“Salah satu penyebabnya, dikarenakan pengaruh dan wibawa dari KH Moertadlo. Beliau merupakan seorang ulama sepuh seangkatan KH Hasyim Asy’ari, yang masih memegang prinsip bahwa dakwah Islam tidak harus melalui organisasi, tetapi cukup melalui dakwah dan pengajian,” terang Wakil Rais Syuriyah PCNU Tuban KH Ahmad Mundzir, saat ditemui Pimpinan Pusat Muhammadiyah, belum lama ini (3/10).
Mulanya Tak Ada yang Berani Mendirikan Cabang NU di Tuban (Sumber Gambar : Nu Online) |
Mulanya Tak Ada yang Berani Mendirikan Cabang NU di Tuban
Mundzir menambahkan, pendapat Kiai Moertadlo yang kala itu mengasuh Pesantren Ash-Shomadiyah Makam Agung Tuban, kemudian diikuti para kiai dan tokoh Islam setempat. Alhasil, tak ada yang berani mendirikan cabang NU di kota Tuban.Pimpinan Pusat Muhammadiyah
“Baru kemudian pada tahun 1935, sejumlah santri alumni Pesantren Tebuireng di Kecamatan Jenu mendirikan NU Cabang Jenu. Sehingga muncul anekdot Jenu (Jelas NU)!” ungkapnya.Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Sebagai pengurus di masa awal, KH Khusen mengemban amanah sebagai Rais Syuriyah berduet dengan Kiai Umar Farouq sebagai Ketua Tanfidziyah.Meskipun demikian, pada perkembangannya hingga Indonesia merdeka, NU di Tuban belum jua mengalami perkembangan yang pesat. Selain karena faktor di atas, kebijakan Jepang yang membekukan semua organisasi masyarakat dan politik di Indonesia juga menjadi alasan lain.
Hingga akhirnya, KH Wahid Hasyim, yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Masyumi, datang menemui Bupati Tuban R.T. Soediman Hadiatmodjo dan memintanya untuk mengizinkan membuka cabang NU di daerah Tuban.
Pada tahun 1945 NU berdiri di kota Tuban dan dengan sendirinya keberadaan NU Cabang Jenu pun berakhir. (Ajie Najmuddin)
Sumber terkait : Buku Perjalanan NU Tuban (PCNU Tuban:2014)
Foto: Rais Syuriah pertama NU Jenu, Tuban, KH Khusen
Dari Nu Online: nu.or.id
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kyai Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar