Senin, 30 November 2015

PCNU Malang Berikan SK Takmir Semua Masjid NU

Malang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Cabang Lemabaga Ta’mir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Kabupaten Malang, Jawa Timur, dalam satu bulan terakhir ini sedang menyuksekan program memberikan surat keputusan (SK) kepada pengurusan takmir masjid se-Kabupaten Malang.

PCNU Malang Berikan SK Takmir Semua Masjid NU (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Malang Berikan SK Takmir Semua Masjid NU (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Malang Berikan SK Takmir Semua Masjid NU

Hal ini dilaksanakan setelah adanya kesepakatan antara PCNU Kabupaten Malang, Dewa Masjid Indonesia (DMI), dan Pemerintah Kabupaten Malang dalam hal pendataan masjid di kabupaten setempat.

Bagi LTMNU sendiri, program ini ditujukan untuk penguatan internal, termasuk untuk melindungi masjid-masjid NU dari pengambilalihan kelompok Islam garis keras.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Saat ini NU Kabupaten Malang sedang mensukseskan program pemberian SK kepada seluruh takmir masjid di Kabupaten Malang. SK Resmi dari LTMNU,” kta Bibit Suprapto, Ketua PCNU Kabupaten Malang saat ditemui Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Senin, (16/02) kemarin.

Bibit mengatakan, sosialisasi akan hal ini sudah dilakukan beberapa waktu lalu terhadap 33  MWCNU yang ada di kabupaten Malang. Sedangkan saat ini adalah tahap realisasi program yang dilaksanakan secara bertahap dari kecamatan ke kecamatan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Sejak beberapa minggu ini sudah kita laksanakan (pemeberian SK-red.) di beberapa kecamatan. Kemarin di Bululawang sudah selesai, nanti menyusul di Pakis, Poncokusumo dan Singosari,” tutur Ketua PCNU yang juga aktif menulis buku itu.

Selain program administratif tersebut, LTMNU Kabupaten Malang juga menginstruksikan agar semua masjid NU se-Kabupaten Malang memasang Papan Nama Nahdlatul Ulama pada masjid masing-masing.

“Kami mengisntruksikan juga kepada semua masjid NU agar memasang semacam nambor NU di depan masjid masing-masing,” katanya. (Ahmad Nur Kholis/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib, News Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 25 November 2015

Odong-odong Bershalawat

Oleh Mahbib Khoiron

Mang Idung memutar musik shalawat agak kencang ketika kakinya mulai mengayuh odong-odong keliling di kawasan Rawasari, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Siang itu keringatnya bercucuran, tapi mulutnya yang sesekali menirukan lantunan shalawat menutupi kesan letih pada dirinya. Kepalanya manggut-manggut, di saat yang? sama roda odong-odong terus berputar. Enam anak kecil yang menjadi penumpangnya harus kerasan dan menikmati jasa hiburan Mang Idung itu.

Odong-odong Bershalawat (Sumber Gambar : Nu Online)
Odong-odong Bershalawat (Sumber Gambar : Nu Online)

Odong-odong Bershalawat

Cerita tentang Mang Idung ini menarik karena perilakunya yang di luar kebiasaan. Odong-odong miliknya tidak pernah sereligius sekarang. Meski menjadi tumpangan para balita, Mang Idung lebih sering memutar keras-keras lagu "Sambalado"-nya Ayu Tingting atau lagu dangdut lainnya ketimbang lagu anak-anak, apalagi shalawat. Tampaknya pada Ramadhan kali ini ia adaptif dengan keadaan masyarakat yang sedang gandrung-gandrungnya suasana religius. Mang Idung tahu, suara Opick atau Habib Syech pasti lebih memikat daripada dangdut atau musik "profan" lainnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pesona Ramadhan memang tak pernah membosankan. Bahkan sejak menjelang bulan suci? ini tiba. Ragam ekspresi kerinduan muncul di mimbar-mimbar khotbah, forum-forum pengajian, atau laman media sosial yang berisiknya masyaallah. Cukup susah menilai ungkapan kecintaan mereka atas Ramadhan tidak serius, sebagaimana pula sukar menyimpulkan ekspresi tersebut tidak pura-pura. Entah serius atau pura-pura, yang pasti adalah daya tarik Ramadhan menandai munculnya perilaku sosial baru yang selama sebelas bulan lainnya jarang kita temui.

Pelan-pelan kita melihat suasana menjadi serba-berbau agama. Gejala ini ternyata tidak hanya berlangsung di masjid atau majelis taklim, melainkan juga pasar, mall, televisi, atau media sosial. Di pasar, "religiusitas" itu ditampakkan dengan banyaknya pedagang yang menawarkan busana Muslim keluaran terbaru. Di mall pun sama, plus sepanduk "Marhaban ya Ramadhan" dan replika masjid sebagai ornamen yang dipajang di beberapa sudut. Tayangan sinetron religi pun beranak pinak. Iklan-iklan di layar kaca menjadi kontekstual dengan nuansa bulan puasa. Sejumlah tontonan komedi juga rela menggeser jam tayang mereka, mengikuti perubahan pola makan umat Islam.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Fenomena musik odong-odong dengan demikian hanyalah bagian kecil saja dari gejala umum yang datang tiap Ramadhan--juga Idul Fitri. Sebuah gejala yang menunjukkan betapa agama memiliki tautan yang amat kompleks ketika dibawa dalam konteks kemasyarakatan. Sifatnya yang sakral, syahdu, dan khidmat tak otomatis terbebas sama sekali dari unsur duniawi. Pengalaman keagamaan yang menyentuh kedalaman jiwa personal pemeluknya bagi banyak orang, bisa menjadi "barang" yang laku dijual bagi sebagian orang. Di sinilah ritual, simbol, atau institusi agama lalu hampir tidak pernah bersih dari keterlibatan kepentingan lain di luar agama, baik kepentingan yang berkaitan dengan ekonomi maupun kepentingan yang berkenaan dengan politik.

Pada level ini sakralitas agama akan menjelma sebagai komoditas di mata orang-orang yang melihat peluang menguntungkan lain di dalamnya. Bila tidak, kita tentu tidak bakal menemukan harga bahan pokok melambung tinggi tiap Ramadhan atau jelang Lebaran datang; pusat perbelanjaan semakin disesaki pengunjung justru ketika malam bakda tarawih tiba; atau para pimpinan parpol yang kian sibuk melakukan kampanye di balik istilah "silaturahim" atau "buka puasa bersama". Bukankah Ramadhan mendorong kita semakin intim dengan Tuhan, istirahat sejenak dari kesibukan yang melelahkan selama sebelas bulan? Lantas, mengapa Ramadhan? yang antiduniawi menjadi kental kepentingan duniawi?

Keadaan yang paradoks ini di satu sisi memperlihatkan kompleksitas agama secara sosial, namun di sisi lain menunjukkan kerentanannya sebagai sesuatu yang diasumsikan suci dan murni karena dikerubungi berbagai kepentingan. Bila kepentingan di luar agama bisa masuk ke dalam aktivitas kultural agama--seperti kasus odong-odong musim Ramadhan--bisa dibayangkan bagaimana bila agama benar-benar terlembaga secara formal, dalam wujud negara agama, misalnya. Sesuatu yang formal lazimnya punya kuasa dan sumber daya yang lebih besar dibanding yang non-formal. Jika demikian, semakin besar pula pihak-pihak berkepentingan bakal mendekat, semakin besar pula potensinya disalahgunakan.

Kita mungkin tak perlu terlalu curiga agama bakal rusak ketika diformalkan, tapi kita juga harus sadar bahwa agama hampir tak pernah berdiri sendiri. Ia akan selalu bersinggungan dengan aspek-aspek lain yang kerap tidak mudah diurai secara sederhana. Karenanya mengatakan "khilafah adalah solusi", misalnya, bukan saja menimbulkan kekhawatiran akan nasib kesetaraan warga negara yang plural tapi juga mengingkari kompleksitas dalam diri agama itu sendiri. Bukankah cerita tentang odong-odong di atas menunjukkan bahwa praktik manipulasi simbol dan pertautan kepentingan bekerja dengan baik, bahkan di level yang sangat mikro?

Wallahu a’lam.

Penulis adalah alumni Madrasah Muallimin Islamiyah Pondok Pesantren at-Tanwir Sumberrejo, Bojonegoro.



Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pahlawan, Budaya Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 24 November 2015

Gus Dur : NU Tulang Punggung PKB

Jakarta, NU.Online
Ketua Dewan Syuro DPP PKB, KH Abdurrahman Wahid mengakui meskipun tidak secara jelas Nahdlatul Ulama (NU)  merupakan tulang punggung Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), oleh karena itu pada Pemilu 2004 mendatang dirinya tetap yakin pada "Inul" (Insya Allah NU Lagi).

"Saya sangat yakin dan optimis, Pemilu 2004 NU tetap akan berjaya dan akan memimpin bangsa ini seperti tahun 1999 lalu. Oleh karena itu setiap ada kesempatan dan setiap ada waktu saya akan mengkampanyekan ’Inul’," katanya sebelum memberikan ceramah pengajian di Ponpes Putri Al Ishlahiyah Singosari, Minggu.

Menurut mantan Ketua PBNU itu, antara PKB dengan PBNU tidak  ada persoalan apapun, kalaupun ada perbedaan antara NU dan PKB itu  merupakan hal yang wajar. "Yang jelas NU tidak akan ke mana-mana, karena NU sendiri merupakan tulang punggung dari PKB," ujarnya.

Sementara itu sesepuh NU, KH Cholil Bisri yang juga Wakil  Ketua MPR RI itu juga menegaskan, antara NU dan PKB tidak ada persoalan  mendasar, kalaupun selama ini ada perbedaan merupakan hal yang lumrah  dan wajar. "Jadi, saya kira tidak ada perubahan apa-apa antara NU dengan PKB, seperti yang disampaikan tausyiyah oleh NU, itu kan menunjukkan ’kelamin’ dari NU," katanya.

Yang dimaksud NU menunjukkan ’kelamin’ menurut kiai kharismatik itu tidak lain bahwa  NU memang konsisten dengan sikap politis yang diambil selama ini, sebab, NU itu  bukan lembaga politik. "Jadi, NU tidak mungkin terjun ke politik praktis," tandasnya.

Namun demikian, Kholil Bisri juga mengakui bahwa dalam tubuh PKB memang sempat terjadi konflik yang memanas terutama berkaitan dengan perseteruan antara Gus Dur dengan Sekjen PKB Syaifullah Yusuf.

Menurut dia, konflik itu hal biasa, karena dalam suatu kelompok  yang terdiri dari banyak orang terjadi perbedaan merupakan hal  biasa. "Jadi, tidak ada masalah, kendati saya sendiri juga sempat bingung dengan adanya konflik tersebut," katanya.    

Pada kesempatan itu kiai asal Rembang itu menghimbau agar  masyarakat nahdliyin untuk tenang, tidak terpengaruh dengan konflik-konflik yang terjadi di tingkat atas sehingga persiapan Pemilu 2004 mendatang bisa berhasil sesuai dengan yang diharapkan. "Dan kita sudah siap untuk menghadapi Pemilu 2004 nanti  dan kita juga optimis lebih kalau nanti kita akan lebih baik dibanding Pemilu sebelumnya,"ujarnya.(Cih)

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anti Hoax Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Gus Dur : NU Tulang Punggung PKB (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Dur : NU Tulang Punggung PKB (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Dur : NU Tulang Punggung PKB

Kamis, 19 November 2015

Kemenangan Ar-Rizki NTB III Lengkapi 32 Tim di Seri Nasional LSN

Dompu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Setelah jauh sebelumnya ? 31 region memastikan wakilnya di seri nasional Liga Santri Nusantara (LSN), akhirnya Ahad (16/10) malam, region NTB III yang meliputi Bima, Dompu juga telah selesai melangsungkan laga final yang berlangsung di Lapangan Pantapaju, Dompu.

Kemenangan Ar-Rizki NTB III Lengkapi 32 Tim di Seri Nasional LSN (Sumber Gambar : Nu Online)
Kemenangan Ar-Rizki NTB III Lengkapi 32 Tim di Seri Nasional LSN (Sumber Gambar : Nu Online)

Kemenangan Ar-Rizki NTB III Lengkapi 32 Tim di Seri Nasional LSN

Pada laga final LSN Region NTB III ini mempertemukan Pesantren Ar-Rizki melawan Pesantren Al-Kautsar. Sejak peliut panjang berbunyi yang menjadi tanda dimulainya laga final, kedua tim saling menampilkan permainan terbaiknya.

Setelah menampilkan permainan yang terbaik dari masing-masing tim, jelang beberapa menit babak pertama tepatnya menit 10 Rahman gelandang serang Ar-Rizki dengan nomor punggung 10 berhasil merobek gawang Al-Kautsar, sehingga merubah skor menjadi 1-0.

Detik-detik babak pertama akan berakhir menit ke-30 Rahman kembali menyumbangkan gol yang kedua, dengan demikian skor berubah menjadi 2-0, hingga babak pertama selesai tim Al-Kautsar belum berhasil mengejar ketertinggal 2 gol.

Masuk babak kedua, skuad Al-Kautsar mencoba menyusun serangan guna mengejar ketertinggalan gol, beruntung usaha yang dibangun oleh skuad Al-Kautsar berhasil menciptakan gol melalui kaki kanan Irfan pada menit 40, ? memperkecil ketertinggalan skor menjadi 1-2.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tapi tak diduga sebelum mengakhiri babak kedua yang sekaligus menjadi tanda selesainya laga final LSN Regional NTB III, skuad Ar-Rizki Kasman nomor punggung 7 berhasil menambah koleksi gol yang ketiga, sekaligus menjadi gol penutup laga final tersebut.

Dengan demikian Ar-Rizki tampil sebagai juara LSN Regional NTB III dengan skor 3-1, dan berhak mewakili NTB III pada ? seri nasional yang akan berlangsung pada tanggal 22 Oktober di Yogyakarta.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dengan hasil laga final tersebut Rahmat Ismail Koordinator Regional NTB III merasa puas dan bersyukur atas suksesnya final LSN Regional NTB III meski cukup dekat waktu pelaksanaannya denga seri nasional.

"Saya sangat puas dengan laga final yang sangat luar biasa ini, juga saya sampaikan terimaksih banyak kepada semua pihak yang telah bekerja sama mensukseskan LSN Region NTB II ini", ungkapnya.

Hadir dalam acara penutupan LSN regional NTB III, Kadispora mewakili Bupati Dompu, Wakil Ketua DPRD Dompu, Ketua Fraksi PKB DPRD Dompu, ? dan tokoh agama berpengaruh KH. Asikin Ahmad. (Red: Fathoni)





Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian, Pahlawan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 13 November 2015

KH Zainul Arifin, Penyeimbang Politik Soekarno

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Hari Santri 22 Oktober 2015, sepertinya kurang lengkap jika tidak menziarahi sejarah peran besar ulama dan santri yang ikut membangun negeri ini. Perjuangan santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari Hizbullah dan panglimanya, KH Zainul Arifin Pohan.

KH Zainul Arifin, Penyeimbang Politik Soekarno (Sumber Gambar : Nu Online)
KH Zainul Arifin, Penyeimbang Politik Soekarno (Sumber Gambar : Nu Online)

KH Zainul Arifin, Penyeimbang Politik Soekarno

Sejarawan Zainul Milal Bizawie menjelaskan bahwa keberadaan tokoh NU tersebut memberikan keseimbangan politik bagi Presiden Soekarno. Seandainya ia tidak meninggal pada tahun 1963, mungkin tidak akan ada peristiwa G 30 S. Sejak meninggalnya, Soekarno seperti kehilangan satu sayapnya sehingga kelompok kiri cukup berpengaruh di sekelilingnya.

"Setelah KH Zainul Arifin meninggal ditembak, Presiden Soekarno kehilangan satu sayap, sehingga Soekarno banyak  dipengaruhi kelompok kiri. Tentu jika Zainul Arifin masih hidup, tidak akan ada cerita G30S di dalam sejarah Bangsa Indonesia."

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Hal itu disampaikan Zainul Milal dalam acara launching buku "KH. Zainul Arifin : Panglima Santri, Ikhlas Membangun Negeri" karya Ario Hilmi di panggung utama International Islamic Expo 2015, JCC (Jakarta Convention Center) Balai Sidang Senayan, Jakarta, 15 November 2015 Pukul 13.00-14.00. Acara ini terlaksana karena kerja sama dengan penerbit buku tersebut, Penerbit Pustaka Compass dan keluarga penulis.

Karna itu, kata Milal, inilah pentingnya napak tilas perjalanan Presiden Soekarno dan KH Zainul Arifin Pohan ke Arab Saudi, bagaimana Soekarno dan KH Zainul Arifin Pohan membangun kedekatan dengan pusat keislaman untuk membangun bangsa. Hal ini juga menunjukkan bahwa Soekarno memiliki relijiusitas dan perhatian yang cukup tinggi kepada agama Islam untuk membangun negeri ini.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Bagi KH Zainul Arifin Pohan, Arab Saudi adalah gurunya karena sejak usia muda, gurunya berasal dari Arab langsung di Barus. Di Barus sudah sejak lama menjadi daerah strategis bertaraf internasional, dan sejak abad pertama era Rasulullah telah ada penyebar Islam di sana. Hal ini berarti juga, Islam telah ada di bumi nusantara ini sejak awal perkembangan Islam, era Rasulullah. Yaitu terdapatnya seorang tokoh bernama Syekh Mahmud dan Syekh Rukuniddin pada 671, yang dimakamkan di daerah Barus. 

Ulasan sejarah tersebut juga diamini oleh penulis yang tidak lain adalah cucu dari Sang Panglima Santri sendiri, Ario Hilmi. Bahwa KH Zainul Arifin pernah mendampingi Presiden Soekarno melakukan kunjungan-kunjungan kenegaraan bersejarah sepanjang tahun 1956. Salah satunya adalah ketika berkunjung ke Uni Soviet, dimana Indonesia lewat upaya diplomasi tingkat tinggi berhasil membuat pemerintah komunis di Moskow membuka kembali sebuah masjid yang kiji dikenal dengan Masjid Biru sering kali diulas sebagai Masjid Soekarno.

Ario Hilmi dengan mengutip kakeknya "Here the Moslem religion resembles a lamp in whitch the light has almost died out and the oil has not been renewed (di sini agama Islam seperti lampu minyak hampir padam yang minyaknya belum diganti)". Begitulah komentar Zainul Arifin ketika ditanya media AS tentang keadaan penduduk muslim di Uni Soviet.

Dibukanya kembali Masjid Biru sebagai pusat kegiatan umat muslim Uni Soviet bagaikan minyak baru penerang pelita Islam sampai sekarang.

Peluncuran buku  "Panglima Santri" pada hari terahir International Islamic Expo ini, juga dihadiri oleh Prof. Dr. Rusmin Tumanggor MA, Drs Abdul Karim Pohan, dan banyak keluarga bermarga Pohan yang lain. (Moh.Khoiri/Damar Samana/Abdullah Alawi)

KH Zainul Arifin, Penyeimbang Politik Soekarno

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Hari Santri 22 Oktober 2015, sepertinya kurang lengkap jika tidak menziarahi sejarah peran besar ulama dan santri yang ikut membangun negeri ini. Perjuangan santri dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan tidak bisa dilepaskan dari Hizbullah dan panglimanya, KH Zainul Arifin Pohan.

 

Sejarawan Zainul Milal Bizawie menjelaskan bahwa keberadaan tokoh NU tersebut memberikan keseimbangan politik bagi Presiden Soekarno. Seandainya ia tidak meninggal pada tahun 1963, mungkin tidak akan ada peristiwa G 30 S. Sejak meninggalnya, Soekarno seperti kehilangan satu sayapnya sehingga kelompok kiri cukup berpengaruh di sekelilingnya.

 

"Setelah KH Zainul Arifin meninggal ditembak, Presiden Soekarno kehilangan satu sayap, sehingga Soekarno banyak  dipengaruhi kelompok kiri. Tentu jika Zainul Arifin masih hidup, tidak akan ada cerita G30S di dalam sejarah Bangsa Indonesia."

 

Hal itu disampaikan Zainul Milal dalam acara launching buku "KH. Zainul Arifin : Panglima Santri, Ikhlas Membangun Negeri" karya Ario Hilmi di panggung utama International Islamic Expo 2015, JCC (Jakarta Convention Center) Balai Sidang Senayan, Jakarta, 15 November 2015 Pukul 13.00-14.00. Acara ini terlaksana karena kerja sama dengan penerbit buku tersebut, Penerbit Pustaka Compass dan keluarga penulis.

 

Karna itu, kata Milal, inilah pentingnya napak tilas perjalanan Presiden Soekarno dan KH Zainul Arifin Pohan ke Arab Saudi, bagaimana Soekarno dan KH Zainul Arifin Pohan membangun kedekatan dengan pusat keislaman untuk membangun bangsa. Hal ini juga menunjukkan bahwa Soekarno memiliki relijiusitas dan perhatian yang cukup tinggi kepada agama Islam untuk membangun negeri ini.

 

Bagi KH Zainul Arifin Pohan, Arab Saudi adalah gurunya karena sejak usia muda, gurunya berasal dari Arab langsung di Barus. Di Barus sudah sejak lama menjadi daerah strategis bertaraf internasional, dan sejak abad pertama era Rasulullah telah ada penyebar Islam di sana. Hal ini berarti juga, Islam telah ada di bumi nusantara ini sejak awal perkembangan Islam, era Rasulullah. Yaitu terdapatnya seorang tokoh bernama Syekh Mahmud dan Syekh Rukuniddin pada 671, yang dimakamkan di daerah Barus.   

 

Ulasan sejarah tersebut juga diamini oleh penulis yang tidak lain adalah cucu dari Sang Panglima Santri sendiri, Ario Hilmi. Bahwa KH Zainul Arifin pernah mendampingi Presiden Soekarno melakukan kunjungan-kunjungan kenegaraan bersejarah sepanjang tahun 1956. Salah satunya adalah ketika berkunjung ke Uni Soviet, dimana Indonesia lewat upaya diplomasi tingkat tinggi berhasil membuat pemerintah komunis di Moskow membuka kembali sebuah masjid yang kiji dikenal dengan Masjid Biru sering kali diulas sebagai Masjid Soekarno.

Ario Hilmi dengan mengutip kakeknya "Here the Moslem religion resembles a lamp in whitch the light has almost died out and the oil has not been renewed (di sini agama Islam seperti lampu minyak hampir padam yang minyaknya belum diganti)". Begitulah komentar Zainul Arifin ketika ditanya media AS tentang keadaan penduduk muslim di Uni Soviet.

Dibukanya kembali Masjid Biru sebagai pusat kegiatan umat muslim Uni Soviet bagaikan minyak baru penerang pelita Islam sampai sekarang.

 

Peluncuran buku  "Panglima Santri" pada hari terahir International Islamic Expo ini, juga dihadiri oleh Prof. Dr. Rusmin Tumanggor MA, Drs Abdul Karim Pohan, dan banyak keluarga bermarga Pohan yang lain. (Moh.Khoiri/Damar Samana/Abdullah Alawi)

 

 

 

s

 



Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hadits, Bahtsul Masail Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 08 November 2015

Latihan Kewirausahaan Semakin Sering Digelar PMII

Blitar, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Berbagai kegiatan bertajuk “kewirausahaan” semakin sering diselenggarakan oleh Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di berbagai daerah.

Latihan Kewirausahaan Semakin Sering Digelar PMII (Sumber Gambar : Nu Online)
Latihan Kewirausahaan Semakin Sering Digelar PMII (Sumber Gambar : Nu Online)

Latihan Kewirausahaan Semakin Sering Digelar PMII

Pengurus Cabang PMII Kabupaten Blitar kali ini berencana menggelar Workshop kewirausahaan dan pertemuan Wirausahawan Muda PMII se Jatim. Acara akan belangsung pada tanggal 12 April 2013 mendatang di gedung Kusumowicitro Rumah Dinas Walikota Blitar.

Menurut Ketua Panitia, Mahatir Muhammad, acara bertemakan? “Gerakan Wirausahawan Muda sebagai solusi permasalahan ekonomi bangsa itu akan menghadirkan beberapa nara sumber, antara lain H Nur Hadi Ridwan, usahawan Muda alumni PMII yang kini juga menjabat sebagai ketua Lembaga Ekonomi NU Jatim dan Komisaris TV 9 milik NU Jatim.?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain itu, akan hadir pula ketua himpunan pengusaha Santri Indonesia (HIPSI) Jatim dan ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jatim.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Ketua HHIPMI juga akan hadir pada acara itu,’’ ujar Mahatir Muhammad kepada nu online tadi pagi.

Menurutnya, panitia juga akan menghadirkan Adin Jauharuddin, ketua PB PMII dan Dwi Winarso, salah seorang penulis buku “ E A Young Entreprener’.

“Acara akan ibuka oleh Walikota Blitar, Mohammad Samanhudi SH MM,’’ ungkapnya.?

Redaktur ? ? : A. Khoirul Anam

Kontributor: Imam Kusnin?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU, Pahlawan, AlaNu Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 07 November 2015

Warga Nahdiyin Aceh Menanti Kehadiran Kiai Said

Banda Aceh, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Usai pelaksanaan Musyawarah Besar (Mubes) II HUDA Aceh yang berlangsung di Asrama Haji Banda Aceh tanggal 29 November lalu, PWNU Aceh banyak menerima kritikan dari masyarakat Aceh, khususnya warga Nahdiyin.

Kritikan ini muncul setelah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj batal hadir ke Aceh dalam acara Mubes II HUDA, padahal sudah dijadwalkan jauh sebelumnya.

Warga Nahdiyin Aceh Menanti Kehadiran Kiai Said (Sumber Gambar : Nu Online)
Warga Nahdiyin Aceh Menanti Kehadiran Kiai Said (Sumber Gambar : Nu Online)

Warga Nahdiyin Aceh Menanti Kehadiran Kiai Said

Warga nahdiyin Aceh sangat menanti kedatangan Ketua Umum PBNU berkunjung ke Aceh. Hal ini terbukti dari bertebarannya sepanduk-sepanduk “selamat datang ketua Umum PBNU di Aceh” oleh  warga Nadhiyin Aceh di jalan-jalan mulai dari arah bandara sampai kepada tempat dilaksanakan Mubes.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam rilis yang diterima Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Indra Kariadi dan Tgk. Muslem Hamdani, petugas harian di kantor PWNU Aceh mengaku merasa kewalahan dalam menjawab pertanyaan demi pertanyaan menyangkut ketidak hadiran ketua umum PBNU ke Aceh.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu dihubungi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Nabil Haroen, salah seorang staf KH Said Aqil Siroj mengatakan, Ketua Umum sudah bersiap hadir ke Aceh bahkan sudah membatalkan jadwal hadir dalam kegiatan NU di Semarang.

“Namun karena alasan teknis, justru pihak PWNU Aceh sendiri yang membatalkan kunjungan Kiai Said dan nanti akan dijadwal ulang,” katanya. (Red:Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kiai, News Pimpinan Pusat Muhammadiyah