Senin, 26 Desember 2011

Selamat Tinggal MOS, Selamat Datang MATSAMA

Oleh Ruchma Basori

Tiap tahun ajaran baru para orang tua sibuk mencarikan lembaga pendidikan terbaik bagi putra-puterinya. Melalui pendidikan, mereka menggantungkan cita-cita untuk masa depan anak-anaknya. Anak-anak yang sehat, berkarakter, bermoral, lagi cerdas menjadi dambaan. Karenanya para orang tua tidak segan-segan mengeluarkan sejmlah uang yang tidak sedikit agar anak-anaknya tidak sekadar sekolah, namun mendapatkan layanan pendidikan terbaik di negeri ini.? ?

Menyadari akan pentingnya menyiapkan masa depan anak bangsa, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Anies Baswedan mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 tahun 2016 tentang Hari Pertama Sekolah. Orang tua diimbau untuk mengantar anak di hari pertama sekolah. Bagi Mendikbud "Hari pertama sekolah menjadi kesempatan mendorong interaksi antara orang tua dengan guru di sekolah untuk menjalin komitmen bersama dalam mengawal pendidikan anak selama setahun ke depan. Selain itu bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan keterlibatan publik dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah."

Selamat Tinggal MOS, Selamat Datang MATSAMA (Sumber Gambar : Nu Online)
Selamat Tinggal MOS, Selamat Datang MATSAMA (Sumber Gambar : Nu Online)

Selamat Tinggal MOS, Selamat Datang MATSAMA

Di saat harapan orang tua begitu besar, masih ada catatan kelam terhadap ritus penyambutan Peserta Didik Baru oleh sekolah. Biasanya dikenal dengan kegiatan Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD), sebelumnya disebut Masa Orientasi Siswa (MOS) atau Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Khusus di lingkungan pendidikan Madrasah (MI, MTs dan MA) kini telah berubah nama menjadi Masa Ta’aruf Siswa Madrasah disingkat MATSAMA.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Saya tergerak hatinya untuk urun rembug berkaitan dengan MOS dan sejenisnya utamanya MATSAMA di madrasah. Cita-cita menciptakan anak-anak Indonesia yang unggul dan bermoral, tidak boleh kandas dan mati sebelum berkembang, karena praktek MOS yang penuh dengan kekerasan, perpeloncoan dan berakhir dengan tragedi kematian. Saya berharap banyak, MOS mestinya menjadi pintu gerbang mengantarkan lahirnya calon-calon pemimpin yang handal mengatasi berbagai persoalan kemasyarakatan dan kebangsaan. ?

Setitik noda

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam dekade terakhir ini kita sering mendengar tuntutan agar MOS di tiadakan. Karena dinilai banyak mendatangkan kemadlaratan dari pada kemaslahatan. Kita tentu masih ingat, kematian siswa SMP Flora, Bekasi, Evan Chistopher Situmorang (12) setelah mengikuti Masa Orientasi Sekolah (MOS).

Okezone dari Koran SINDO, Selasa (4/8/2015) mencatat daftar pelajar yang meninggal akibat MOS selama beberapa tahun terakhir. Roy Aditya Perkasa (14) tewas setelah mengikuti MOS di sekolahnya, SMA 16 Surabaya pada 15 Juli 2009. Roy sebelumnya sempat pingsan, namun nyawanya melayang saat hendak diantar ke Rumah Sakit Sutomo, Surabaya.

Hal yang sama menimpa Amanda Putri Lubis, siswi baru SMAN 9 Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, meregang nyawa pada 13 Juli 2011. Dia diduga menjadi korban MOS karena mengeluhkan sesak napas usai mengikuti MOS di sekolah barunya. Pada tahun 2012, Muhammad Najib, siswa Sekolah Pelayaran Menengah Pembangunan di Jakarta dipaksa jalan kaki sejauh lima kilometer ketika mengikuti MOS. Karena kelelahan yang sangat berat, nyawa Muhammad Najib tak dapat tertolong.

Pada 29 Juli 2015, Febriyanti Safitri (12) menghembuskan napas terakhir saat mengikuti Masa Orientasi Peserta Didik (MOPD) di SMP PGRI Gadog, Megamendung, Kabupaten Bogor dan kasus kekerasan MOS. Terakhir dialami almarhum Evan Christopher Situmorang (12). Siswa baru SMP Flora, Bekasi tewas diduga karena kelelahan mengikuti MOS di sekolahnya.

Kita juga tidak menutup mata, sisi positif dari Masa Orientasi Siswa. Pengenalan sejak dini terhadap lingkungan sekolah dan madrasah, sistem dan tradisi akademik, pengembangan diri dan bagaimana menjadikan sekolah sebagai wahana efektif pembentukan kepribadian. Namun sayangnya harus sedikit ternodai berbagai kasus demi kasus utamanya kekerasan yang berakibat fatal nyawa melayang.

Hal lainnya adalah MOS juga telah disalahgunakan sebagai ajang perpeloncoan yang jelas-jelas tidak mencerminkan nilai-nilai akademis. Tugas-tugas yang memberatkan, pakaian dan atribut yang lucu, pemborosan dan irrasional.

Terkait dengan hal ini Anis Baswedan telah menegeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru dan Contoh Kegiatan dan Atribut yang dilarang dalam Pelaksanaan Pengenalan Lingkungan Sekolah. Beberapa contoh Atribut yang dilarang adalah: (1). Tas karung, tas belanja plastik, dan sejenisnya; (2). Kaos kaki berwarna-warni tidak? simetris, dan sejenisnya; (3). Aksesoris di kepala yang tidak wajar; (4). Alas kaki yang tidak wajar; (5). Papan nama yang berbentuk rumit dan menyulitkan dalam pembuatannya dan/atau berisi konten yang tidak bermanfaat; (6). Atribut lainnya yang tidak relevan dengan aktivitas pembelajaran.

Sementara beberapa contoh aktivitas yang dilarang dalam Pelaksanaan Pengenalan Lingkungan Sekolah adalah: (1). Memberikan tugas kepada siswa baru yang wajib membawa suatu produk dengan merk tertentu; (2). Menghitung sesuatu yang tidak bermanfaat (menghitung nasi, gula, semut, dsb); (3). Memakan dan meminum makanan dan minuman sisa yang bukan milik masing-masing siswa baru; (4). Memberikan hukuman kepada siswa baru yang tidak mendidik seperti menyiramkan air serta hukuman yang bersifat fisik dan/atau mengarah pada tindak kekerasan; (5). Memberikan tugas yang tidak masuk akal seperti berbicara dengan hewan atau tumbuhan serta membawa barang yang sudah tidak diproduksi kembali; (6). Aktivitas lainnya yang tidak relevan dengan aktivitas pembelajaran.

Selamat tinggal MOS

Melihat kenyataan pahit, tragis dan memilukan di atas, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama mengeluarkan kebijakan baru mengganti Masa Orientasi Siswa dengan Masa Ta’aruf Siswa Baru (MATSAMA). Walaupun kita belum pernah mendengar kegiatan MOS di kalangan madrasah yang berakhir dengan tragedi.

Matsama adalah istilah baru pengganti dari Masa Orientasi Siswa (MOS) di kalangan madrasah yang akan diterapkan secara serentak pada tanggal 18 Juli 2016. Tidak sekadar ganti nama, namun ada perubahan paradigma pagelaran dan ritus Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di madrasah yang sudah berjalan puluhan tahun.

Menurut Direktur Pendidikan Madrasah, M. Nur Kholis Setiawan, Matsama masih relevan untuk pengenalan lingkungan sekolah kepada siswa baru. “Pengenalan itu meliputi kegiatan rutin madrasah, fasilitas, nilai dan norma yang berlaku, pengenalan organisasi, sistem pembelajaran, serta pengenalan civitas madrasah. Matsama harus diisi dengan kegiatan edukatif, tetap mentaati peraturan atau tata tertib, serta menjunjung tinggi norma yang berlaku di madrasah (Pinmas Kemenag.go.id).

Kegiatan Matsama kata M. Nur Kholis wajib berisi kegiatan yang bermanfaat, bersifat edukatif, kreatif, dan menyenangkan. Perencanaan dan penyelenggaran kegiatan Matsama menjadi hak guru. Kementerian Agama melarang pelibatan siswa senior (kakak kelas) dan atau alumni sebagai penyelenggara. Dengan paradigma baru itu, Kementerian Agama bertekad menjadikan Masa Ta’aruf Siswa Madrasah harus zero kekerasan dan kemubaziran.

Perubahan paradigma

Matsama dengan paradigma baru seperti apa yang diharapkan? Perubahan paradigma dari yang semula mengedepankan seremonial dengan aksesoris yang kurang mencerminkan nuansa akademik diganti dengan kegiatan yang berorientasi pada pengenalan sistem, tradisi dan budaya pembelajaran di Madrasah. Tradisi yang kerap diidentikan dengan perpeloncoan yang kadang dekat dengan kekerasan dan pelecehan, diganti dengan pengenalan siswa terhadap kultur madrasah yang kondusif, menyenangkan, ramah dan berorientasi pada mutu.

Matsama mestinya dapat mengantarkan para siswa komitmen pada nilai-nilai kebersamaan, tolong menolong, hidup bersama secara damai, saling menghargai, etos belajar, dalam wadah pendidikan madrasah yang memanusiakan manusia. Kegiatan seperti diskusi kelopok, permainan-permainan membentuk team building bisa dipertimbangkan untuk ini. Para siswa dilatih untuk tidak saja menjadi pribadi yang unggul (superman), tetapi juga dapat membangun kebersamaan (super team).

Tradisi senior-unior yang saling berhadapan bahkan hirarkhis mulai dikikis digantikan dengan hubungan kesebayaan yang edukatif. Relasi akademik mencoba dibangun bukan relasi senior unior yang kadang mengganggu kekritisan, kreatifitas dan komitmen untuk sukses bersama bukan sukses sendiri-sendiri.

Nilai-nilai keagamaan yang diajarkan dalam kitab Talimul Mutaalim juga harus menjadi pondasi dasar para siswa madrasah yang harus ditanamkan sejak Matsama. Cinta ilmu pengetahuan, hormat pada guru, saling mendoakan antara guru dan murid, nilai keberkahan dan keutamaan ilmu pengetahuan menjadi dasar etika para siswa madrasah yang kini juga mulai hilang.

Matsama dijadikan sebagai wahana memperteguh komitmen pada kebangsaan, NKRI dan menjunjung tinggi Pancasila, yang disadari akhir-akhir ini mulai memudar dikalangan diri siswa. Hasil survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP), yang dipimpin Bambang Pranowo, Guru Besar UIN Jakarta pada Oktober 2010 hingga Januari 2011, mengungkapkan hampir 50% pelajar setuju tindakan radikal.

Lebih mengkhawatirkan lagi, menyebutkan bahwa 25% siswa dan 21% guru menyatakan Pancasila tidak relevan lagi. Sementara 84,8% siswa dan 76,2% guru setuju dengan penerapan Syariat Islam di Indonesia. Sementara jumlah yang menyatakan setuju dengan kekerasan untuk solidaritas agama mencapai 52,3% siswa dan 14,2% membenarkan serangan bom.

Survei ini sangat mengkhawatirkan bagi masa depan Islam Indonesia yang toleran dan damai. Oleh karenanya Matsama menjadi wahana efektf mnanamkan sejak dini nilai-nilai kebangsaan. Bangga menjadi bangsa Indonesia diaman kita tinggal, menghirup udara segar, makan dan minum dari hasil bumi Indonesia.

Ada baiknya para siswa mulai dikenalkan sejak dini situs-situs sejarah, cagar budaya dan obyek-obyek kebudayaan Indonesia. Rihlah ilmiah dan kebudayaan ke tempat-tempat bersejarah menjadi penting. Jika sekiraya Madrasah jauh dari obyek tersebut, bisa didatangkan sejarahwan dan budayawan untuk berdialog dengan mereka. Madrasah dan sekolah harus mampu melahirkan anak-anak bangsa yang berbudaya, berkarakter Indonesia.

Selamat mengikuti Matsama bagi adik-adiku semoga menjadi pengalaman menarik dan menyenangkan.

Ruchma Basori, (Kasi Kemahasiswaan Dikti Islam Kementerian Agama RI, Sekjen PMU MAN Insan Cendekia dan Kandidat Doktor Universitas Negeri Jakarta)



Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Syekh Abdus Salam Masyisy, Pengarang Sholawat Masyisyi

Maula Abdus Salam Masyisy Al Alami adalah seorang sufi yang hidup pada masa pemerintahan dinasti Muwahiddin. Ia lahir di Kampung Jbel Lalam wilayah Arouss Maroko dekat Tanger pada tahun 1140-1227 Masehi atau setara dengan 559-626 Hijriyah.

Pada ? abad kedua belas sampai abad ketiga belas, ia berhijrah ke Jbel Lalam , sebelah selatan kota Tangier Ibu kota perekonomian Maroko saat ini, di mana ia di makamkan disana sampai sekarang.

Syekh Abdus Salam Masyisy, Pengarang Sholawat Masyisyi (Sumber Gambar : Nu Online)
Syekh Abdus Salam Masyisy, Pengarang Sholawat Masyisyi (Sumber Gambar : Nu Online)

Syekh Abdus Salam Masyisy, Pengarang Sholawat Masyisyi

Masyisy adalah bahasa berber yang ? berarti kucing kecil,panggilan ini diberikan oleh ayahnya waktu Ia masih kecil. Ia termasuk seorang Syarif keturunan dari Maula Idris pendiri kerajaan Idrisiyah ? di Fes yang bersambung nasabnya ke Sayyidina Hasan.

Saat masih kecil ,Ia pernah nyantri kepada Guru guru Quran di Kampungnya ,belau telah hafal Alquran pada usia 12 tahun dengan qira’ah sab’ahnya.Lalu belajar fiqih mazhab Maliki di Taza, kapada Sidi Salem dari kabilah Bani Yusuf dan Sidi Ahmed al-Hajj Aqatran Asalani dari kabilah ? Bani Abraj. Dan kemudian ? berguru thoriqot kepada Abu Madyan(Sidi Abu Madyan Shuayb al-Ghawt (w 594/1179), selah seorang guru besar Tarekat Sufi di ? Maroko.?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Setelah Nyantri kebeberapa guru ,ia pindah ke Sebta untuk bergabung kebarisan mujahidin untuk berperang ,sembari mengajar Alquran anak anak kecil ? di masjid masjid.

Sampai pada Akhirnya, ia mengabdikan dua puluh tahun terakhir dari hidupnya untuk ibadah dan bertafakur dipuncak ? Jabal al-Alam (Bukit Bendera),dan disinlah Syeh Abul Hassan Shadhili (w. 656/1241) mengaji kepadanya. Syekh Abu Hasan Syadhili ? adalah murid semata wayang dari Syeh Ibnu Masyisy.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia memiliki karya berbentuk tulisan yang berupa buku kumpulan refleksi tentang kehidupan beragama dan politik pada masanya ,serta pidato terkenal Nabi Muhammad (Kitab tasilya) yang ditulis ulang dan dikomentari oleh Syeh Ahmad ibn Ajiba (1747-1809),seorang ulama besar Maroko Abad 18. Selain itu, Ia adalah penulis dari sholawat indah dan keramat ? yang sangat terkenal, yaitu Sholawat Masyisyiyah yang sering diwiridkan dipesantren pesantren Nusantara.

Di Maroko ,sholawat ini masih lestari dan sering dibacakan secara berjama’ah di masjid masjid, zawiyah sufiyah sampai seringkali ? terdengar di radio radio kerajaan. Dan ini adalah upaya baik Kerajaan Maroko dalam melestarikan karya ulama’ agar tidak tergerus masa ,sekaligus upaya pengingat masyarakat untuk selalu bersholawat ,dan salam kepada Junjungan Kanjeng Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi wasallam.

Berikut redaksinya:

أللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى Ù…ÙŽÙ? Ù’ مِÙ? ْهُ اÙ? ْشَقَّتِ اْلاَسْرَارُ.وَاÙ? ْفَلَقَتِ اْلاَÙ? ْوَارُ. وَفِÙ? ْهِ ارْتَقَتِ الْحَقَائِقُ. وَتَÙ? َزَّلَتْ عُلُوْمُ أدَمَ فَأَعْجَزَ الْخَلاَئِقَ.وَلَهُ تَضَاءَلَتِ الْفُهُوْمُ فَلَمْ Ù? ُدْرِكْهُ مِÙ? َّا سَابِقٌ وَلاَ لاَحِقٌ. فَرِÙ? َاضُ الْمَلَكُوْتِ بِزَهْرِ جَمَالِهِ مُوْÙ? ِقَةٌ. وَحِÙ? َاضُ الْجَبَرُوْتِ بِفَÙ? ْضِ Ø£ÙŽÙ? ْوَارِهِ مُتَدَفِّقَةٌ. وَلاَ Ø´ÙŽÙ? ْئَ إِلاَّ وَهُوَ بِهِ Ù…ÙŽÙ? ُوْطٌ. إِذْ لَوْ لاَ الْوَاسِطَةُ لَذَهَبَ كَمَا قِÙ? ْلَ الْمَوْسُوْطُ. صَلاَةً تَلِÙ? ْقُ بِكَ مِÙ? ْكَ إِلَÙ? ْهِ كَمَا هُوَ أَهْلُهُ. أللَّهُمَّ إِÙ? َّهُ سِرُّكَ الْجَامِعُ الدَّالُّ عَلَÙ? ْكَ. وَحِجَابُكَ اْلاَعْظَمُ الْقَائِمُ بَÙ? Ù’Ù? ÙŽ Ù? َدَÙ? ْكَ. أللَّهُمَّ أَلْحِقْÙ? ِى بِÙ? َسَبِهِ. وَحَقِّقْÙ? ِى بِحَسَبِهِ. وَعَرِّفْÙ? ِى إِÙ? َّاهُ مَعْرِفَةً أَسْلَمُ بِهَا ? مِÙ? Ù’ مَوَارِدِ الْجَهْلِ. وَأَكْرَعُ بِهَا مِÙ? Ù’ مَوَارِدِ الْفَضْلِ. وَاحْمِلْÙ? ِى عَلَى سَبِÙ? ْلِهِ إِلَى حَضْرَتِكَ. حَمْلاً مَحْفُوْفًا بِÙ? ُصْرَتِكَ. وَاقْذِفْ بِى عَلَى الْبَاطِلِ فَأَدْمَغَهُ. وَزُجَّ بِى فِÙ? بِحَارِ اْلأَحَدِÙ? َّةِ. وَاÙ? ْشُلْÙ? ِى مِÙ? Ù’ أَوْحَالِ التَّوْحِÙ? ْدِ.وَأَغْرِقْÙ? ِى فِÙ? عَÙ? Ù’Ù? ِ بَحْرِ الْوَحْدَةِ. حَتَّى لاَ أَرَى وَلاَ أَسْمَعَ وَلاَ أَجِدَ وَلاَ أُحِسَّ إِلاَّ بِهَا. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ الْحِجَابَ اْلاَعْظَمَ Ø­ÙŽÙ? َاةَ رُوْحِÙ? Ù’ وَرُوْحَهُ سِرَّ حَقِÙ? ْقَتِى وَحَقِÙ? ْقَتَهُ جَامِعَ عَوَالِمِى بِتَحْقِÙ? ْقِ الْحَقِّ اْلأَوَّلِ.Ù? َاأَوَّلُ Ù? َاآَخِرُ Ù? َاظَاهِرُ Ù? َابَاطِÙ? ُ,إِسْمَعْ Ù? ِدَائِى بِمَا سَمِعْتَ بِهِ Ù? ِدَاءً عَبْدِكَ زَكَرِÙ? َّا .وَاÙ? ْصُرْÙ? ِى بِكَ Ù„ÙŽÙƒÙŽ.ÙˆÙŽØ£ÙŽÙ? ِّدْÙ? ِى بِكَ Ù„ÙŽÙƒÙŽ. وَاجْمَعْ بَÙ? Ù’Ù? ِى وَبَÙ? Ù’Ù? ÙŽÙƒÙŽ. وَحُلْ بَÙ? Ù’Ù? ِى وَبَÙ? Ù’Ù? ÙŽ غَÙ? ْرِكَ. الله,الله, الله.إِÙ? ÙŽÙ‘ الَّذِÙ? فَرَضَ عَلَÙ? ْكَ الْقُرْءَاÙ? ÙŽ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ. رَبَّÙ? َا آتِÙ? َا مِÙ? Ù’ لَدُÙ? ْكَ رَحْمَةً ÙˆÙŽÙ‡ÙŽÙ? ِّءْ Ù„ÙŽÙ? َا مِÙ? Ù’ أَمْرِÙ? َا رَشَدًا.رَبَّÙ? َا آتِÙ? َا فِÙ? الدُّÙ? Ù’Ù? َا حَسَÙ? َةً وَفِÙ? اْلآخِرَةِ حَسَÙ? َةً وَقِÙ? َا عَذَابَ الÙ? َّارِ. إِÙ? ÙŽÙ‘ الله وَمَلاَئِكَتَهُ Ù? ُصَلُّوْÙ? ÙŽ عَلَى الÙ? َّبِÙ? ِّ.? Ù? َآأَÙ? ُّهَا الَّذِÙ? Ù’Ù? ÙŽ آمَÙ? ُوْا صَلُّوْا عَلَÙ? ْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِÙ? ْمًا.. Foto: Makam Syekh Abdus Salam Masyisy

Muhammad Nurul Alim

Mahasiswa universitas Imam Nafie ,Tanger Maroko, Bendahara PCINU Maroko.

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anti Hoax, AlaSantri, Kiai Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 16 Desember 2011

Ilmu Agama Mutlak Dipelajari Sebelum Jadi Pemimpin

Pringsewu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Bupati Pringsewu H Sujadi mengutip hadits Rasulullah SAW saat memberikan sambutan sekaligus membuka secara resmi Perkemahan Satuan Komunitas Pramuka Maarif NU Kabupaten Pringsewu. Ia berpesan kepada Pramuka Penggalang dan Penegak dalam perkemahan yang digelar di Kompleks Gedung NU Pringsewu.

H Sujadi mengatakan bahwa anggota pramuka saat ini merupakan calon pemimpin masa depan dan Khusus Pramuka Sako Maarif memiliki ciri khusus dari pramuka yang lainnya. "Pramuka Sako Maarif adalah pramuka yang memiliki ketaatan kepada gurunya dan selalu beriringan antara belajar ilmu umum dan agama," katanya, Jumat (7/10).

Ilmu Agama Mutlak Dipelajari Sebelum Jadi Pemimpin (Sumber Gambar : Nu Online)
Ilmu Agama Mutlak Dipelajari Sebelum Jadi Pemimpin (Sumber Gambar : Nu Online)

Ilmu Agama Mutlak Dipelajari Sebelum Jadi Pemimpin

Menurutnya, kemampuan di bidang agama akan menjadi kunci ketika kelak benar-benar menjadi pemimpin. Pemimpin yang belajar agama akan memiliki arah yang jelas dalam memimpin yang merupakan warisan para guru dan ulama.

Selain menyampaikan hal tersebut, ia juga menyampaikan keprihatinan orang tua saat ini atas banyaknya para pemuda yang tidak paham dengan keindonesiaan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Banyak pemuda yang mulai tidak mengenal jati diri sebagai orang Indonesia yang nyatanya mayoritas orang Islam. Tidak sedikit yang harus terkena dengan urusan penegak hukum karena terkena narkotika, komunisme, radikalisme dan terorisme atau NKRT," katanya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia yakin jika Pramuka Sako Maarif adalah Pramuka yang memiliki komitmen untuk menegakkan NKRI yang merupakan harga mati untuk terus dipertahankan. "Kalau NKRI ingin tegak maka NKRT tidak boleh hidup di bumi Indonesia," pungkasnya. (Muhammad Faizin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib, Internasional, Warta Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 15 Desember 2011

Ketika Si Penyembah Api Dapat Hidayah dan Berkah

Pada masa Malik bin Dinar, hidup seorang pemuda. Dahulu pemuda tersebut, seorang penyembah api. Namun setelah ia mendapat hidayah untuk masuk Islam, ia pun mengajak seluruh anak dan istrinya untuk ikut masuk Islam.

Suatu hari, usai mengikuti sebuah majelis yang dipimpin Malik bin Dinar di Kota Bashrah, ia pulang ke rumahnya yang berupa puing tua. Meski kehidupannya sangat miskin, ia bertekad tak akan menjual agama Islam yang telah dipeluknya demi harta.

Ketika Si Penyembah Api Dapat Hidayah dan Berkah (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketika Si Penyembah Api Dapat Hidayah dan Berkah (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketika Si Penyembah Api Dapat Hidayah dan Berkah

“Pergilah ke pasar, carilah pekerjaan. Belilah makanan secukupnya untuk kita makan,” kata istrinya, sewaktu pagi.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Baiklah,” kata pemuda itu.

Kemudian, ia bergegas pergi ke pasar, berharap mendapat sebuah pekerjaan yang halal. Namun, hari itu tidak ada seorang pun yang memberinya pekerjaan.

“Lebih baik aku bekerja untuk Allah saja,” kata pemuda tersebut, dalam hati.Ia pun pergi ke sebuah masjid. ia terus shalat hingga malam tiba. Lalu pulang dengan tangan hampa.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Kamu tak membawa sesuatu?” tanya istrinya.“Hari ini, aku bekerja untuk Raja. Dia belum memberinya hari ini. Semoga saja esok diberi,” jawabnya.

Mereka melewatkan malam dengan rasa lapar. Hari berikutnya, ia belum juga mendapatkan pekerjaan, dan kembali pulang dengan tangan hampa. Hingga pada hari Jum’at, ia kembali ke pasar.

Namun, sayangnya ia belum jua mendapat pekerjaan. Ia pun pergi ke masjid. Setelah shalat dua rakaat, ia mencurahkan isi hatinya kepada Allah.

“Tuhanku! Pemukaku! Junjunganku! Engkau telah memuliakanku dengan Islam. Kau berikan aku keagungan Islam dam petunjuk terbaik. Atas nama kemuliaan agama yang telah kau berikan padaku dan dengan kemuliaan hari Jum’at yang agung, aku mohon tenangkan hatiku, karena sulitnya mencari nafkah untuk keluargaku. Berikanlah aku rizki yang tak terhingga. Demi Allah! aku malu kepada keluargaku. Aku takut berubah pikiran mereka tentang Islam,” pintanya.

Di saat yang sama, ketika pemuda itu shalat Jum’at. Saat anak istrinya tengah kelaparan. Pintu rumahnya diketuk seseorang. Rupanya, datang seorang lelaki yang membawa nampan emas yang ditutup dengan sapu tangan bersulam emas.

“Ambil nampan ini. katakan kepada suamimu. Ini upah kerjanya selama dua hari. Akan kutambah bila ia rajin bekerja. Apalagi pada hari Jum’at seperti ini. amal yang sedikit, pada hari ini di sisi Raja Yang Maha Perkasa artinya sangat besar sekali,” ucap sang lelaki tersebut.

Nampan tadi, tak disangka berisi 1000 dinar. Ia pungut 1 dinar untuk ditukarkan di tempat penukaran uang. Pemilik penukaran uang yang seorang Nasrani mengatakan uang tersebut bukan dinar biasa. Sebab, beratnya dua kali lipat dari dinar biasa.

“Dari mana kau dapatkan ini?” tanya Nasrani tersebut.

Setelah diceritakan kisah yang telah ia alami tadi, 1 dinar tadi ditukar dengan 100 dirham.Sementara itu, sepulang dari masjid, sang suami kembali dengan tangan hampa. Namun, di tengah jalan ia membawa beberapa jumput pasir dan dimasukkannya ke dalam sapu tangan.?

“Bila nanti ditanya, kujawab saja isinya tepung,” gumamnya dalam hati.

Ketika masuk rumah, tercium bau makanan. Sambil keheranan, ia bertanya kepada istrinya, gerangan apa yang terjadi, bungkusan pasir ia taruh di samping pintu.Setelah diceritakan semuanya, sontak ia langsung sujud syukur kepada Allah.

“Apa yang kau bawa tadi?” tanya istrinya. Rupanya istrinya tahu, sang suami tadi membawa sesuatu.

“Ah, jangan kau tanyakan itu,” jawabnya.

Karena penasaran, bungkusan pasir diambil oleh istri. Namun apa yang terjadi, ternyata pasir tadi telah berubah menjadi tepung.

Kembali ia dan istrinya, bersujud kepada Allah. Atas keajaiban dan rizki yang telah diberikan. (Ajie Najmuddin)

?

Disarikan dari Kitab Al-Mawa’idhu al-‘Usfuriyyah

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 08 Desember 2011

5000 Santri Se-Jabar Akan Deklarasi Bandung Lautan Mengaji

Bandung, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sebanyak 5.000 santri se-Jawa Barat akan melakukan deklarasi Bandung Lautan Mengaji di Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Bandung pada Ahad, (21/5) mendatang.

Deklarasi sekaligus khatam Al-Quran sebanyak 1000 kali itu akan berlangsung sejak pukul 03.00 pagi hari sampai pukul 06.00 WIB.

Inisiator Nusantara Mengaji, Muhaimin Iskandar pun direncanakan hadir. Termasuk sejumlah tokoh masyarakat, pesantren dan ulama di Jawa Barat.

5000 Santri Se-Jabar Akan Deklarasi Bandung Lautan Mengaji (Sumber Gambar : Nu Online)
5000 Santri Se-Jabar Akan Deklarasi Bandung Lautan Mengaji (Sumber Gambar : Nu Online)

5000 Santri Se-Jabar Akan Deklarasi Bandung Lautan Mengaji

Sekretaris panitia, Ahmad Irfan Alawi mengatakan, peserta Bandung Lautan Mengaji sudah harus tiba di Pusdai pukul 03.00. Kemudian melakukan khataman Al-Quran sampai 04.30. Lalu shalat Subuh berjamaah dan doa khatmil Quran dari para kiai.

Selesai Shalat Subuh persiapan jalan santai ke Gedung Sate. Disana Cak Imin akan orasi kebangsaan serta membagikan hadiah jalan santai. Cak Imin sendiri merupakan Ketua Umum DPP PKB yang dalam hal ini terus keliling Indonesia mengkampanyekan Nusantara Mengaji. (Nurjani/Zunus)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Khutbah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 02 Desember 2011

Wahid Hasyim dan Modernisasi Pendidikan Tradisional

Oleh Siti Muyassarotul Hafidzoh

Tema Islam Nusantara yang diangkat Nahdlatul Ulama (NU) dalam Muktamar ke-33 di Jombang tahun 2015 lalu sangat terkait dengan agenda pendidikan nasional kita. Tema ini mungkin saja “besar” di media, tetapi tak bisa membumi dan terealisasikan di masyarakat kalau tidak dibarengi dengan strategi pendidikan yang dijalankan. Tanpa internalisasi dalam dunia pendidikan, tema ini bisa menguap dan “selesai” setelah muktamar.?

Wahid Hasyim dan Modernisasi Pendidikan Tradisional (Sumber Gambar : Nu Online)
Wahid Hasyim dan Modernisasi Pendidikan Tradisional (Sumber Gambar : Nu Online)

Wahid Hasyim dan Modernisasi Pendidikan Tradisional

Untuk itu, warga NU dan bangsa Indonesia bisa belajar kepada sosok KH Abdul Wahid Hasyim. Walaupun menjadi putra KH Muhammad Hasyim Asy’ari, Pendiri NU, Wahid Hasyim tidaklah kemudian langsung mengikuti organisasi yang didirikan sang ayah. Wahid muda berpikir dengan serius, sehingga menjatuhkan pilihannya kepada NU. Wahid muda sangat energik, sehingga menjadi penggerak gerakan modernisasi pendidikan pesantren di Indonesia. Berkat kegigihannya, kaum pesantren bukan saja cerdas membaca kitab kuning, tetapi juga lincah dalam membaca literatur berbagai keilmuan dan tangkas dalam menjawab problem kebangsaan dan kenegaraan.?

Ini dibuktikan sendiri oleh Kiai Wahid ? pada 29 April 1945, dimana Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dibentuk. Jumlah anggotanya ada 62 orang dari perwakilan seluruh elemen bangsa Indonesia. Saat memulai pertama kali sidang pada 28 Mei 1945, mata para anggota BPUPKI tertuju pada seorang anak muda berpeci yang pemikiran dan gagasannya begitu cerdas. Dialah Wahid Hasyim, anggota termuda setelah BPH Bintoro. Wahid Hasyim berusia 33 tahun, sedangkan Bintoro 27 tahun. ? ?

Yang membuat anggota BPUPKI tercengang tak lain karena sosok Wahid Hasyim mewakili kalangan kaum Islam tradisionalis yang waktu itu masih dikenal konservatif, miskin informasi dan jauh dari pemikiran modern. Tetapi dalam sidang BPUPKI, ia justru tampil sebagai anak muda paling brilian. Pemikirannya yang brilian sampai membuat Soekarno memasukkan sebagai anggota Panitia Sembilan yang merumuskan dasar negara, yang kemudian Panitia Sembilan ini menghasilkan Piagam Jakarta. Dialah anggota Panitia Sembilan termuda.

Transformasi pendidikan tradisional

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Perhatian serius Kiai Wahid bagi pendidikan kelas bawah sangat nyata. Kala pulang dari Mekkah tahun 1932, dia bukannya ikut serta mengajar di pesantren ayahnya, KH Hasyim Asy’ari, tetapi ia malah mendirikan sekolah klasikal yang mengajarkan ilmu umum kepada santri-santri Tebuireng. Santri sudah diajarkan bahasa Belanda, bahasa Inggris, dan bahasa Prancis. Selain bahasa asing itu, santri juga diajari aljabar (matematika), ilmu bumi (geografi), dan sejarah. Lompatan gagasan dan gerak anak muda sampai tidak bisa ditentang sang ayah yang merupakan guru para kiai pula Jawa pada awal abad ke-20. ? ?

Jasanya atas perkembangan pendidikan kelas bawah sangat besar. Pada tahun 1944, ia dengan berani mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta. Itulah sekolah tinggi Islam pertama di Indonesia. Kemudian pada pada tahun 1950, kala ia menjabat Menteri Agama, ialah yang pertama kali mendirikan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang sekarang menjadi UIN, IAIN dan STAIN. Semua itu ia jalani untuk meningkatkan kualitas umat Islam Indonesia. Wahid Hasyim menginginkan umat Islam semakin berkualitas untuk memimpin kemajuan Indonesia.

Selain menyetujui berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) dalam Kementerian Agama, selama menjadi Menteri Agama, usahanya antara lain: pertama, mendirikan Jam’iyah al-Qurra’ wa al-Huffazh (Organisasi Qari dan Penghafal al-Qur’an) di Jakarta. Kedua, menetapkan tugas kewajiban Kementerian Agama melalui Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 1950. Ketiga, merumuskan dasar-dasar peraturan Perjalanan Haji Indonesia.

Walaupun dia sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan umum, hanya sekolah dari pesantren ke pesantren saja, tetapi melihat rekam jejaknya dalam memperjuangkan Republik Indonesia, dia bukanlah sosok sederhana dengan atribut pendidikannya. Dia justru menjadi orang pertama yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan kelas bawah di pesantren dan pendidikan Islam Indonesia. Tak salah kalau Soekarno selalu menjadikan ia sebagai referensi bagi kebangkitan dan kemajuan Islam Indonesia.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kecerdikan dan kecerdasan Wahid Hasyim dalam mengembangkan pendidikan kelas bawah di pesantren tak lain karena semangatnya yang begitu luar biasa dalam mengembangkan pengetahuan. Kesungguhan ini salah satunya lahir karena beliau sejak kecil dididik seorang ayah yang sangat teguh mengajarkan agama dan keteladanan. Peran sang ayah tak bisa dipungkiri sangat menancap kuat dalam diri seorang Wahid Hasyim. Terlebih saat itu Mbah Hasyim merupakan pemimpin tertinggi dalam organisasi Nahdlatul Ulama.

Wahid Hasyim sama sekali tidak terbuai dengan kebesaran yang ayah yang dikenal sebagai ahli hadits. Dia justru menjadikan kebesaran ayahnya sebagai tantangan dalam dirinya sendiri untuk mencipta sesuatu yang genuine yang diberikan Allah kepadanya untuk berjuang kepada agama dan negara. Benar sekali, akhirnya ia justru menjadi “juru bicara” sang ayah yang selalu mewakili Mbah Hasyim dalam berbagai pertemuan di Jakarta. Peran Wahid Hasyim sebagai “juru bicara” sang ayah begitu besar, sehingga memperlihatkan kepada publik umat Islam Indonesia bahwa kaum pesantren begitu maju dan modern.

Saat ini, menjadi tantangan serius bagi NU untuk menggugah kembali semangat Wahid Hasyim dalam membangun masyarakat kelas bawah. Data Kementerian Agama (2013) menjelaskan, sampai saat ini Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU sudah memiliki tidak kurang 6000 lembaga pendidikan yang tersebar di berbagai pelosok negeri, mulai PAUD, TK, SD, MI, MTs, SMP, MA, SMA, SMK, dan perguruan tinggi. Belum lagi pondok pesantren yang jumlahnya ribuan, bahkan banyak sekali yang tidak terdata.?

NU harus mendorong seluruh lembaganya agar semakin berkualitas, sehingga mimpi Kiai Wahid Hasyim bisa segera terealisasikan untuk membangun negeri tercinta ini.***

Penulis adalah Guru MTs Al-Quran, Pesantren Binaul Ummah Wonolelo Pleret Bantul, Yogyakarta dan alumnus Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Meme Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 30 November 2011

Kemenag Kirim 42 Guru PAI Kursus Singkat ke Australia

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Agama Islam (PAI) mengirimkan 42 orang yang terdiri atas Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) dan pengawas PAI untuk kursus singkat (short course) ke Australia. Selama 15 hari di Australia, peserta kursus singkat belajar di Universitas Adelaide dan berkunjung ke beberapa sekolah yang ada di Adelaide, Melbourne, dan Sydney.

Kemenag Kirim 42 Guru PAI Kursus Singkat ke Australia (Sumber Gambar : Nu Online)
Kemenag Kirim 42 Guru PAI Kursus Singkat ke Australia (Sumber Gambar : Nu Online)

Kemenag Kirim 42 Guru PAI Kursus Singkat ke Australia

Direktur PAI Amin Haedari menuturkan bahwa pengiriman para GPAI dan pengawas ke Australia itu dimaksudkan untuk membekali mereka tentang metodologi pembelajaran dan multikulturalisme.

“Mereka kita kirim ke Australia bukan untuk belajar konten PAI, tapi metodologi dan multikulturalisme,” terang Amin di Jakarta.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selama di Australia, para guru PAI dan pengawas ini terbagi ke dalam dua waktu. 10 hari pertama mereka belajar di Universitas Adelaide, dan 5 hari berikutnya rombongan dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok ke Melbourne dan satu kelompok lagi ke Sydney.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Di Adelaide mereka belajar di kampus dan juga berkunjung ke beberapa sekolah di wilayah setempat. Di Melbourne dan Sydney mereka hanya melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah.

“Mereka sengaja kita kirim ke sekolah-sekolah yang ada di Melbourne atau Sydney agar bisa melihat langsung proses pembelajaran di sana. Biar mereka juga bisa bertukar pendapat dengan para tenaga pendidik dan siswa, dan mengamati pembelajaran di kelas. Sekaligus bagaimana pengelolaan pendidikan di sana,” terang Amin.

Hasil dari kursus singkat di Australia ini menurut Amin akan dirumuskan, dibukukan, dan diimplementasikan untuk semua guru PAI yang ada di Indonesia mulai tahun 2016 mendatang. (Red Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Berita Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 20 November 2011

Pagar Nusa Usulkan Pencak Silat Jadi Pelajaran Wajib di Sekolah

Semarang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketua Umum Pimpinan Pusat Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa Aizzuddin mengusulkan agar pencak silat diajarkan di seluruh sekolah di Indonesia. Alasannya, olah raga bela diri ini adalah keterampilan asli Indonesia dan harus dilestarikan oleh bangsa Indonesia sendiri.

Pria yang akrab disapa Gus Aiz ini mengatakan, di antara kekuatan negara kecil seperti Jepang yang pernah menjajah bangsa-bangsa lain dan sekarang menguasai teknologi di dunia belajar bela diri yang diwajibkan pembelajarannya sejak sekolah dasar.

Pagar Nusa Usulkan Pencak Silat Jadi Pelajaran Wajib di Sekolah (Sumber Gambar : Nu Online)
Pagar Nusa Usulkan Pencak Silat Jadi Pelajaran Wajib di Sekolah (Sumber Gambar : Nu Online)

Pagar Nusa Usulkan Pencak Silat Jadi Pelajaran Wajib di Sekolah

Guz Aiz menyampaikan hal itu dalam acara pembukaan Kejuaraan Daerah (Kejurda) ke-2 di kompleks Pondok Pesantren Az-Zuhri, Ketileng, Semarang selama tiga hari, Sabtu sampai Senin (11-13/1).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Pencak Silat adalah warisan asli bangsa kita. Dulu dipakai para ulama dan para pahlawan untuk berjuang merebut kemerdekaan. Harus dilestarikan dan dijadikan pelajaran wajib di seluruh sekolah di Indonesia. Kita tiru Jepang dari sisi baiknya,” ujarnya berapi-api disambut tepuk tangan hadirin.

Sementara itu, Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah Abu Hafsin Umar menyampaikan, pihaknya telah menyetujui usulan Pagar Nusa, agar diajarkan sebagai olahraga wajib di seluruh sekolah NU, baik sekolah resmi milik Lembaga Pendidikan Maarif NU, maupun yang dinaungi NU.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kerjuda II ini diikuti 236 atlet wiralaga dan 23 kontingen Seni Jurus, baik putri maupun putra. Mereka utusan dari 23 Pimpinan Cabang IPS NU Pagar Nusa se-Jateng. Para atltet akan memperebutkan piala kategori tanding remaja Pa dan Pi, Dewasa Pa dan Pi, seni beregu, serta seni ganda. (Mohammad Ichwan/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pertandingan, Ubudiyah, Tegal Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hukum Jual Kotoran Hewan

Assalamu alaikum wr. wb.

Saya ingin bertanya, apa hukumnya menjual kotoran hewan seperti kotoran ayam, kambing, lembu. Kalau boleh mohon dijelaskan dan kalau tak boleh juga dijelaskan. Trims Pak Ustad. (Ahmad Zuhri, Tulung Agung)

Wa’alaikumsalam wa rahmatullah.

Saudara Zuhri yang dimuliakan Allah.

Hukum Jual Kotoran Hewan (Sumber Gambar : Nu Online)
Hukum Jual Kotoran Hewan (Sumber Gambar : Nu Online)

Hukum Jual Kotoran Hewan

Guna memenuhi kebutuhan hidup, banyak diantara kita yang menjalankan profesi dan bergerak di sektor perdagangan yang meniscakan adanya berbagai barang (komoditas) yang diperjualbelikan.?

Dalam pandangan ulama madzhab Syafi’i, barang yang diperjual belikan harus memenuhi persyaratan diantaranya adalah barang tersebut harus suci dan bermanfaat. Mengingat kotoran ayam, kambing dan lembu dalam madzhab Syafi’i dihukumi najis oleh sebagian ulama, maka jual beli barang-barang tersebut dinyatakan tidak sah.

Namun ulama syafiiyah atau pengikut madzhab Syafii memberikan tawaran solusi begini: Barang-barang ini dapat dimiliki dengan cara akad serah terima barang yang ditukar dengan barang lain tanpa transaksi jual beli.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sebenarnya ada pandangan ulama madzhab Hanafi yang membolehkan proses jual beli kotoran-kotoran hewan tersebut, karena ada unsur manfaat di dalamnya. Adapun dasar pengambilan hukum yang kami gunakan adalah:

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

Dan ulama Hanafiyah tidak mensyaratkan syarat ini (barang yang dijualbelikan harus suci, bukan najis dan terkena najis). Maka mereka memperbolehkan jualbeli barang-barang najis, seperti bulu babi dan kulit bangkai karena bisa dimanfaatkan. Kecuali barang yang terdapat larangan memperjual-belikannya, seperti minuman keras, (daging) babi, bangkai dan darah, sebagaimana mereka juga memperbolehkan jualbeli binatang buas dan najis yang bisa dimanfaatkan untuk dimakan.Dan parameternya menurut mereka (ulama Hanafiyah) adalah, semua yang mengandung manfaat yang halal menurut syara.’, maka boleh menjual-belikannya. Sebab, semua makhluk yang ada itu memang diciptakan untuk kemanfaatan manusia.

Demikian jawaban yang bisa kami sampaikan. Mudah-mudahan dengan jawaban ini, kita lebih bijak dalam menjalani aktifitas hidup sehari-hari. (Maftuhan Tafdhil)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nahdlatul Ulama, Pertandingan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 18 November 2011

PBNU Ingatkan DPR Agar Tak ‘Main-main’ dalam Interpelasi Lapindo

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendukung langkah DPR untuk menggelar Rapat Paripurna dengan agenda meminta keterangan (interpelasi) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Namun demikian, PBNU mengingatkan kepada lembaga legislatif itu agar tak ‘main-main’ dengan kasus semburan lumpur panas yang sudah berlangsung satu tahun itu.

“PBNU mendukung. Tapi ingat, DPR jangan ‘main-main’, saya berharap DPR serius. Karena, ini masalah warga korban Lapindo yang terlantar dan diterlantarkan,” tegas Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi kepada wartawan di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Selasa (12/6)

PBNU Ingatkan DPR Agar Tak ‘Main-main’ dalam Interpelasi Lapindo (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU Ingatkan DPR Agar Tak ‘Main-main’ dalam Interpelasi Lapindo (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU Ingatkan DPR Agar Tak ‘Main-main’ dalam Interpelasi Lapindo

Hasyim mengungkapkan hal tersebut usai bertemu dan menerima masukan dari beberapa anggota DPR RI penggagas interpelasi kasus Lapindo dari berbagai fraksi, anggota DPRD Jatim dan tokoh NU Sidoarjo.

Anggota DPR RI yang hadir pada kesempatan itu antara lain, Lukman Hakim Saifudin, Soelaeman Fadli, Mahfudloh Ali Ubaid, Mahsusoh Tosari Wijaya, Imron Rofii (Fraksi PPP), Abdullah Azwar Anas, Khofifah Indar Parawansa (Fraksi PKB), Ichwan Syam (Fraksi Golkar), Muhamad Hasib Wahab (Fraksi PDIP).

Hasyim menegaskan, kasus semburan lumpur panas Lapindo yang telah mengakibatkan lumpuhnya perekonomian Jatim itu merupakan ‘bola besar’ yang sangat berbahaya bila hanya dijadikan ‘permainan’ elit-elit politik di Senayan. “Risikonya akan terjadi benturan antara DPR, Pemerintah dan masyarakat,” tandasnya.

Selain itu, ujarnya, masyarakat korban Lapindo sudah terlanjur sulit untuk memercayai siapa pun dan pihak mana pun, termasuk pemerintah sendiri. “PBNU saja tidak dipercaya lagi oleh mereka.” Hal itu sebagai akibat penanganan pemerintah atas kasus tersebut yang terkesan sangat tidak serius.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Sekali lagi, ini adalah masalah masyarakat yang terlantar dan diterlantarkan. Sekarang warga sudah banyak yang gila. Kalau negara terus membiarkan orang satu per satu menjadi gila, maka, berarti negara sudah tidak sehat lagi,” terang mantan Ketua Pengurus Wilayah NU Jatim itu.

Sebanyak 130 anggota DPR dari berbagai fraksi, di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Kamis (7/6) lalu, mengajukan penggunaan hak interpelasi dalam kasus luapan lumpur PT Lapindo Brantas di Sidoarjo.

130 anggota DPR pengusul termasuk di dalamnya Soetardjo Soerjogoeritno (FPDIP). Pengusul lainnya antara lain Yuddy Chrisnandy (Partai Golkar), Abdullah Azwar Anas (FPKB), Ade Nasution (PBR), Ario Widjanarko dan Iman Soeroso (FPDIP), Djoko Susilo (FPAN), dan Yakobus Mayongpadang (FPDIP).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tak ada satupun anggota Fraksi Partai Demokrat (FPD) yang memberi dukungan atas usulan tersebut.

Usul hak interplasi luapan lumpur Lapindo ini diajukan di tengah polemik mengenai perlu-tidaknya Presiden hadir langsung memberi jawaban hak interpelasi kepada DPR terkait hak interpelasi mengenai Resolusi dewan Kemanan (DK) PBB terkait nuklir Iran.

Para pengusul menjelaskan, banjir lumpur di Sidoarjo yang sudah setahun berlangsung telah menimbulkan korban setidaknya 21 ribu jiwa lebih atau 3.500 kepala keluarga (KK). Mereka yang berasal dari 11 desa terpaksa harus menjadi pengungsi.

Seluas sekitar 350 hektar lahan pertanian terendam lumpur serta 23 bangunan sekolah dan setidaknya 20 perusahaa harus ditutup, sebanyak 30 persen korban lumpur mengalami gangguan jiwa.

Gangguan lumpur itu telah menganggu perekonomian di Jawa Timur. Kerugian akibat luapan lumpur sejak setahun terakhir sekitar Rp7,6 triliun. (rif)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan, Nahdlatul Ulama, Nahdlatul Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Muhammad” Nama Bayi Paling Populer di Inggris

Kairo, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Mohammed, nama Nabi Muhammad (damai dan berkah besertanya), telah menjadi nama yang paling populer untuk bayi yang baru lahir di Inggris dan Wales pada tahun 2013. 

Angka dari Kantor Statistik Nasional mengungkapkan bahwa nama Nabi (saw) telah mengalahkan Oliver sebagai nama paling populer yang dipilih oleh orang tua selama tahun lalu, Breitbart London melaporkan pada Jumat 15 Agustus. 

“Muhammad” Nama Bayi Paling Populer di Inggris (Sumber Gambar : Nu Online)
“Muhammad” Nama Bayi Paling Populer di Inggris (Sumber Gambar : Nu Online)

“Muhammad” Nama Bayi Paling Populer di Inggris

Meskipun hasil yang diumumkan menempatkan Oliver di bagian atas daftar dengan 6.949 kali, statistik menempatkan variasi yang berbeda dari ejaan nama Nabi dalam entri yang berbeda pada posisi terdepan dalam daftar. 

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ini berarti bahwa "Muhammad" datang 15 dengan 3,499 anak-anak tetapi "Mohammed" adalah 23 dengan 2887 dan "Mohammad" adalah 57 dengan 1059 diberi nama. 

Akibatnya tiga ejaan saja menyumbang nama anak laki-laki 7.445, mengalahkan nama yang paling populer kedua Oliver dengan mudah. 

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Berita bahwa Muhammad adalah nama anak laki-laki paling populer di Inggris pertama kali secara eksklusif dilaporkan pada Breitbart London menyusul kebocoran pada ONS minggu lalu. 

Pada saat itu, Mohammed sudah menjadi anak laki-laki yang paling populer nama di London dengan beberapa margin yang cukup besar. 

Perkiraan menunjukkan bahwa nama Muslim tersebut paling banyak terdapat di London yang merupakan kota multi-budaya dan di Barat tengah, sementara Oliver dominan di Timur Selatan, Barat Selatan dan Wales. 

Inggris adalah rumah bagi minoritas Muslim yang cukup besar hampir 2,7 juta, terutama dari India, Bangladesh dan Pakistan. 

Nama Muhammad telah semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. 

Pada tahun 2009, nama Nabi menjadi nama paling populer untuk bayi yang baru lahir di Inggris dan Wales. 

Mohamed datang ketiga sebagai nama yang paling populer di Inggris pada tahun 2008. (onislam.net/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tegal, Kajian, Lomba Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hari Pramuka, Pelajar Madrasah Ibtidaiyah Doakan Pejuang Bangsa

Sidoarjo,? Pimpinan Pusat Muhammadiyah



Berbagai cara dilakukan untuk memperingati Hari Pramuka ke-56 dan menyongsong HUT RI ke-72. Di Sidoarjo, Jawa Timur, ratusan pelajar Madrasah Ibtidaiyah Sunan Kalijaga Desa Ketimang, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo memperingatinya dengan melakukan doa bersama, istighotsah, upacara dan bakti sosial. Doa bersama ini selain untuk menjaga keutuhan Negera Kesatuan Republik Indoensia, juga untuk mendoakan para pejuang bangsa yang telah gugur dalam medan perang merebutkan kemerdekaan Indonesia.

Hari Pramuka, Pelajar Madrasah Ibtidaiyah Doakan Pejuang Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)
Hari Pramuka, Pelajar Madrasah Ibtidaiyah Doakan Pejuang Bangsa (Sumber Gambar : Nu Online)

Hari Pramuka, Pelajar Madrasah Ibtidaiyah Doakan Pejuang Bangsa

Menurut Kepala MI Sunan Kalijaga, Ach Syamsudin, doa bersama dan istighosah ini dimaksudkan untuk memperingati hari pramuka ke-56 yang diperingati setiap tanggal 14 Agustus dan HUT Republik Indonesia ke-72. Melalui kegiatan tersebut, diharapkan para pelajar di seluruh nusantara bisa melakukan kegiatan positif untuk meneruskan perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam merebut kemerdekaan Indonesia.

?

"Kita ingin mengajarkan kepada para peserta didik untuk mengenang dan mendoakan para pahlawan. Karena dalam merebut kemerdekaan itu tidak gampang. Para pahlawan dengan gigih memperjuangkan negara ini. Pahlawan rela meninggalkan keluarga, harta benda untuk Kemerdekaan bangsa ini," kata Kepala MI Sunan Kalijaga, Ach Syamsudin, Senin (14/8).

?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dengan mengenakan kostum pramuka, ratusan pelajar dari kelas satu hingga kelas enam ini dengan khusu memanjatkan doa dan membaca kalam ilahi. Melalui doa bersama dan istighotsah tersebut, diharapkan bisa menjaga kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia dari aliran yang ingin memecah bela NKRI.?

Pasalnya, menurut Kepala Madrasah Ibtidaiyah Sunan Kalijaga, belakangan ini ada kelompok yang ingin mengubah Pancasila menjadi khilafah. Dengan barokah doa tersebut, kelompok yang ingin merong-rong NKRI segera dibukakan pintu hatinya.

?

"Dengan adanya istighotsah ini, kami berharap kepada Allah supaya kelompok yang ingin merusak negara Indonesia ini bisa sadar. Sehingga NKRI tetap utuh dan aman selalu," ujarnya. (Moh Kholidun/Abdullah Alawi)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pertandingan, Ubudiyah, Hikmah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 16 November 2011

Islam Nusantara dan Perspektif Keilmuan Al-Azhar

Oleh M. Nova Burhanuddin

Kita semua pernah berpiknik. Pernah bepergian dari satu tempat yang sudah kita akrabi seluk-beluknya menuju tempat di luar zona nyaman kita. Kita pun merasakan nuansa yang berbeda dan segera kita bisa beradaptasi dengan perubahan itu. Terkadang bahkan tanpa adaptasi sama sekali karena merasakan esensi budaya kedua tempat tersebut sama saja, meski nuansanya berbeda. Ini menunjukkan bahwa manusia punya kemampuan beradaptasi yang luar biasa.

Islam Nusantara dan Perspektif Keilmuan Al-Azhar (Sumber Gambar : Nu Online)
Islam Nusantara dan Perspektif Keilmuan Al-Azhar (Sumber Gambar : Nu Online)

Islam Nusantara dan Perspektif Keilmuan Al-Azhar

Dalam konteks sebagai agama wahyu pamungkas nan paripurna, Islam punya spirit rahmatan li’l-‘âlamîn (sebagai rahmat untuk seluruh alam). Oleh para ulama spirit tersebut coba diturunkan kesemua konsep ilmu dalam Islam beserta praktiknya masing-masing, sehingga Islam akan selalu relevan setiap zaman setiap tempat. Relevansi itutidak hanya dipengaruhi situasi zaman dan posisi tempat sebagai komposisi jaringan konteks sosial. Tapi juga terkait potensi dan kompleksitas hakikat Islam itu sendiri yang memang fleksibel dan adaptif--dalam tataran yang tidak menafikan esensi, identitas, dan logika terdalam Islam itu sendiri, tentu saja. Maka dikenal konsep al-qath’iyyât (hal-hal yang pasti) danadh-dharûriyyât (hal-hal yang primer) dalam agama, di samping konsep ¬azh-zhanniyyât(hal-hal yang spekulatif), al-hâjjiyyât (hal-hal yang sekunder), dan at-tahsîniyyât (hal-hal yang tersier). Komposisi terpadu dan menarik inilah modal utama untuk jadi relevan sepanjang zaman di manapun berada.

Gambaran di atas memberi kita modal lumayan untuk memahami kemungkinan perkembangan, kemudian keragaman, dalam Islam (lebih tepatnya: keberislaman) menurut kawasan kebangsaan yang beragam. Maksudnya, mengkaji Islam menurut kawasan sebagai efek praktik keberagamaan bangsa-bangsa yang berbeda. Yakni, sebagaimana fokus dalam opini ini, perkembangan wacana yang kini populer disebut dengan “Islam Nusantara”. Akan kita diskusikan dan perdebatkan keabsahannya sesuai dengan aqidah dan syariah Islam yang telah disepakati. Dengan begitu akan kita dapatkan makna esensial dari wacana Islam Nusantara ini. Lalu makna tersebut kita komparasikan dengan spirit dan manhaj Al-Azhar, benteng Aswaja kebanggaan kita semua.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kita mulai dari pendekatan kebahasaan atas rangkaian istilah “Islam Nusantara”. Islam Nusantara merupakan satu frasa. Dalam gramatika Arab, frasa demikian disebut sebagai susunan mudhâf mudhâf ilaih. Dengan demikian berlaku perkiraan makna huruf fî (di dalam) di antara ‘Islam’ dan ‘Nusantara’ menjadi ‘Islam di Nusantara’. Mengingat kemungkinan perkiraan makna lain, yakni makna li (milik) dan min (dari jenis) tidak memungkinkan dalam konteks ini. Lihat lebih luas pembahasan gramatikal Arab ini dalam semua buku nahwu dari yang standar sampai yang tingkat tinggi yang dipelajari di Al-Azhar bahkan di belahan dunia manapun. Seperti Al-Âjurûmiyyah, Alfiyyah Ibn Mâlik, Syarh Ibn ‘Aqîl ‘alâ Alfiyyah Ibn Mâlik, Syarhal-Asymûnî ‘alâ Alfiyyah Ibn Mâlik,Hâsyiyah ash-Shabbân ‘alâ Syarhal-Asymûnî, Audhahu’l-Masâlik ilâ Alfiyyah Ibn Mâlik, dan lain-lain. Sementara penggunan kata Islâm disandarkan (susunan mudhâf mudhâf ilaih) pada isim lain juga dipakai di Arab, seperti buku terjemahan cetakan Al-Markaz al-Qaumi li-at-Tarjamah, Mesir, yang berjudul Al-Kitâbah wa Asykâl at-Ta’bîr fî Islâm al-Qurûn al-Wusthâ (Tulisan dan Bentuk-Bentuk Pengungkapan pada Islam Abad Pertengahan).

Dari sini bisa diketahui bahwa yang dimaksud ‘Islam’ di sini adalah majaz untuk ‘keberislaman’, dilihatdari makna, maksud, dan tujuan para penggagas Islam Nusantara. Lebih tegasnya, ia hanya istilah ringkas untuk menyebut wacana keberislaman atau ekspresi praktik keberislaman di Nusantara. Bukan suatu jenis Islam yang baru yang sama sekali berbedadengan Islam yang lain di negeri yang lain dengan budaya yang lain .. dalam hal apa? Aqidah dan syariah.

Jadi yang beragam hanyalah ekspresi keberislaman bangsa-bangsa dunia seturut perbedaan budaya mereka. Dengan begitu, secara lebih filosofis, kegagalan mengerti kemungkinan hal tunggal terekspresikan ke dalam banyak hal merupakan kegagalan pula mengerti kemungkinan Islam yang satu terekspresikan dan terpraktikkan ke dalam banyak bentuk—tentu saja tanpa menafikan esensi dan hakikat yang tunggal dan Islam satu tersebut.

Ada perdebatan kalam dan filsafat yang menarik soal ini. Para filsuf dan mutakallim memikirkan, bagaimana kemungkinan alam semesta yang banyak ini bisa muncul dari Yang Maha Esa tanpa ada perubahan pada dzat Yang Maha Esa? Padahal banyak adalah ciri alam, sementara ke-Esa-an adalah esensi Tuhan? Di sisi yang lain, logika mengatakan, “Apa saja yang tak lepas dari ciri kealaman maka ia adalah alam.” Bagaimana solusi atas kontradiksi ini?

Para filsuf menjawabnya dengan teori ash-shudûr, al-faidh (emanasi), sementara para mutakallim asy’arian-maturidian menjawabnya dengan teori al-khalq (penciptaan), at-ta’alluq (kaitan), al-idhâfah (penyandaran), atau an-nisbah (nisbat, relasi). Kelompok pertama berpandangan bahwa yang muncul dari Yang Maha Esa hanyalah satu, dan dari satu inilah berproses danmuncul hal-hal yang banyak, seketika tanpa jeda waktu. Karena yang muncul dari Yang Esa hanyalah satu, sebagai konsekuensi logis Dia memikirkan diri-Nya sendiri, maka Yang Esa tidak mengalami perubahan. Sementara para mutakallim asy’arian-maturidian berpandangan bahwa kemunculan alam yang banyak itu tidak membuat dzat Allah swt berubah, karena Dia punya sifat al-qudrah, al-irâdah, al-‘ilm. Dia menciptakan alam dari ketiadaan dengan sifat al-qudrahatas dasar kesesuaian dengan sifat al-irâdah dan al-‘ilm. Sifat al-qudrah inimemiliki ta’alluq tanjîzî hâdits, sehingga dzat Allah swt yang bertajalli dalam sifat al-qudrah tidak berubah sama sekali karena yang berubah hanya ta’alluq tersebut yang berelasi sesuai dengan perubahan ciptaannya, yakni alam semesta. Uraian lebih panjang lebarbisa dibaca dalam diktat aqidah andalan Al-Azhar, seperti Tuhfatu’l-Murîd, Al-Mawâqif, Syarhal-Mawâqif, al-Maqâshid, Syarhal-Maqâshid, Al-Mathâlib al-‘Âliyah, Abkâr al-Afkâr, dan lain-lain.

Yang ingin penulis sampaikan hanya bahwasanya perbedaan dan keragaman bagi makhluk adalah niscaya. Dalam konsep teologis yang membahas dzat Allah dan sifat-Nya di atas, konsep perbedaan dan perubahan menemukan porsinya yang pas dan posisinya yang strategis, yakni pada level relasinya dengan alam semesta. Karena berelasi maka berubah dan beragam. Islam juga begitu. Ia tetap satu, namun keberislaman yang berelasi dengan banyak bangsa dan budaya .. niscaya beragam dan berubah. Namun kita tahu, keberislaman jelas berbeda dengan Islam itu sendiri, meski saling mengandaikan. Sehinggasisa yang bisa diperdebatkan hanyalah soal pembuktian dan pertanggungjawaban keberislaman yang beragam itu di hadapan kepastian aqidah dan syariah sebagai representasiIslam yang hakiki. Bukan kemunculan ragam keberislaman yang pasti ada.

Kini kita beralih ke pendekatan kesyariatan. Dalam Ushul Fiqih, kita mengenal konsep sumber-sumber hukum Islam. Yakni Al-Quran, Sunnah, Ijma’, Qiyas. Ini yang disepakati tanpa perselisihan. Sementara di luar itu masih ada sumber hukum Islam lain yang dipergunakan para fuqaha namun masih menyisakan perselisihan pendapat soal legitimasinya. Yakni al-istihsân, al-mashlahah al-mursalah, al-‘urf, al-istishhâb, syar’u man qablanâ, madzhab ash-shahâbîy. Yang jelas, semua sumber hukum ini pada akhirnya kini banyak dibahas dan diterapkan dalam banyak wilayah kajian, baik untuk beristinbath maupun beristidlal. Nah, konsep sumber hukum ini bisa digunakan untuk membangun konsep yang baik soal relasi agama dengan budaya. Tegasnya, yakni bagaimana membangun peradaban khas Islam Nusantara.

Para pemikir Islam Nusantara kerapkali menggunakan pendekatan al-‘urf (adat kebiasan masyarakat) untuk membangun relasi yang baik tersebut. Tentu saja bukanlah adat yang tidak bermanfaat dan yang bertentangan dengan kepastian aqidah dan syariah, sebagaimana dijelaskan di atas. Tapi adat baik yang berfungsi sebagai asas pemahaman dan pengertian dalam masyarakat. Suatu asas yang mana masyarakat umum biasa menggunakannya dalam interaksi sosial mereka. Fungsi pemahaman dan pengertian inilah yang membuat adat (al-‘urf) punya legitimasi kuat dalam syariah Islam. Seperti tergambar dalam bentuk kaidah-kaidah. Yaitu, bahwasanya adat adalah syariah yang kokoh (al-‘âdah syarî’ah muhkamah); adat bisa berfungsi layaknya syarat (al-ma’rûf ‘urfan ka’l-masyrûth syarthan); adat bisa punya ketetapan setingkat nas (ats-tsâbit bi’l-‘urf ka’ts-tsâbit bi’n-nash); adat bisa menkhususkan yang umum (al-‘âdah tukhashshish al-‘umûm), membatasi yang mutlak (al-‘âdah tuqayyid al-‘umûm); dan lain-lain yang dibahas maksud dan fungsinya dalam kitab-kitab ushul fiqih dan qawa’id fiqih yang dipakai di Al-Azhar dan dunia. Seperti ‘Ilm Ushûl al-Fiqh, Nihâyah as-Sûl, al-Burhân, al-Mustashfâ, al-Mahshûl, al-Muwâfaqât fî Ushûl asy-Syarî’ah, Qawâ’id al-Ahkâm fî Mashâlih al-Anâm, Al-Furûq, al-Asybâh wa an-Nazhâir, dan lain-lain.

Pemahaman konsep al-‘urf? di atas kemudian dibuat semacam titik tolak untuk menemukan kembali kesadaran islamisasi Wali Songo enam abad yang lalu sebagai tonggak kegemilangan Islam Nusantara. Bagaimana para Wali yang legendaris itu berhasil mengislamkan mayoritas bangsa Nusantaradari yang sebelumnya mayoritas beragama Kapitayan, Hindu, Buddha. Tanpa kekerasan. Tanpa konflik kebangsaan. Bahkan diterima lalu disokong penguasa waktu itu. Ingat Syaikh Ali Murtadha (kakak Sunan Ampel) diangkat Kerajaan Majapahit jadi Raja muslimin Gresik (setingkat Menteri Agama Islam), Syaikh Rahmat (Sunan Ampel) jadi Imam muslimin Ampel, Sunan Kudus jadi panglima perang dan penasehat Kesultanan Demak, Sunan Kalijaga jadi penasehat spiritual Kesultanan Demak. Juga wali-wali lain yang berperan penting di masyarakat dan pemerintahan.

Para Wali Songo ini kemudian mewariskan adat, budaya, dan peradaban yang mengagumkan. Berkat warisan inilah bangsa Nusantara berislam dengan kesadaran kultural lebih. Sehingga tanpa perintah raja atau presiden pun masyarakat Indonesia tetap tahlilan, maulidan, selametan, kendurian, ziarah wali, di samping juga membiasakan puji-pujian, tembangan, masakan, pewayangan, dan terutama kesadaranrelasi agama dan budaya dengan damai. Begitu juga sistem penanggalan, sistem pemerintahan, tata sosial, struktur masyarakat, primbon yang khas, masjid dan bangunan, seni perang, teknik bikin alat tempur, dan lain sebagainya.Warisan baik ini harus disyukuri dan dilestarikan.

Warisan budaya tersebut kemudian memunculkan ragam keberislaman baru yang kelak disebut Islam Nusantara, yang uniknya berbeda secara sosiologis(bukan aqidah-syariah) dengan Islam Arab, Islam Persi, Islam Afrika, Islam Rusia-Asia Utara, Islam India-Asia Tengah, juga Islam Eropa-Amerika, sebagaimana pernah dirinci oleh KH. Abdurrahman Wahid.

Satu pertanyaan menggelitik kemudian muncul begitu saja. Bagaimana bisa muncul keberislaman yang beragam secara sosiologis padahal aqidah dan syariahnya sama?

Menjawabnya, kita bisa meminjam pandangan Ibn Khaldun, bapak Sosiologi yang fenomenal itu, seorang ilmuwan Islam kelahiran Tunisia yang menghabiskan separuh karier intelektualnya di Mesir dan Al-Azhar. Dalam karya abadinya, Al-Muqaddimah, dia menjelaskan bahwa kebersosialan manusia itu pasti (fî anna al-ijtimâ’ a-insânîy dharûrîy). Tepat setelah itu dia menjelaskan hal-hal menarik yang kelak disebut sebagai sosioekologi (sosiologi yang menjelaskan seputar kajian lingkungan dan pengaruhnya). Yakni menjelaskan bagaimana perbedaan lingkungan, wilayah, iklim bisa mempengaruhi,secara kebiasaan, perbedaan kebudayaan dan peradabanpenduduknya—tentu saja juga perbedaan bagaimana mereka berperilaku dan berinteraksi dengan keyakinannya, masyarakat yang mengitarinya, dan lingkungan sekitarnya.

Pandangan sosilogis yang sudah berumur tujuh abad lebih itu tentu saja mengalami sedikit banyak perkembangan dan pergeseran hingga sekarang walaupun esensi teoretisnya tetap. Pandangan itu tetap menunjukkan bagaimana relasi pengaruh-keterpengaruhan antara lingkungan dan budaya masyarakatnya. Penduduk wilayah tropis berbeda dengan penduduk wilayah kutub juga penduduk wilayah sedang. Penduduk pegunungan berbeda dengan penduduk tepi pantai. Penduduk perpabrikan berbeda dengan penduduk persawahan. Penduduk perkotaan metropolis berbeda dengan penduduk pedesaan. Penduduk kepulauan berbeda dengan penduduk gurun pasir. Perbedaan ras dan suku juga berpengaruh. Yang perlu dicatat, bahwa selalu ada pengecualian. Dari kelompok umum masyarakat di atas, Ibn Khaldun mengecualikan kelompok orang yang tidak terpengaruh lingkungan. Yakni para Nabi dan Wali yang corak perilaku mereka berdasarkan pertimbangan ketuhanan dan kemanusiaan lebih dari pertimbangan lingkungan. Berkat itulah mereka mampu beradaptasi secara manusiawi nan esensial dan memberi hidayah banyak makhluk di sekitar mereka. Satu lagi, bahwa kecenderungan perbedaan sosiologis ini bersifat alamiah lebih banyak daripada bersifat politis sesuai dinamika kekuasaan yang mengepungnya. Karena kebutuhan hidup bermasyarakat adalah kepastian asal, sementara kebudayaan dan peradaban suatu kekuasaan itu dibangun di atasnya setelah itu. Lihat uraiannya di Al-Muqaddimah dan banyak buku kajian atasnya, seperti buku ‘Ilm al-Ijtimâ’ al-Khaldûnîy. Juga buku-buku sosiologi lain yang sejenis.

Setelah uraian seputar bahasa, aqidah, syariah, dan sosiologi di atas, sampai kiranya kita di penghujung uraian. Akan penulis isi dengan persoalan logika representasi dalam Islam Nusantara itu bekerja. Yakni terkait bagaimana wacana lama-baru itu menemukan kematangannya dengan segera. Lemparan banyak wacana Islam Nusantara bisa berasal dari mana saja, terkadang esensial, terkadang parsial dan reaksioner, bahkan secara politis ada juga penunggangan. Kunci yang perlu dikembangkan menghadapi masalah ini adalah kesadaran metodologis yang esensial. Yakni kesadaran sejauh mana Islam Nusantara itu berkembang dan menyesuaikan dengan kepastian-kepastian yang sudah ada sebelumnya, termasuk kepastian aqidah dan syariah, yang sudah penulis uraikan beberapa pemantiknya di atas. Karena peradaban selalu dibangun setahap demi setahap. Lalu inovasi wacana yang mencerahkan perlu digalakkan demi tuntutan peradaban yang terus bergerak. Dengan begitu, Islam Nusantara sebagai sebuah kajian akan matang, mencerahkan, membimbing, dan penuh tanggungjawab. Demi kemajuan kesadaran kemanusiaan Nusantara yang adil dan beradab.

Penulis adalah mahasiswa pasca sarjana Universitas Al-Azhar. dan sekarang masih diamanati menjadi Ketua II PCINU Mesir 2014-2016.

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 27 Oktober 2011

PCINU Sudan Ikuti Konferensi Zakat Internasional

Khartoum, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulma (PCINU) Sudan, Senin (25/1) pagi waktu setempat, mengikuti Konferensi Pembentukan Persatuan Zakat Internasional yang dilaksanakan oleh Ma’had Ulum Zakat Sudan.

PCINU Sudan diwakili H Sidik Ismanto (Rais Syuriah), Ahmad Luqman Fahmi (Ketua Tanfidziyah), dan Ribut Nur Huda (Ketua Lakpesdam NU). “Konferensi ini sangat bagus sekali jika dilihat dari visi dan misinya, dimana konferensi kali ini akan mengumpulkan instansi-instansi dari berbagai Negara,” tutur Kang Sidik, sapaan akrab Rais Syuriah PCINU Sudan.

PCINU Sudan Ikuti Konferensi Zakat Internasional (Sumber Gambar : Nu Online)
PCINU Sudan Ikuti Konferensi Zakat Internasional (Sumber Gambar : Nu Online)

PCINU Sudan Ikuti Konferensi Zakat Internasional

Ia berharap terbentuknya Persatuan Zakat Internasional mampu mengatasi masalah di negara-negara Islam, khususnya dalam bidang ekonomi.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Konferensi ini juga menjadi langkah tindak lanjut kerja sama PCINU Sudan dengan pihak Mahad Ulum Zakat di Sudan melalui program kerja dari Lakpesdam. Melalui konferensi kali ini diharapkan program PCINU Sudan dalam kaitannya dengan zakat dan diplomasi kian berkembang, di samping akan mengenalkan PCINU Sudan ke dunia Internasional.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Konferensi yang berlangsung di Hotel Corinthia ini mengundang berbagai instansi yang ada di Sudan dan instansi dari berbagai negara termasuk di dalamnya PBNU.? Utusan PBNU yang berhalangan hadir kemudian diwakili oleh PCINU setempat. (Muhammad Luqman Hambali/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sejarah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 25 Oktober 2011

Peserta Pelayanan Sosial Dasar Muslimat NU Diharap Jadi Penggerak Kemajuan Desa

Bogor, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kegiatan Pusat Pembelajaran Pelayanan Sosial Dasar sukses dihelat di Bogor, 7-9 Agustus 2017 lalu. Sebanyak 80 orang menjadi peserta kegiatan yang terselenggara atas kerja sama PP Muslimat NU dan Kementerian Desa, Pembanguan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Ketua Tim Pelaksana, Hanik Rofiqoh, mengungkapkan kegiatan tersebut sebagai bagian dari ikhtiar Muslimat NU untuk menghasilkan kader-kader penggerak pembangunan desa.?

Peserta Pelayanan Sosial Dasar Muslimat NU Diharap Jadi Penggerak Kemajuan Desa (Sumber Gambar : Nu Online)
Peserta Pelayanan Sosial Dasar Muslimat NU Diharap Jadi Penggerak Kemajuan Desa (Sumber Gambar : Nu Online)

Peserta Pelayanan Sosial Dasar Muslimat NU Diharap Jadi Penggerak Kemajuan Desa

“Agar kegiatan pelatihan di bidang pendidikan, kesehatan, kewirausahaan dan peningkatan kapasitas kelembagaan di Desa Kalong 1 ini dapat menghasilkan kader-kader penggerak pembangunan desa, ? menjadi sumber pengetahuan ? untuk disebarluaskan melalui aktitivitas kader-kader Muslimat NU di tingkat desa baik melalui sekolah-sekolah tempat mereka mengajar, majelis taklim tempat keseharian mereka mengabdi dan sebagainya,” papar Hanik di lokasi kegiatan, Pondok Pesantren Sunanul Huda, Bogor, Rabu (9/8).

Ia berharap kegiatan akan berdampak pada peningkatkan kesejahteraan warga desa. Menurutnya tindak lanjut kegiatan ini adalah dengan dibangunnya satu lokasi yang menjadi pusat Pembelajaran Pelayanan Sosial Dasar yang mengintegrasikan keempat bidang yang telah diberikan selama pelatihan.

Senada, salah satu narasumber pusat, Hj Arifah Choirie mengungkapkan tidak semua desa tertinggal dapat mengikuti pelatihan serupa. Karenanya warga Desa Kalong 1 tergolong beruntung karena dapat menjadi peserta kegiatan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Semoga setelah kegiatan ini, Desa Kalong 1 tidak lagi masuk sebagai desa tertinggal,” harapnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia mendorong peserta kegiatan dapat bekerjasama dengan pihak desa, untuk menularkan dan menerapkan pengetahuan yang telah mereka dapatkan. (Kendi Setiawan/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, Santri, Budaya Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 21 Oktober 2011

NU Luncurkan Buku Jihad Melawan Korupsi

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Korupsi yang terus menjangkiti negeri patut menjadi perhatian serius semua elemen masyarakat. Karena korupsi saat ini tidak hanya kriminal biasa, tetapi juga sudah menjadi kejahatan luar biasa (extraordinary crime). Hal inilah yang menjadi upaya Nahdlatul Ulama (NU) dengan menerbitkan buku berjudul Jihad Nahdlatul Ulama Melawan Korupsi.

Buku yang diterbitkan Lakpesdam PBNU ini dibedah dan diluncurkan, Kamis (23/6) di lantai 8 Gedung PBNU Jakarta. Buku ini diterbitkan bukan hanya mengedukasi masyarakat, tetapi kalangan pesantren secara umum sebagai lembaga strategis NU.

NU Luncurkan Buku Jihad Melawan Korupsi (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Luncurkan Buku Jihad Melawan Korupsi (Sumber Gambar : Nu Online)

NU Luncurkan Buku Jihad Melawan Korupsi

“Buku ini merupakan salah satu ikhtiar NU dalam melawan korupsi. Karena kejahatan satu ini telah terbukti membuat rakyat sengsara,” tegas Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj sesaat setelah menyampaikan ceramah kunci dalam peluncurakn buku tersebut.

Kiai asal Kempek Cirebon ini menegaskan bahwa jihad ini harus dilakukan oleh semua lapisan masyarakat. “Minimal meminimalisir mental dan perilaku korup para pejabat maupun masyarakat,” jelasnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu, Anggota Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M. Syarif yang hadir dalam peluncuran tersebut menjelaskan bahwa jihad NU ini penting dalam mendukung pemberantasan korupsi. Oleh karena itu, Syarif menegaskan bahwa perlawanan terhadap korupsi harus terus dilakukan.

Hadir dalam peluncuran buku ini di antaranya, Waketum PBNU H. Maksum Mahfoedz, Sekjen PBNU H Helmy Faishal Zaini, Ketua Lakpesdam PBNU H Rumadi Ahmad, Sekretaris Lakpesdam PBNU H Marzuki Wahid, Anggota Komisioner Komnas HAM H Imdadun Rahmat, dan tokoh-tokoh lain.

Sesi dilanjutkan dengan diskusi dan bedah buku. Hadir sebagai narasumber di antaranya, Seknas Jaringan Gusdurian Indonesia Alissa Wahid, penulis buku Hifdzil Alim, Aktivis Antikorupsi Bambang Widjojanto, dan Rais Syuriyah PBNU KH Ahmad Ishomuddin. (Fathoni) 

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian, Pahlawan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 17 September 2011

Aset Koperasi Nahdlatul Tujjar Meningkat 25,9%

Bandung, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) untuk tahun buku 2014, Ketua Koperasi Simpan Pinjam Nahdlatut Tujjar (Nahdlar) H. Saepuloh menyatakan bahwa aset koperasi warga NU itu meningkat sekitar 25,9 persen.

“Ini juga diimbangi dengan peningkatan pendapatan sebesar 24,75%,” tuturnya pada RAT yang berlangsung di Wahana Wisata Cibolang Kabupaten Bandung Jawa Barat, Ahad (18/1).

Aset Koperasi Nahdlatul Tujjar Meningkat 25,9% (Sumber Gambar : Nu Online)
Aset Koperasi Nahdlatul Tujjar Meningkat 25,9% (Sumber Gambar : Nu Online)

Aset Koperasi Nahdlatul Tujjar Meningkat 25,9%

Menurut Saepuloh yang juga Pengurus Pergunu Jabar ini, laporan pertanggungjawaban dari pengurus KSP “Nahdlar” mendapat respon positif dari anggota yang hadir, sehingga secara aklamasi anggota dapat menerima pertanggungjawaban pengurus KSP Nahdlar untuk masa kerja tahun 2014.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia berharap dalam perjalanannya, KSP “Nahdlar” dapat mewujud sebagai koperasi yang mandiri dan dikelola secara profesional sehingga dapat memberikan manfaat dan dapat? lebih meningkatkan perekonomian warga nahdliyin.

Sekretaris PCNU Kabupaten Bandung H. Usep Dedi Rostandi dalam sambutannya mengimbau para pengurus, dan anggota saling mendukung, bekerja sama dan saling memperkuat dalam membangun koperasi. “Koperasi ini milik anggota, oleh anggota dan untuk anggota” tuturnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

RAT yang dihadiri sekitar 86 orang peserta tersebut mengusung tema “Melalui Koperasi Kita Bangun Ekonomi Warga Nahdliyin”.

Untuk memeriahkan jalannya RAT, pengurus menyediakan berbagai doorprize untuk diberikan kepada anggota yang terpilih. (Red: Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nahdlatul, Sejarah, Ahlussunnah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 15 September 2011

Kesebelasan Darul Ahkam Menang Tipis atas Attarmasi FC

Ponorogo, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Pertandingan Sepak Bola Liga Santri Nusantara (LSN) Region Jawa Timur I dan Piala Bupati Ponoogo U-18 mempertemukan kesebelasan Pesantren Darul Ahkam Geger Madiun dan kesebelasan Pesantren Tremas Pacitan. Kedudukan berakhir dengan skor tipis 3-2 untuk Pesantren Darul Ahkam.

Pertandingan yang digelar di lapangan Setono, Ponorogo, Jum’at (26/8) pagi itu berlangsung sengit. Pada babak pertama, pertahanan kesebelasan Pesantren Tremas (Attarmasi FC) terlebih dahulu dibobol oleh tim Darul Ahkam pada menit ke-16 melalui gol yang diciptakan oleh Ridwan nomor punggung 9.

Kesebelasan Darul Ahkam Menang Tipis atas Attarmasi FC (Sumber Gambar : Nu Online)
Kesebelasan Darul Ahkam Menang Tipis atas Attarmasi FC (Sumber Gambar : Nu Online)

Kesebelasan Darul Ahkam Menang Tipis atas Attarmasi FC

Attarmasi FC yang merasa tertinggal mulai melakukan serangan balasan ke pertahanan lawan. Namun kesebelasan Darul Ahkam dapat menghalaunya. Tak puas dengan satu gol, Darul Ahkam kemudian membobol pertahanan Attarmasi FC pada menit ke-30. Gol lagi-lagi diciptakan Ridwan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menjelang akhir babak pertama, Attarmasi FC harus kembali tertinggal skor dengan masuknya bola Darul Ahkam ke gawang Attarmasi FC melalui tendangan yang dilakukan oleh Sigit nomor pungung 11. Alhasil pada babak pertama pertandingan skor akhir 3-0 untuk Darul Ahkam.

Memasuki babak kedua, Attarmasi FC mulai mengatur strategi untuk menembus pertahanan Darul Ahkam. Anak asuh pelatih Mukhibuddin ini mulai bermain agresif. Attarmasi FC berhasil mengejar ketertinggalan dengan membobol pertahanan Darul Ahkam melalui gol yang dilakukan oleh Rahmad Adi Wijaya pada menit ke-10.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tak puas dengan satu gol, Attarmasi FC berusaha membalas Darul Ahkam dengan umpan-umpan panjangnya. Darul Ahkam kali ini sulit menembus kembali pertahanan Attarmasi FC. Bahkan tiga orang pemain Darul Ahkam harus diganjar kartu kuning oleh wasit karena melakukan pelanggaran.

Pada menit ke-31 Maulana Malik menambah satu gol untuk Attarmasi FC setelah mendapat hadiah penalti dari wasit.

Beberapa tendangan Attarmasi FC hampir saja menembus pertahanan Darul Ahkam. Karena waktu yang tidak memungkinkan, Attarmasi FC tidak dapat mengejar ketertinggalan dari Darul Ahkam. Hingga peluit panjang dibunyikan oleh wasit pertanda akhir pertandingan, Darul Ahkam? tetap unggul 3-2 atas Attarmasi FC.

Sementara itu, pada pertandingan perdana LSN Jawa Timur I yang digelar di stadion Batoro Katong Ponorogo, Kamis (25/8) sore Pesantren Darul Huda Mayak Ponorogo yang pada LSN Jawa Timur tahun 2015 menjadi runner up, berhasil memenangkan pertandingan 3-2 atas kesebelasan Pesantren Roudlotul Huda, Lembeyan, Magetan.

Seperti diketahui, LSN Region Jawa Timur I diikuti oleh 32 tim, meliputi Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Trenggalek dan Pacitan. (Zaenal Faizin/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 07 September 2011

PBNU: Masyarakat Tidak Perlu Reaktif Soal Al-Quran Langgam Jawa

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Rais Syuriyah PBNU KH Masdar F Mas’udi mengajak masyarakat untuk tetap tenang menyikapi pembacaan Al-Quran dengan langgam lokal. Terlalu sensitif, manusia cenderung kehilangan daya cerna sehingga tergesa-gesa memutuskan sesuatu.

PBNU: Masyarakat Tidak Perlu Reaktif Soal Al-Quran Langgam Jawa (Sumber Gambar : Nu Online)
PBNU: Masyarakat Tidak Perlu Reaktif Soal Al-Quran Langgam Jawa (Sumber Gambar : Nu Online)

PBNU: Masyarakat Tidak Perlu Reaktif Soal Al-Quran Langgam Jawa

“Jangan keterlaluan. Masak apa saja diributkan? Jangan reaktif begitulah. Agama itu juga soal rohani, sangat dekat dengan dzauq, perasaan. Tetapi dzauq di sini jangan diartikan sebagai emosi kemaharan, kebencian,” kata Kiai Masdar kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jakarta, Selasa (19/5) sore.

Menanggapi kontroversi pembacaan Al-Quran dengan langgam Jawa di Istana Negara, Jumat (15/5), Kiai Masdar menegaskan bahwa langgam lebih dekat dengan soal budaya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalilnya jelas, “Bacalah Al-Quran dengan baik”. Ulama memahami dalil ini sebagai kewajiban bagi pembaca Al-Quran untuk pertama memerhatikan makhraj juga tajwidnya. Ini paling penting, ujar Kiai Masdar.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jangan sampai tertukar panjang-pendeknya. Jangan juga “ha” dibaca “kha”, huruf hamzah dibaca sebagai ain, atau sebaliknya. Ini bisa merusak makna.

Kedua, tetap harus menghargai dan menghormati kalimat Al-Quran sebagai sesuatu yang suci dan Ilahi. Perlu respek pada Al-Quran, bukan niat melecehkan.

“Jadi tidak boleh ada maksud-maksud yang kurang menghormati. Mau langgam apa, tidak masalah asal taat pada dua asas tadi itu,” tandas Kiai Masdar. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tegal Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 04 September 2011

Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Biasakan Santri Baca Koran

Jombang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pondok Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in, Paculgowang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur menerapkan kegiatan santri gemar membaca Koran tiap jam istirahat sekolah. Tepat pada pukul 10.30 WIB siang, sejumlah 300 santri sudah mulai keluar dari masing-masing kelas dan menuju halaman Pondok Pesantren guna membaca koran yang sudah dipajang di papan pengumuman.

Zainur Roziqin, salah satu pengurus pondok pesantren ini mengatakan, kebiasaan membaca itu sudah lama diterapkan dan bahkan pihaknya harus terus berlangganan koran. “Salah satu kebiasaan santri di sini ya seperti ini, setiap hari pada jam istirahat membaca koran di halaman. Dan kami harus berlangganan,” katanya kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat diwawancarai di kantor pengurus, Rabu siang (21/10).

Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Biasakan Santri Baca Koran (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Biasakan Santri Baca Koran (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Biasakan Santri Baca Koran

Zainur, panggilan akrabnya menambahkan, bahwa koran adalah satu-satunya media untuk mengetaui dunia luar, sementara alat elektronik, seperti telivisi (TV) dan handphone (HP) tidak diperbolehkan ada di Pondok Pesantren ini.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Untuk keperluan komunikasi dengan kelurganya, kami sudah sediakan HP dengan beberapa kartu yang berbeda,” ungkap pria asal Sumatra Selatan itu.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Penerapan sistem itu, bertujuan untuk lebih fokus pada kegiatan-kegiatan yang dianggap lebih bermanfaat oleh pondok pesantren ini. Menurutnya, alat elektronik sering disalahgunakan jika tidak ada pengawasan intensif. “Biar mereka lebih mengutamakan kegiatan yang lebih bermanfaat, seringkali media elektronik disalahfungsikan,” terangnya.

Meskipun demikian, kondisi itu tidak mengganggu kewajiban-kewajiban santri yang lain. Mereka juga harus membagi waktu sekolah, diniyah, ngaji al-Qur’an, kitab kuning, shalat berjamaah di masjid dan kegiatan-kegiatan yang lain. “Pada kondisi seperti ini, para santri di sini tetap bisa melaksanakan tugas dan kewajiban-kewajiban setiap harinya,” tuturnya. (Syamsul/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sejarah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 29 Agustus 2011

Gus Ainun: Banjiri Sanad Keguruan NU di Internet

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sanad keguruan menjadi ciri khas kalangan nahdliyin dalam menerima ilmu agama. Selain keakuratan ilmu dan kesalehan guru, sanad sangat dibutuhkan. Karenanya, sanad keguruan ini perlu dibaca setiap kali pengajian. Kalau perlu, mata rantai keilmuan itu diunggah di media sosial, website, atau akun-akun pribadi lainnya.

“Minta saja kepada para kiai kita. Lalu unggah di website atau blog. Ini sangat dibutuhkan,” kata Gus Ainun Najib yang belakangan namanya mencuat melalui website Kawal Pemilu di Jakarta, Selasa (16/6).

Gus Ainun: Banjiri Sanad Keguruan NU di Internet (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Ainun: Banjiri Sanad Keguruan NU di Internet (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Ainun: Banjiri Sanad Keguruan NU di Internet

Ainun selama ini resah atas banjirnya ajaran-ajaran agama yang cenderung radikal dan ekstrem di internet. Sementara mereka tidak memiliki sanad yang menyambungkan paham yang mereka ajarkan hingga ke Rasulullah atau ulama yang menulis kitab-kitab rujukan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pada forum Workshop Penguatan Jaringan Anti Radikalisme di Dunia Muda untuk Ulama Muda yang digagas Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Gus Ainun mengapresiasi tingginya pengguna internet di kalangan nahdliyin.

“Dengan tingginya angka pengguna, maka sanad-sanad guru agama kita akan semakin tampak pohon besarnya. Mintalah usai mengaji dengan guru-guru kita. Mereka akan memberikannya. Sanad menjadi pertanggungjawaban keilmuan selain validitas ilmu dan kezuhudan guru yang bersangkutan,” kata Gus Ainun yang kini tinggal di Singapura sebagai konsultan teknologi dan informasi.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut Ainun, ilmu agama berbeda dari ilmu pada umumnya. Sanad dibutuhkan antara lain untuk memastikan distorsi informasi keagaman antara penerima dan penyampai ilmu.

Sebagaimana diketahui bahwa ilmu dan orang berilmu pengetahuan mendapat tempat istimewa di kalangan nahdliyin. Kecuali itu, sanad keguruan yang menyambung penerima ilmu dan generasi sebelumnya sangat diperhatikan. (Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kyai Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 02 Agustus 2011

Mangut Ikan Cucut, Kuliner Favorit Gus Dur di Jepara

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Beberapa waktu sebelum menjabat sebagai Presiden RI, Gus Dur berkunjung ke Jepara. Kunjungan terutama dilakukan ke rumah salah satu sahabat akrab Gus Dur dan merupakan tokoh NU, KH Muhammady Qosim. 

Mangut Ikan Cucut, Kuliner Favorit Gus Dur di Jepara (Sumber Gambar : Nu Online)
Mangut Ikan Cucut, Kuliner Favorit Gus Dur di Jepara (Sumber Gambar : Nu Online)

Mangut Ikan Cucut, Kuliner Favorit Gus Dur di Jepara

Seperti kunjungan ke berbagai daerah lainnya, pengurus NU, para tokoh, santri, dan masyarakat umum berdatangan ingin bertemu dan bersilaturahim dengan Gus Dur. 

Salah satu yang hadir ketika itu adalah Hamzah Sholehuddin, pria asal Bumiayu yang kini Ketua MWCNU Jepara Kota. Kiai Hamzah merasa sangat senang dapat bertemu dengan Gus Dur.

“Gus Dur ini Bapak Bangsa, orang yang sangat dihormati. Saya sangat bersyukur dapat bertemu secara langsung dengan beliau,” cerita Kiai Hamzah saat kunjungan rombongan MWCNU Jepara ke Kantor PBNU akhir Desember 2016 lalu.

Menurut Kiai Hamzah, antara Gus Dur dengan masyarakat awam sering terjadi kesenjangan pemikiran. Hal ini karena ibarat Gus Dur sudah melangkah sepuluh kilometer, orang lain baru berjalan satu meter.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Apa yang disampaikan Gus Dur ternyata benar. Walaupun seringnya baru terjadi dua atau tiga tahun setelah Gus Dur mengatakan sesuatu. Ini yang menjadi bukti bahwa Gus Dur adalah waliyullah, dapat melihat sesuatu yang akan terjadi di masa depan,” tambah Kiai Hamzah.

Pada kedatangan Gus Dur tersebut Kiai Hamzah juga menanyakan bagaimana kabar Gus Dur. Gus Dur mengatakan sehat dan mengungkapkan rasa senang karena bisa bertemu masyarakat Jepara. Suasana kearaban dan kedekatan Gus Dur dengan masyarakat pun segera terbangun.

Gus Dur rupanya tahu salah satu makanan khas di Jepara, yaitu mangut. Tak lupa Gus Dur pun menikmati mangut ikan cucut yang disediakan tuan rumah. Mangut ikan cucut dimasak dengan campuran santan kelapa dicampur sayur, memang menu yang lezat untuk dinikmati. (Kendi Setiawan/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Daerah, Meme Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah