama kampung setempat.

Demikian disampaikan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj di hadapan seikitnya 70 peserta diskusi bertajuk “Pancasila sebagai Rumah Kita” pada Rabu (26/8) sore.

Pesantren Besar, Nama Kampung Terbawa (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Besar, Nama Kampung Terbawa (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren Besar, Nama Kampung Terbawa

“Nasionalisme para kiai jangan ditanya. Mereka tidak peduli nama pesantren mereka tidak terkenal. Bagi mereka, yang penting ialah cinta mereka pada tanah airnya, kampung kelahirannya,” kata Kang Said.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kepada hadirin dari pelbagai lintas agama, Kang Said menyebutkan nama-nama berbahasa Arab pesantren NU. “Kalau diterjemahkan, nama-nama pesantren mereka bagus sekali. Namun begitu, tetap saja orang lebih kenal pesantren Tegalrejo, Sarang, Krapyak, Lirboyo, Kempek, Tebuireng, Tambakberas, Kajen, Cipasung, dan seterusnya.”

Pada kesempatan berbeda, Kang Said menegaskan bahwa para kiai pesantren telah meninggalkan keteladanan; cinta kampung kelahiran. “Islam Nusantara itu begitu. Nama pesantren berbahasa Arab, tetapi isinya kebangsaan, ke-Indonesiaan,” kata Kang Said di Jakarta, Jumat (28/8) sore.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketika ditanya soal pergeseran, ia menjawab bahwa perubahan itu sekurang-kurangnya tetap ada. “Ada memang beberapa pesantren NU yang dikenal namanya ketimbang nama kampungnya. Itu pun hanya sedikit. Masih lebih banyak pesantren yang dikenal nama tempatnya.” (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Khutbah, Nahdlatul Ulama Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 18 September 2017

PPM Aswaja Sediakan Kebutuhan Informasi Islam Aswaja

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Persaudaraan Profesional Muslim (PPM) Aswaja menyediakan kebutuhan informasi terkait ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama‘ah. Layanan itu dihadirkan dalam rangka menyediakan informasi alternatif keislaman.

Demikian dikatakan oleh Ketua PPM Aswaja Hari Usmayadi pada Khotbah Teknologi dalam rangka peringatan kedua harlah ke-10 Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Gedung PBNU lantai delapan, Jalan Kramat Raya Nomor 164, Jakarta Pusat, Senin (15/4) malam.

PPM Aswaja Sediakan Kebutuhan Informasi Islam Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)
PPM Aswaja Sediakan Kebutuhan Informasi Islam Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)

PPM Aswaja Sediakan Kebutuhan Informasi Islam Aswaja

Masyarakat dapat memenuhi kebutuhan informasi keislamannya melalui dua layanan, Search Engine Aswaja dan Ensiklopedia Digital Aswaja NU. Keduanya merupakan produk PPM Aswaja yang diluncurkan pada malam Khotbah Teknologi di lokasi yang sama.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Dua layanan itu diharapkan menjadi rujukan utama masyarakat terutama warga NU agar tidak salah menuju layanan informasi keislaman yang tidak bertanggung jawab,” kata Hari Usmayadi di podium.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut Hari Usmayadi, Komunitas PPM Aswaja berinisiatif membuat dua layanan itu mengingat kecenderungan instan masyarakat belakangan ini dalam memenuhi kebutuhan informasi.

Kami pun beranggapan, tegas Hari Usmayadi, dua layanan itu dimaksudkan juga untuk mengakomodasi tingginya kebutuhan informasi keislaman bagi masyarakat urban atau pedesaan yang tidak sempat mengenyam pengajian tradisional sebagai pendidikan informal agama pada ustadz dan para kiai melalui sumber-sumber kitab yang otoritatif.

Sementara internet kini hanya dipenuhi oleh layanan-layanan informasi keislaman yang bersemangat pecah-belah dan menebar kebencian. Kenyataan itu, lanjut Hari Usmayadi, merupakan masalah yang butuh penanganan serius.

Setidaknya dua layanan itu bisa menjadi mencusuar peradaban Islam di tengah layanan informasi keislaman yang bersifat propaganda, tambah Hari Usmayadi.

Karena, dua layanan itu mengandung sejumlah konten keislaman yang dipertanggungjawabkan mulai dari daftar kitab para ulama, sanad keguruan para ulama sebelum, sezaman, dan sesudah Walisongo yang bersambung hingga ke Rasulullah, video streaming, dan para kiai Aswaja Nusantara hingga kini, tandas Hari Usmayadi.

Penulis: Alhafiz Kurniawan

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Cerita, Bahtsul Masail, Halaqoh Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 17 September 2017

Resolusi Jihad di Mata Pelajar Putri NU

Peristiwa di akhir Oktober hingga paruh awal November 1945, merupakan babak penting dalam sejarah pergolakan revolusi kemerdekaan Indonesia. Bentrokan yang melibatkan massa dalam jumlah besar terjadi di Surabaya pada tanggal 27, 28, 29 Oktober 1945.

Bentrokan terjadi antara pasukan Hizbullah, Sabilillah, dan pasukan lain dengan pasukan Inggris dan pasukan sewaannya. Letusan terjadi karena upaya Belanda melalui pasukan Inggris, hendak mengambil alih kekuasaan Nusantara setelah pendudukan Jepang runtuh.

Saat Jakarta, Bandung, dan? Semarang sudah takluk, Surabaya menjadi kota yang penuh dinamika pergolakan. Bentrokan terus terjadi karena masyarakat Surabaya dan sekitarnya mempertahankan kota dari penyerbuan dengan kekuatan 6000 pasukan Inggris yang terus mencoba masuk ke Surabaya. Bentrokan massa bersenjata akhirnya memuncak pada tanggal 10 November 1945. Sedikitnya 2000 pasukan terlatih Inggris tewas berikut Brigjend AWS. Mallaby, Komandan Pasukan Inggris. Banyaknya korban di pihak Inggris sebagai pasukan terlatih, membuat Inggris kehilangan muka di kalangan militer internasional.

Hari dimana pertempuran sengit tersebut terjadi kemudian ditetapkan sebagai Hari Pahlawan Nasional RI. Peristiwa 10 November 1945, “tidak bisa dipisahkan dengan keputusan Resolusi Jihad fi Sabilillah yang dikeluarkan NU,” kata Maulidah Zahro, Wakil Bendahara PP IPPNU, Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.

Resolusi Jihad di Mata Pelajar Putri NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Resolusi Jihad di Mata Pelajar Putri NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Resolusi Jihad di Mata Pelajar Putri NU

Resolusi Jihad fi Sabilillah, sebuah putusan berisi sikap NU dalam mempertahankan NKRI yang baru dua bulan diproklamasikan dari penjajahan bangsa asing. Putusan Resolusi Jihad dirancang oleh KH. Abdul Wahab Chasbullah 21 Oktober dan dibacakan oleh KH. Hasyim Asyari, Rois Akbar NU pada 22 Oktober 1945, hampir tiga minggu sebelum peristiwa Surabaya.

Isi putusan Resolusi Jihad antara lain berbunyi, “Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe ‘ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh. Bagi orang-orang jang berada di loear djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu djadi fardloe kifajah (jang tjoekoep, kalaoe dikerdjakan sebagian sadja…”

Peristiwa bersejarah dalam bangsa ini tidak bisa dipandang sebagai sebuah kejadian yang berdiri sendiri dan tiba-tiba. Ada beberapa rangkaian pergolakan sejarah yang mengantarkan Indonesia sampai pada peristiwa 10 November 1945 tersebut.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Ada semangat yang mendukung bagaimana 10 November itu bisa hadir,” kata Maulidah.

Semangat pergerakan dan kepahlawanan melatarbelakangi peristiwa tersebut. Pembacaan terhadap peristiwa 10 November menggantung ketika mengesampingkan entitas PBNU yang pada saat itu berkantor di jalan Bubutan, Surabaya, dan semangat Resolusi Jihadnya.

Nama Bung Tomo sebagai propagandis yang sanggup mendidihkan semangat rakyat Jawa Timur dimana orasi agitatifnya diteruskan melalui radio-radio, memang melekat dengan peristiwa 10 November. Tetapi fakta sejarah bahwa KH. Hasyim Asyari kerap memenuhi permintaan nasihat Bung Tomo, tidak pernah hadir dalam sejarah umum.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Siapa berani menyingkirkan nama KH. Abdul Wahab Chasbullah yang merancang putusan Resolusi Jihad fi Sabilillah dari peristiwa 10 November? Putusan ini memiliki tenaga untuk mengalirkan santri-santri dan kiai dari daerah sekitar Surabaya ke dalam kota Surabaya. Karena, putusan tersebut menyatakan bahwa pertempuran demi mempertahankan wilayah negara bernilai sebagai perang suci.

Agak berat memisahkan Hari Pahlawan dengan NU, karena “NU memiliki andil besar dalam peristiwa yang kemudian diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Pahlawan,” tambah Maulidah.

Belum lagi keterlibatan laskar Sabilillah yang dikomandani oleh KH. Masykur dan laskar Hizbullah dengan KH. Zainul Arifin sebagai komandan tertinggi? Kedua kiai tersebut tidak lain adalah para pemimpin NU.

Hubungan Resolusi Jihad fi Sabilillah dan Peristiwa 10 November, tertanam kuat di dalam benak warga NU meski segelintir pihak mencoba untuk mengubur fakta tersebut.

“Kesadaran sejarah 10 November memang tidak ada di dalam materi kaderisasi IPPNU. Fakta-fakta ini sudah menjadi pengetahuan umum yang saya terima dari materi ke-NUan dalam kaderisasi. Itu pun hanya sedikit disinggung, dimasukkan.”

Maulidah, yang juga pengurus Rumah Pelajar IPPNU di Ciputat mengharapkan bahwa kaderisasi IPPNU ke depan akan menegaskan isu seputar Resolusi Jihad fi Sabilillah dalam konteks peristiwa 10 November yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia.

“Dengan penekanan seperti itu, pemuda-pemudi NU akan sadar bahwa NU memiliki andil besar terhadap pertahanan dan kelestarian Indonesia,” kata Maulidah, Senin (5/11) sore seusai rapat dengan Pemda Palembang untuk mempersiapkan kongres XVI IPPNU di Palembang 30 November-4 Desember 2012. (Alhafiz Kurniawan/Red: Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syariah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Santri Bata-Bata Gondol Dua Piala di Musabaqoh Kitab Kuning

Pamekasan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah



Pesantren Bata-Bata, Palengaan, Pamekasan memberi warna tersendiri dalam hari lahir (harlah) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang ke-19. Terutama di grand final Musabaqah Kitab Kuning (MKK) di Jakarta, Sabtu (22/7), sebagai bagian dari rangkaian kegiatan harlah.

Santri Bata-Bata Gondol Dua Piala di Musabaqoh Kitab Kuning (Sumber Gambar : Nu Online)
Santri Bata-Bata Gondol Dua Piala di Musabaqoh Kitab Kuning (Sumber Gambar : Nu Online)

Santri Bata-Bata Gondol Dua Piala di Musabaqoh Kitab Kuning

Dalam lomba yang ditangani DKN Garda Bangsa tersebut, dua santri Bata-Bata berhasil menyisihkan ribuan peserta se-Indonesia. Mereka mampu merebut dua piala, masing-masing Juara II oleh Ayu Aprilia Musdalifah (Fathul Qorib) dan Khusnul Hotimah yang juara III (Nadham Imrithi) tingkat putri.

Selain memboyong piala, kedua santriwati tersebut juga mendapat uang pembinaan. Ayu Aprilia Musdalifah diganjar Rp 15 juta, sementara Khusnul Hotimah bawa pulang Rp 10 juta.

"Semoga keduanya bisa menjadi inspirasi bagi santri-santri yang lain. Amin," tegas KHR. Ali Wafa Subki selaku Ketua DPC PKB Pamekasan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu, Ketua Garda Bangsa Kabupaten Pamekasan, Syafiuddin, mengucapkan turut bangga dan bersyukur atas raihan prestasi santri dari daerahnya. Sebab, penjaringan peserta hingga ke tingkat grand final lumayan ketat.

"Sebelum ke grand final, mereka masih melewati padatnya kompetisi antarsantri se-Jawa Timur. Semoga tahun berikutnya bisa meningkatkan prestasi. Selamat dan barokah," tukas Syafiuddin. (Hairul Anam/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pertandingan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PCNU dan Banom Kota Pekalongan Butuh 1000 Personel Baru Banser

Pekalongan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Kota Pekalongan saat ini masih memerlukan 1000 anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Saat ini anggota Banser di Pekalongan berjumlah 500 personel. Pasalnya, banyak kegiatan di lingkungan Nahdatul Ulama yang memerlukan Banser. GP Ansor Kota Pekalongan perlu merekrut anggota baru untuk memenuhi kuota yang diperlukan.

Demikian disampaikan Ketua GP Ansor Kota Pekalongan Mohammad Shodiq di sela kegiatan Pendidikan Kader Dasar (PKD) dan Pendidikan Pelatihan Dasar (Diklatsar) Banser Pekalongan Selatan yang berlangsung di Lapangan Kertoharjo, Sabtu (4/11).

PCNU dan Banom Kota Pekalongan Butuh 1000 Personel Baru Banser (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU dan Banom Kota Pekalongan Butuh 1000 Personel Baru Banser (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU dan Banom Kota Pekalongan Butuh 1000 Personel Baru Banser

Banser sebagai garda terdepan Ansor dalam proses rekrutmen harus melalui Diklatsar sebagai langkah awal untuk mengenal organisasi Banser secara lebih mendalam.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Ansor dan Banser sudah memilik standar rekrutmen anggota baru sehingga tidak bisa pemuda yang memilik kultur ajaran Ahlussunnah wal Jamaah, tiba-tiba pengen menjadi anggota Banser tanpa melalui proses Diklatsar," ujar Shodiq.

Sebenarnya program Diklatsar merupakan program yang harus dilaksanakan oleh cabang, akan tetapi karena peminatnya cukup banyak, akhirnya dibuat kegiatan di tingkat anak cabang. Pekalongan Selatan merupakan yang pertama, kemudian dilanjutkan oleh Pekalongan Barat, Utara dan Timur.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebagaimana diwartakan, Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Pekalongan Selatan menggelar PKD dan Diklatsar di lapangan Kertoharjo, Jumat (3/11), dengan tema Menumbuhkembangkan Militansi Kader, Serta Rasa Nasionalisme, Demi Tegaknya Ajaran Ahlussunah wal Jamaah di Bumi Nusantara.

Kegiatan Diklatsar yang diikuti 116 peserta dibuka Ketua MWCNU Pekalongan Selatan KH Mahfud Basyari dan dihadiri Kapolsek Pekalongan Selatan, Koramil, Camat Pekalongan Selatan, Lurah, serta pejuang Banser angkatan 65.

Kegiatan yang diagendakan berlangsung 3 sampai 5 November ini akan dihadiri Maulana Al-Habib Lutfi bin Ali bin Yahya untuk memberikan materi kepada peserta PKD.

Ketua PAC Ansor Pekalongan Selatan Abdul Syukur menyampaikan, sebagai kader NU Banser harus selalu siap menjadi garda terdepan dalam mempertahankan dan memperkokoh NKRI.

Beberapa pemateri yang turut mengisi kegiatan tersebut di antaranya PCNU Kota Pekalongan, Polres Pekalongan Kota, Dandim 0710 Pekalongan, PW GP Ansor dan Satkorwil Banser Jateng, dan wirausahawan muda Pekalongan. (Abdul Muiz/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sunnah, Budaya Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 16 September 2017

Pengelolaan Pendidikan NU secara Modern perlu Ditingkatkan

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan sumberdaya manusia di lingkungan nahdliyin, lembaga pendidikan yang dikelola oleh warga NU harus dikelola secara modern dalam arti peningkatan manajemen dan pengorganisasiannya.

Demikian dikatakan oleh Ketua PBNU Masdar F. Mas’udi dalam pembukaan Rapat Koordinasi LP Maarif NU tahun 2007 yang diikuti oleh perwakilan LP Maarif NU dari 12 propinsi yang diselenggarakan di Hotel Sofyan, Selasa (14/8).

Pengelolaan Pendidikan NU secara Modern perlu Ditingkatkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Pengelolaan Pendidikan NU secara Modern perlu Ditingkatkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Pengelolaan Pendidikan NU secara Modern perlu Ditingkatkan

Menurutnya, saat ini fokus pendidikan yang dikembangkan oleh warga NU masih pada pesantren, bukan pada sistem sekolahan. Pesantren sendiri sudah ada sebelum NU berdiri sedangkan masuknya NU dalam sistem pendidikan sekolahan baru belakangan ini.

Dikatakan oleh Masdar bahwa NU didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari dan para kiai lainnya agar kegiatan pemberdayaan ummat bisa terorganisasi, bukan lagi sekedar paguyuban.

“Mbah Hasyim ingin memberi nilai lebih tradisi yang ada untuk membangun kejayaan ummat dan bangsa, namun hal ini harus terorganisasi, secara bersama-sama,” tuturnya.

Kegiatan organisasi seharusnya bukan lagi kegiatan seperti tahlilah atau pengajian karena hal ini sudah ada sejak lama dan sudah bisa berjalan tanpa keberadaan NU sehingga kegiatan organisasi NU seharusnya merupakan kegiatan yang tidak bisa dilakukan secara individu warga NU.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Karena itu, upaya untuk mengelola NU sebagai organisasi yang modern ini tampaknya masih memerlukan perjuangan yang cukup panjang. Direktur Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) ini meminta agar LP Maarif NU mengembangkan kurikulum pendidikan yang mengarahkan NU sebagai sebuah organisasi, bukan sekedar kultur.

Selanjutnya, agar Lembaga Pendidikan Maarif NU bisa berkembang dengan baik, maka harus didukung sumber daya dan sumber dana yang memadai. “Salah satu indiktor organisasi yang kokoh adalah, ia memiliki sumber daya dan sumber dana yang memadai,” tandasnya. (mkf)



Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Makam, Tokoh Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 15 September 2017

Bagaimana Menyikapi Anak-anak Kecil Bercanda di Masjid?

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Pengasuh rubrik Bahtsul Masail Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang baik, ketika sembahyang ashar dan terutama sembahyang maghrib tiba banyak anak-anak kecil usia sekolah dasar berkumpul di masjid. Mereka ikut sembahyang berjamaah bersama orang dewasa. Hanya saja mereka sesekali bercanda di masjid yang menimbulkan kegaduhan.

Ada juga pengurus masjid dan sebagian jamaah yang memperingati mereka. Sebagian lagi ada yang membentak mereka dengan keras. Sebenarnya bagaimana sikap kita menghadapi anak-anak kecil yang sesekali bercanda di masjid? Mohon penjelasannya. Terima kasih. Assalamu alaikum. wr. wb. (Musa/Jakarta).

Bagaimana Menyikapi Anak-anak Kecil Bercanda di Masjid? (Sumber Gambar : Nu Online)
Bagaimana Menyikapi Anak-anak Kecil Bercanda di Masjid? (Sumber Gambar : Nu Online)

Bagaimana Menyikapi Anak-anak Kecil Bercanda di Masjid?

Jawaban

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Penanya yang budiman, semoga Allah SWT menurunkan rahmat-Nya kepada kita semua. Bermain lebih tepatnya bercanda memang sudah fitrah anak-anak. Karenanya hal ini tidak bisa dihindari. Tetapi kadang candaan mereka juga menggangu kenyamanan jamaah dewasa pengguna masjid.

Lalu bagaimana kita sebagai pengurus masjid atau orang dewasa menanggapi kehadiran anak-anak itu di masjid. Berikut ini kami kutip keterangan Imam Al-Ghazali perihal kemunkaran di masjid termasuk batasan dan pengecualiannya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “Anak kecil tidak masalah masuk ke masjid selagi ia tidak bermain. Bermain di masjid tidak haram bagi mereka. Membiarkan mereka bermain di masjid juga tidak diharamkan kecuali jika mereka menjadikan masjid tempat bermain, dan itu sudah menjadi kebiasaan mereka. Kalau sudah demikian (masjid jadi tempat bermain), maka wajib dilarang karena bermain di masjid termasuk aktivitas yang halal jika sedikit, dan tidak halal ketika banyak. Dalilnya adalah hadits riwayat Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah SAW berdiam demi Aisyah RA yang menyaksikan anak-anak Habasyah menari dan bermain perisai dari kulit dan berperang-perangan pada hari Idul Fithri di masjid. Tidak diragukan lagi bahwa anak-anak Habasyah itu seandainya menjadikan masjid tempat bermain, niscaya mereka akan dilarang bermain. Rasulullah SAW tidak memandang anak-anak itu bermain itu sebagai sebuah kemunkaran sehingga beliau SAW ikut menyaksikannya karena saking jarang dan langkanya,” (Lihat Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, Mesir, Mushtafa Albabi Al-Halabi wa Auladuh, 1939 M/1358 H, juz 2, halaman 332).

Sayid Muhammad Az-Zabidi yang dengan telaten mensyarahkan kitab Ihya Ulumiddin mengakui bahwa kehadiran orang gila, anak kecil, dan orang mabuk perlu diwaspadai. Mereka tidak bisa menguasai diri sendiri sehingga dikhawatirkan dapat mencemari masjid. Ada baiknya kita melihat sedikit catatan Sayid Muhammad Az-Zabidi berikut ini.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? (? ? ? ? ? ? ? ?) ? ? ? ? ?

Artinya, “Di antara kemunkaran adalah masuknya orang gila, anak kecil, dan orang mabuk ke dalam masjid. Karena, mereka tidak memiliki daya pilih. Mereka tidak bisa memelihara diri mereka sendiri. Karenanya diusahakan mereka tidak masuk ke dalam masjid. (Anak kecil tidak masalah masuk ke masjid selagi ia tidak bermain). Dan bersamaan dengan (bermainnya) itu aman dari pencemaran,” (Lihat Sayid Muhammad bin Muhammad Al-Husayni Az-Zabidi, Ithafus Sadatil Muttaqin bi Syarhi Ihya’i Ulumiddin, Beirut, Muassasatut Tarikhil Arabi, 1994 M/1414 H, juz 7, halaman 55-56).

Bahkan Sayid Muhammad Az-Zabidi lebih tegas mengatakan bahwa candaan anak kecil di dalam masjid bukan bagian dari kemunkaran seperti Rasulullah SAW menyikapi kehadiran anak-anak Habasyah yang bermain di masjid seperti kami kutip berikut ini.

? ? ? ? ? ? ? ? ? ?( ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Artinya, “(Rasulullah SAW tidak memandang anak-anak itu bermain itu sebagai sebuah kemunkaran sehingga beliau SAW) sendiri (ikut menyaksikannya karena saking jarang dan langkanya) sebagai pendidikan dan peringatan bagi umatnya bahwa di dalam agama terdapat kelonggaran-kelonggaran,” (Lihat Sayid Muhammad bin Muhammad Al-Husayni Az-Zabidi, Ithafus Sadatil Muttaqin bi Syarhi Ihya’i Ulumiddin, Beirut, Muassasatut Tarikhil Arabi, 1994 M/1414 H, juz 7, halaman 56).

Catatan kami, kehadiran anak-anak kecil di masjid perlu dimaklumi dan perlu pendampingan orang tua, terutama bagi anak-anak kecil di bawah usia lima tahun agar tidak mencemari masjid dengan kemungkinan najis yang ada padanya.

Berikutnya, pengurus masjid dan para jamaah perlu memaklumi bahwa kehadiran anak-anak kecil terutama anak-anak di atas lima tahun itu patut disyukuri karena mereka sudah mengawali pembiasaan di masjid sedini mungkin.

Menciptakan “masjid ramah anak” memang membutuhkan kesiapan manajemen, tata ruang, dan kesadaran tinggi seluruh jamaah. Padahal anak-anak kecil juga memiliki hak guna terhadap masjid. Adapun candaan mereka yang mengganggu kenyamanan jamaah dewasa cukup diperingati dengan lemah lembut, tidak perlu bentakan, hardikan, dan cara kasar lainnya karena cara-cara kasar dapat menciptakan trauma dan banyak mudharat lainnya.

Demikian yang dapat kami kemukakan. Semoga bisa dipahami dengan baik. Kami selalu terbuka dalam menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,

Wassalamu ’alaikum wr. wb.


(Alhafiz Kurniawan)Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Cerita, Aswaja Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Warga NU di Hongkong Iuran untuk Konferensi Perdana PCINU

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Lebih dari seribu 1000 warga NU di Hongkong mengeluarkan iuran secara sukarela untuk penyelenggaraan konferensi perdana Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Hongkong. Mereka dengan bergairah merogoh kocek untuk mendukung kelangsungan forum yang diadakan di di Gedung KJRI lantai 2F Ruang Ramayana.

“Lebih dari seribu orang menyumbang. Setiap orang mengeluarkan uang sebesar 10 dolar Hongkong,” kata Mustasyar PCINU Hongkong H Nabil Harun kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jakarta, Selasa (19/1) sore.

Warga NU di Hongkong Iuran untuk Konferensi Perdana PCINU (Sumber Gambar : Nu Online)
Warga NU di Hongkong Iuran untuk Konferensi Perdana PCINU (Sumber Gambar : Nu Online)

Warga NU di Hongkong Iuran untuk Konferensi Perdana PCINU

Warga NU di Hongkong yang berjumlah sekitar 150.000 orang datang ke lokasi konferensi untuk menyaksikan jalannya forum, Ahad (17/1) siang. Karena Gedung KJRI yang menjadi arena konferensi hanya menampung 300 orang, sebagian dari mereka terpaksa kembali ke kediaman masing-masing.

Satu dolar Hongkong setara dengan kisaran Rp.1.700-1.800. Gerakan kepedulian seperti ini diharapkan menginspirasi PCINU lainnya, kata Nabil.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia berharap warga NU di Hongkong terus melanjutkan tradisi gotong royong seperti ini. (Alhafiz K)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib, Berita, AlaNu Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pengurus 17 Ranting NU Tahlilan 40 Hari Mbah Sahal

Karanganyar, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ratusan pengurus ranting NU dari 17 desa se-kecamatan Mojogedang, menggelar tahlilan mengenang 40 hari wafatnya Rais Aam PBNU KH MA Sahal Mahfudh Selasa (4/3). Tahlilan ini dipimpin langsung Rais Syuriyah MWCNU Mojogedang Kiai Asyrofi yang juga mengasuh pesantren Nurul Falah.

Pengurus 17 Ranting NU Tahlilan 40 Hari Mbah Sahal (Sumber Gambar : Nu Online)
Pengurus 17 Ranting NU Tahlilan 40 Hari Mbah Sahal (Sumber Gambar : Nu Online)

Pengurus 17 Ranting NU Tahlilan 40 Hari Mbah Sahal

Tahlilan ini bertempat di kompleks pesantren Nurul Hikmah dusun Sumberjo desa Pojok kecamatan Mojogedang, Karanganyar. Pelaksanaan acara ini diawali sambutan Ketua PCNU Karanganyar.

“Tepat 40 hari lalu kita ditinggalkan guru kita semua, Kiai Sahal Mahfudh. Hari ini kita berkumpul di sini mendoakan Kiai Sahal sebagai wujud rasa hormat dan takzhim kita kepadanya,” ujar Kiai Asyrofi.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kami semua berharap para pengurus ranting bisa menjadikan sosok Kiai Sahal sebagai salah satu panutan dan teladan nyata, terutama dalam hal keagamaan yang bersifat sosial, pungkas Kiai Asyrofi. (Ahmad Rosyidi/Alhafiz K)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Khutbah, Ulama, Sejarah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 14 September 2017

STAI Khoziatul Ulum Kukuhkan 29 Sarjana Tafsir Hadits

Blora, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Khozinatul Ulum, Blora, Jawa Tengah, Selasa (19/2) kemarin, menggelar acara wisuda sarjana. Wisuda tersebut merupakan wisuda pertama bagi perguruan tinggi tersebut. Acara wisuda dilaksanakan di Gedung Serbaguna NU Blora.

Prosesi wisuda dihadiri Koordinator Kopertais Wilayah X, Prof Dr H Muhibbin Noor MA. Pada kesempatan itu, Muhibbin yang juga Rektor IAIN Semarang menyampaikan pidato ilmiah. 

STAI Khoziatul Ulum Kukuhkan 29 Sarjana Tafsir Hadits (Sumber Gambar : Nu Online)
STAI Khoziatul Ulum Kukuhkan 29 Sarjana Tafsir Hadits (Sumber Gambar : Nu Online)

STAI Khoziatul Ulum Kukuhkan 29 Sarjana Tafsir Hadits

Salah seorang dosen STAI Khozinatul Ulum , Yunus Bachtiar mengatakan, wisudawan Angkatan 1 STAI Khozinatul Ulum berjumlah 29 mahasiswa. Mereka berasal dari Program Studi Tafsir Hadits. ”STAI Khozinatul Ulum berdiri tahun 2007,” ungkapnya. 

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebagai wisudawan terbaik adalah Afifatul Musyafa’ah SThI. Untuk prosesi wisuda dimulai dengan pembukaan Rapat Senat yang dipimpin Ketua STAI Khozinatul Ulum, HA M Nur Ihsan MA. 

Sementara itu, dalam orasi ilmiahnya,Prof DR H Muhibbin Noor MA mengatakan, bahwa teks-teks al Qur’an dan hadist harus mampu membumi pada praktis sosial-kemasyarakatn, sehingga makna al-Qur’an bisa dipahami masyarakat.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Teks AlQur’an dan hadis yang disampaikan kepada masyarakat harus dipelajari dan diteliti sebelum disampaikan kepada masyarakat, karena dikhawatirkan akan disalahpahami,” katanya.

Redaktur     : A. Khoirul Anam

Kontributor : Sholihin Hasan

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa, Khutbah, AlaSantri Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Cetak Relawan, LPBI NU Gelar Pelatihan Penanganan Bencana di Wajo

Wajo, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) bersama Department of Foreign dan Trade (DFAT) Australia menyelenggarakan Pelatihan Penanganan Darurat Bencana, Selasa-Jumat (29/11-2/12). Pertemuan ini merupakan lanjutan dari pelatihan sebelumnya, Pelatihan PRB dan PDRA dan Pelatihan Manajemen Kedaruratan dan SPHERE.

Pelatihan ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam menghadapi situasi darurat bencana, baik siaga maupun tanggap darurat.

Cetak Relawan, LPBI NU Gelar Pelatihan Penanganan Bencana di Wajo (Sumber Gambar : Nu Online)
Cetak Relawan, LPBI NU Gelar Pelatihan Penanganan Bencana di Wajo (Sumber Gambar : Nu Online)

Cetak Relawan, LPBI NU Gelar Pelatihan Penanganan Bencana di Wajo

Beberapa persoalan seringkali terjadi saat penanganan tanggap darurat antara lain bantuan tidak sesuai dengan kebutuhan, keamanan dan perlindungan tidak terjamin, informasi yang simpang siur, keterbatasan waktu, keterbatasan penanganan penderita gawat darurat, dan kendala koordinasi.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hal ini memerlukan suatu sistem dan cara untuk mengantisipasi persoalan-persoalan yang seringkali muncul dalam melakukan aktivitas tanggap darurat.

Pelatihan ini diikuti 30 peserta yang erdiri atas BPBD Kabupaten Wajo, karang taruna, tokoh masyarakat, lembaga pendidikan, LSM, dunia usaha, GP Ansor, Fatayat NU, dan LPBI NU Kabupaten Wajo.

BPBD Kabupaten Wajo Andi Ardiansyah menyampaikan bahwa terdapat empat jenis bencana yang sering terjadi di Sulawesi Selatan, banjir, longsor, abrasi pantai, dan angin puting beliung. Hal ini perlu ditangani secara profesional. Adanya LPBI NU Kabupaten Wajo sangat membantu upaya penanggulangan bencana yang efektif.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Andi Ardiansyah berharap peserta dapat mengimplementasikan ilmu yang didapatkan selama pelatihan untuk masyarakat. “Dalam penanggulangan bencana terdapat tiga pihak yang tidak dapat dilepaskan, yaitu pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha. Kerja sama tiga pihak ini sangat diperlukan untuk mewujudkan penanggulangan bencana yang cepat dan efektif.”

PCNU Wajo Muh Alwi mengharapkan seluruh peserta dapat mengikuti pelatihan dengan serius agar di akhir pelatihan memiliki kapasitas yang baik dalam menghadapi situasi siaga bencana maupun tanggap darurat.

Deputi PM SLOGAN-STEADY LPBI NU Rurid Rudianti mengatakan, peserta pelatihan merupakan orang-orang pilihan yang mendapatkan paket pelatihan penanggulangan bencana yang cukup lengkap. “PCNU dan BPBD Kabupaten Wajo diharapkan dapat mengikat peserta menjadi satu tim agar kapasitas yang diperoleh dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya khususnya untuk masyarakat di Wajo,” kata Rurid. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ubudiyah, Olahraga, Khutbah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Bumikan Islam Moderat, NU Korsel Gelar Safari Dakwah

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam bulan Ramadhan tahun ini, Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Korea Selatan mengagendakan kegiatan Safari Dakwah ke berbagai masjid dan mushala di Korsel.

Program yang bekerja sama dengan para dai berhaluan Ahlussunah wal Jamaah (Aswaja) ini selaras dengan amanat Musyawarah Kerja Cabang (Muskercab) PCINU Korsel di Kwangju beberapa bulan lalu. Sejumlah dai itu merupakan didikan pesantren dan berasal dari Indonesia.

Bumikan Islam Moderat, NU Korsel Gelar Safari Dakwah (Sumber Gambar : Nu Online)
Bumikan Islam Moderat, NU Korsel Gelar Safari Dakwah (Sumber Gambar : Nu Online)

Bumikan Islam Moderat, NU Korsel Gelar Safari Dakwah

Para dai yang dimaksud antara lain Ustadz Husny Mubarok Amir, Ketua Lakpesdam NU DKI Jakarta dan Pimpinan Redaksi Aswaja PWNU DKI Jakarta; Ustadz Abdullah bin Umar Alfayumi, pengasuh di Pondok Pesantren Raudotul Ulum (putra) di Kajen, Pati, Jawa Tengah; dan Ustadz Mahmudi Parjo Karto Jaman, imam Masjid Baiturrohman Ngadipurwo, Blora, Jawa Tengah dan juga pimpinan majelis tafsir Al-Quran di Pesantren Fadlullah, Blora. Ketiga dai muda tersebut merupakan para penghafal al-Quran (hafidz).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Program yang digelar sebulan penuh ini menjadi ajang silaturrahim warga NU di Korea, sekaligus meneguhkan prinsip-prinsip Aswaja di Negeri Gingseng.

“Program safari dakwah Ramadhan ini juga bertujuan untuk memberikan pengajaran tentang ke-Aswaja-an, melestarikan nilai-nilai dalam berdakwah sesuai prinsip ulama Ahlussunah wal Jamaah dan membumikan Islam yang santun, moderat dan rahmatan lil alamin di negeri Korea dengan senantiasa menjaga tradisi amaliyah ulama Ahlussunah wal Jamaah,” sebut siaran pers yang diterima Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (20/6).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PCINU setempat berharap kegiatan ini bermanfaat dan membawa berkah bagi Nahdiyin di Korea Selatan yang haus akan ilmu agama. (Mahbib Khoiron)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib, Kajian Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 13 September 2017

Puasa, Berderma Untuk Si Miskin

Brebes, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ramadhan, menjadi bulan pembuktian berderma untuk si miskin, bukan hanya merasakan menjadi miskin karena kelaparan dan kehausan selama menjalani ibadah puasa. Bukti keberpihakan pada si miskin bisa diwujudkan dalam bentuk berzakat ataupun memberi makan.

Demikian disampaikan Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Brebes, Dr KH Chusnan Zein di sela buka puasa bersama dan peringatan Nuzulul Qur’an Kabupaten Brebes, di Pendopo Bupati Brebes, kemarin.

Kiai Chusnan yang juga Awan PC NU Brebes ini mengajak kepada kaum muslimin untuk membuktikan diri bahwa orang yang berpuasa itu sebagai orang dermawan.

Puasa, Berderma Untuk Si Miskin (Sumber Gambar : Nu Online)
Puasa, Berderma Untuk Si Miskin (Sumber Gambar : Nu Online)

Puasa, Berderma Untuk Si Miskin

“Jangan sampai kita merasa diri sebagai orang miskin yang berakibat hanya ingin dibelaskasihi terus,” tuturnya.

Menurut Kiai Chusnan, ada empat hal yang bisa membuat negara ini makmur dan sejahtera, apabila masyarakat dan seluruh komponen bangsa melakukan keempat hal tersebut. Yakni; pertama, aksus salam, tebarkan salam karena untuk membuat Darussalam, kedamaian, harus menebarkan salam.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kedua ithamu thoam, Peduli fukara masakin memberi makan. Yang ketiga adalah silatur rahim, silaturahmi. Tidak kurang pentingnya silaturahmi itu. Dan yang keempat sholatun filail wanasuniyah, sholat pada malam hari dimana orang pada terlelap tidur.

“Bila keempat hal tersebut diterapkan oleh kaum muslimin, ini sangat bagus untuk Indonesia, bagus untuk Brebes,” ujar Kiai Chusnan.?

Apabila tujuan puasa ingin tercapai, lakukanlah keempat hal tersebut. Nanti tujuan puasa la’alakum tatakum mencapai derajat takwa akan ada digenggaman kita. Orang-orang yang bertakwa, akan berbondong-bondong menurut keahliannya derajat takwanya.?

Terkait kesadaran berzakat di Kabupaten Brebes, Kiai Chusnan menilai apresiasi masyarakat Brebes ? belum mencapai tingkat yang memuaskan. Terbukti, masyarakat Brebes yang menyalurkan zakatnya ke Baznas masih sebatas pada plat merah. Dalam artian masih di dominasi oleh para PNS yang penghimpunannya melalui bendahara masing-masing instansi.?

“Tahun ini, kami gembira karena ada seorang yang pekerjaanya bengkel, telah menyerahkan zakat lebih dari Rp 3 juta, patut jadi contoh,” ungkap Kiai Chusnan yang juga Dosen IAIN Pekalongan.?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dia menyentuh kepada para pengusaha agar bisa menyalurkan zakatnya ke Baznas sebagai lembaga resmi pemerintah. Kalau kita mau peduli pada masyarakat fukara masakin maka harus nguwehaken zakat.?

Melalui pentasyarufan yang digelar keliling di 17 Kecamatan se Kabupaten Brebes, bagi Chusnan Zein sebenarnya merupakan upaya syiar dan memberi contoh agar masyarakat tersentuh, termotivasi untuk menyalurkan zakatnya ke Baznas. Kita kembalikan pada sentuhan hati masyarakat?

“Termasuk zakat fitrah, masyarakat harus dimaksimalkan sebagai kewajiban dari rukun Islam. Zakat, rupanya belum menjadi rukun Islam yang favorite dibandingkan dengan rukun islam lainnya,” pungkasnya. (Wasdiun / Muslim Abdurrahman)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Jadwal Kajian, Sunnah, Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 12 September 2017

Gus Mus: Bangsa Kita Punya Karakter, Jangan Jadi Bebek

Boyolali, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Presiden Soekarno pernah mengatakan pada hakikatnya setiap bangsa memiliki karakternya masing-masing. Begitu juga dengan bangsa Indonesia memiliki sebuah karakter yang terwujud dalam pelbagai hal. Dalam kebudayaannya, dalam perekonomiannya, dalam wataknya dan lain sebagainya.

Gus Mus: Bangsa Kita Punya Karakter, Jangan Jadi Bebek (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Mus: Bangsa Kita Punya Karakter, Jangan Jadi Bebek (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Mus: Bangsa Kita Punya Karakter, Jangan Jadi Bebek

Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita mesti jaga betul karakter yang dimiliki bangsa ini. “Bangsa kita punya karakter sendiri, Jangan hanya terus menjadi bebek yang mudah terpengaruh hal yang datang dari luar,” tegas Rais Aam PBNU KH Mustofa Bisri di depan jamaah Pengajian Akbar yang diselenggarakan Pemerintah Kabupaten Boyolali Jawa Tengah di Masjid Kabupaten, Senin (16/3) malam lalu.

Gus Mus menilai, beberapa fenomena yang terjadi belakangan ini, seperti halnya beberapa WNI yang hendak bergabung dengan ISIS dan lain sebagainya, merupakan sebuah pertanda akan kurangnya pemahaman karakter yang dimiliki bangsa Indonesia.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Tidak semua yang datang dari luar itu baik. Jangan dikira mereka yang mengibarkan bendera ‘La ilaha illallah’ pasti bagus. Yang terjadi justru sebaliknya, mereka banyak berbuat kekerasan,” kata kiai yang juga budayawan ini.

Sikap yang mesti dipegang oleh bangsa ini, lanjut Gus Mus, yakni sikap sak madyo (Jawa: sedang) atau tawasuth. “Itulah akhlak yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw,” tutur Pengasuh Pesantren Roudlotut Tolibin Rembang itu.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hal lain yang disampaikan Gus Mus kepada para jamaah, yakni untuk senantiasa bersyukur kepada nikmat hidayah yang diberikan Allah kepada kita.?

“Bayangkan seorang paman Nabi yang tidak diberikan hidayah dan tetangga Nabi yang justru membenci Nabi. Tapi kita yang jauh di Boyolali ini, alhamdulillah dapat diberikan rasa cinta kepada Nabi. Maka wajib bagi kita untuk bersyukur atas nikmat tersebut,” tuturnya.

Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Bupati Boyolali dan beberapa jajaran PCNU Kabupaten Boyolali. (Ajie Najmuddin/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah PonPes Pimpinan Pusat Muhammadiyah