Minggu, 04 September 2011

Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Biasakan Santri Baca Koran

Jombang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pondok Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in, Paculgowang, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur menerapkan kegiatan santri gemar membaca Koran tiap jam istirahat sekolah. Tepat pada pukul 10.30 WIB siang, sejumlah 300 santri sudah mulai keluar dari masing-masing kelas dan menuju halaman Pondok Pesantren guna membaca koran yang sudah dipajang di papan pengumuman.

Zainur Roziqin, salah satu pengurus pondok pesantren ini mengatakan, kebiasaan membaca itu sudah lama diterapkan dan bahkan pihaknya harus terus berlangganan koran. “Salah satu kebiasaan santri di sini ya seperti ini, setiap hari pada jam istirahat membaca koran di halaman. Dan kami harus berlangganan,” katanya kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat diwawancarai di kantor pengurus, Rabu siang (21/10).

Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Biasakan Santri Baca Koran (Sumber Gambar : Nu Online)
Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Biasakan Santri Baca Koran (Sumber Gambar : Nu Online)

Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in Biasakan Santri Baca Koran

Zainur, panggilan akrabnya menambahkan, bahwa koran adalah satu-satunya media untuk mengetaui dunia luar, sementara alat elektronik, seperti telivisi (TV) dan handphone (HP) tidak diperbolehkan ada di Pondok Pesantren ini.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Untuk keperluan komunikasi dengan kelurganya, kami sudah sediakan HP dengan beberapa kartu yang berbeda,” ungkap pria asal Sumatra Selatan itu.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Penerapan sistem itu, bertujuan untuk lebih fokus pada kegiatan-kegiatan yang dianggap lebih bermanfaat oleh pondok pesantren ini. Menurutnya, alat elektronik sering disalahgunakan jika tidak ada pengawasan intensif. “Biar mereka lebih mengutamakan kegiatan yang lebih bermanfaat, seringkali media elektronik disalahfungsikan,” terangnya.

Meskipun demikian, kondisi itu tidak mengganggu kewajiban-kewajiban santri yang lain. Mereka juga harus membagi waktu sekolah, diniyah, ngaji al-Qur’an, kitab kuning, shalat berjamaah di masjid dan kegiatan-kegiatan yang lain. “Pada kondisi seperti ini, para santri di sini tetap bisa melaksanakan tugas dan kewajiban-kewajiban setiap harinya,” tuturnya. (Syamsul/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sejarah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar