Rabu, 29 Maret 2017

Apresiasi Hasil KTT OKI, PBNU Tekankan Pentingnya Persatuan Arab

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua Umum PBNU mengapresiasi hasil KTT Luar Biasa ke-5 OKI di Jakarta pada 6-7 Maret ini dengan hasil Deklarasi Jakarta sebagai upaya untuk mendorong perjuangan kemerdekaan Palestina.?

Ia menyatakan, kemerdekaan Palestina bisa dicapai dengan persatuan bangsa Arab. Selama mereka tidak bersatu, negara lain tidak akan menghargai negara-negara tersebut mengingat mereka sendiri tidak bisa menyelesaikan masalah internalnya.?

Apresiasi Hasil KTT OKI, PBNU Tekankan Pentingnya Persatuan Arab (Sumber Gambar : Nu Online)
Apresiasi Hasil KTT OKI, PBNU Tekankan Pentingnya Persatuan Arab (Sumber Gambar : Nu Online)

Apresiasi Hasil KTT OKI, PBNU Tekankan Pentingnya Persatuan Arab

“Selama bangsa Arab masih kacau balau, karut-marut, perang saudara, Mustahil, mereka (Israel) akan menghargai negara Arab. Senjata yang paling utama, bukan embargo minyak, bukan embargo produk Israel, tapi yang paling penting adalah, negara Arab bersatu. Insyaallah, barakah Allah akan turun, pertolongan Allah akan turun,” katanya di Gedung PBNU, Selasa (8/3).

?

Negara Arab yang besar secara regional yaitu Mesir, Irak, dan Syiria, kini semuanya sedang dalam masalah.?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Senjata utama untuk mengalahkan Israel adalah kesatuan dan persatuan Arab. Selama negara Arab tidak bersatu, tidak mungkin bisa mengalahkan Israel,” tegasnya.?

Sebagaimana dilaporkan oleh Antara, bagian pertama dari Deklarasi Jakarta, OKI sepakat untuk mendukung usaha Arab Saudi dan Jordania untuk mempertahankan dan menjaga situs suci Masjid Al Aqsha.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Deklarasi Jakarta juga mengutuk dan menekan Israel untuk menghentikan pendudukan atau okupasi terhadap Yerusalem dan Palestina, serta pembangunan pemukiman ilegal di wilayah Palestina dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan.

Langkah-langkah tersebut disebutkan dalam butir pembentukan "Al Quds and Al Aqsha Funds" (dana Al Quds dan Al Aqsha) untuk membantu rehabilitasi Yerusalem berdasarkan kebutuhan rakyat Palestina.

Dana tersebut akan dihimpun dari sumbangan anggota negara-negara OKI, masyarakat umum dan sektor swasta, sekaligus memanggil semua warga Muslim untuk berpartisipasi dalam program tersebut.

Langkah konkret dalam Deklarasi Jakarta juga menyebut aksi boikot semua negara anggota OKI dan masyarakat internasional terhadap produk yang dihasilkan di Israel dan atau oleh Israel.

Poin-poin terakhir berisikan langkah OKI untuk mencapai solusi dua negara dengan mempromosikan dialog lintasagama, mengangkat isu Palestina pada radar internasional dan mendukung rekonsiliasi Palestina. (Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Olahraga, Lomba, Kajian Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 28 Maret 2017

Mengapa KH Wahab Chasbullah Layak Pahlawan Nasional (2)

Oleh Ahmad Baso

Setelah Resolusi Jihad dicetuskan, Kiai Wahab Chasbullah kemudian bergerak di lapangan. Itu ditunjukkan dari peran beliau sebagai komandan Barisan Kiai. Barisan Kiai tidak popular di kalangan kaum pergerakan merebut kemerdekaan. Tidak seperti Laskar Hisbullah pimpinan KH Zainul Arifin yang bermarkas di Malang atau Laskar Sabilillah di bawah komando KH Masykur.?

Mengapa KH Wahab Chasbullah Layak Pahlawan Nasional (2) (Sumber Gambar : Nu Online)
Mengapa KH Wahab Chasbullah Layak Pahlawan Nasional (2) (Sumber Gambar : Nu Online)

Mengapa KH Wahab Chasbullah Layak Pahlawan Nasional (2)

Peran sentral laskar kiai khos ini dikutip dari KH Saifuddin Zuhri di atas, sudah muncul sejak masa pendudukan Jepang. Pasca Resolusi Jihad, misinya kemudian lebih mengental untuk tujuan-tujuan khusus perjuangan mempertahankan kemerdekaan bangsa kita.

Apa itu Barisan Kiai dan Apa Peran Kiai Wahab?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dalam buku-buku sejarah resmi, apalagi yang diajarkan kepada anak-anak sekolah, nama Barisan Kiai tidak muncul. Sebutan ini dimunculkan eprt kali oleh seorang santri Kiai Wahab, yang juga aktif dalam pergerakan nasional, KH Saifuddin Zuhri. Dalam buku yang terbit setahun setelah Kiai Wahab wafat, KH Saifuddin Zuhri menulis “Di samping ada ‘Tentara Pembela Tanah-Air’, juga tersusun Laskar HIZBULLAH di bawah pimpinan Almarhum Zainul Arifin, Laskar SABILILLAH di bawah pimpinan Kiai Haji Masjkur, dan BARISAN KIAI dipimpin sendiri oleh Kiai Wahab.”?

Mengungkap peran Kiai Wahab sebagai komandan Barisan Kiai di era Revolusi Kemerdekaan tahun 1945-1949 memang amat susah. Karena Kiai Wahab sendiri menutupi keberadaan laskar kiai-kiai khos ini. Dan hanya orang-orang tertentu saja yang tahu.?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kalau peran Kiai Wahab ini bisa terungkap, sudah selayaknya beliau dapat penghargaan anugerah pahlawan nasional untuk tahun ini. Karena dengan barisan ini, perjuangan kemerdekaan di kalangan rakyat benar-benar menjadi dinamit yang mengekalkan semangat heroik dan daya juang rakyat kita di lapangan dalam berperang melawan penjajah.

Di antara sedikit orang yang tahu tentang Barisan Kiai itu, setidaknya dan tiga sumber yang bisa saya tunjukkan di sini:

Pertama, sumber yang ditulis oleh murid beliau sendiri, KH Saifuddin Zuhri. Pernah menjabat sebagai Menteri Agama di era Sukarno, KH Saifuddin Zuhri menulis tiga buku yang mengangkat kiprah Kiai Wahab selama Perang Kemerdekaan. Ketiga buku ini sudah sering saya kutip di atas.

Dalam buku ini Kiai wahab disebut sebagai komandan Barisan Kiai pusat.

Kedua, penuturan para informan pelaku sejarah yang pernah bergabung dalam Kesatuan Laskar Hizbullah Surakarta. Pengalaman mereka sudah dibukukan dengan judul Hizbullah Surakarta (UMS Karanganyar, 1992).?

Dalam buku ini disebut struktur pimpinan Barisan Kiai dan naman-nama kiainya. Karena ini kasusnya Hizbullah Surakarta, maka yang disebut di sana adalah Barisan Kiai Jawa Tengah pimpinan Kiai Ma’ruf; dan Barisan Kiai Surakarta pimpinan Kiai Abdurrahman. Barisan Kiai Sragen dipimpin Kiai Haji Bolkin, KH Muslim, Kiai Ridwan, Kiai Sujak dan Kiai Djarkasi.

Disebut juga: “Semula Sabilillah merupakan laskarnya Barisan Kiai. Tetapi para kiai menyadari, akhirnya Sabilillah yang ditampilkan.”?

Ketiga, penuturan seorang informan bernama Tamsiri Hadi Supriyanto, mantan komandan Hizbullah di wilayah Surakarta, yang kemudian ditulis oleh Tashadi dalam satu artikelnya berjudul “Hizbullah-Sabilillah Divisi Sunan Bonang dalam Revolusi Kemerdekaan: Lahir dan Pertumbuhannnya”.?

Dari sumber terakhir ini, kita temukan satu karakter Barisan Kiai. Tidak mendapat gaji, tidak mendapat jabatan tertentu, keiktu sertaan mereka dalam perjuangan kemerdekaan didasarkan pada keikhlasan dan semangat mempertahankan negara dan agama.

“Penasehat Laskar Hizbullah-Sabilillah adalah para ulama atau kiai yang memiliki peran dalam pembinaan mental dan ideologi, tetapi kadang-kadang mereka juga ikut berjuang di medan perang. Gabungan para ulama atau kiai dalam laskar Hizbullah-Sabilillah diberi nama Barisan Kiai”.?

Barisan Kiai tidak kalah gigihnya dengan ketiga lasykar di atas, dan langsung di bawah pimpinan Kiai Wahab Chasbullah sendiri. Keberadaan Barisan Kiai ini memang sangat dirahasiakan, karena anggotanya terdiri dari para kiai sepuh, yang memang tidak pernah muncul dipermukaan. Bahkan di antaranya sudah tua renta, yang berjalan dan melihatpun pun sudah tidak mamapu. Namun demikian, mereka tokoh yang disegani.

Kelahiran Barisan Kiai ini tidak diketahui persis, karena ia merupakan komitmen para kiai sejak lama dan ‘khas’. Tapi, Jepang mengetahui pergerakan mereka. Dan tak lama mereka menangkap serta memenjarakan tokoh-tokoh kunci, seperti Hadrotusy Syekh KH Hasyim Asy’ari, KH Machfudz Siddiq. Dan ternyata, para kiai yang ditangkapi tidak hanya di Jombang dan Surabaya, tapi juga di Wonosobo, Banyumas, Magelang. Sikap Jepang yang keras membuat Kiai Wahab Chasbullah, keliling Jawa, selama empat bulan, guna membela para koleganya yang dipenjara.

Disebutkan dalam buku ketiga di atas, Ketua Barisan Kiai Jawa Tengah KH Ma’ruf, Barisan Kiai Solo dipimpin KH Abdurrahman yang usianya sudah sangat uzur, Barisan Kiai Sragen dipimpin KH Bulkin. Para kiai itu menjadi pembimbing kapan musuh datang dan harus menyerang. Dan para kiai pula yang tergabung dalam Barisan Kiai yang memberi doktri bela negara-bela agama di kalangan para anggota laskar perjuangan. Dan itu semua berkat perjuangan al-maghfur-lah Kiai Wahab Chasbullah.?

Ahmad Baso, Wakil Ketua Pengurus Pusat Lakpesdam NU, penulis Agama NU untuk NKRI, Pesantren Studies, NU Studies, dan banyak buku lainnya. Artikel ini disampaikan dalam Seminar Nasional “KH. Abdul Wahab Chasbullah dalam Politik, Keagamaan dan Transformasi Sosial Masyarakat Indonesia: Usulan Bagi Pengangkatan Pahlawan Nasional”, yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Sosial Politik FISIP Universitas Nasional, Kamis, 24 April 2014, di Jakarta.?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nahdlatul, Hadits, Nusantara Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ahyar Abduh Buka Lomba Hadrah dan Pentas Seni Religi

Mataram, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Walikota Mataram, H. Ahyar Abduh, membuka Lomba Hadrah dan Pentas Seni Religi yang menjadi rangkaian Munas Alim Ulama dan Konbes Nahdlatul Ulama (NU) 2017, di Lapangan Karang Genteng, Mataram, Selasa (21/11).

Dalam kesempatan itu, hadir Pimpinan Pesantren Darul Hikmah Pagutan, TGH. Abdul Hamid; Sekretaris Panitia Daerah Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2017; H. Marinah Hardy bersama panitia dan ribuan warga Kota Mataram.

Ahyar Abduh Buka Lomba Hadrah dan Pentas Seni Religi (Sumber Gambar : Nu Online)
Ahyar Abduh Buka Lomba Hadrah dan Pentas Seni Religi (Sumber Gambar : Nu Online)

Ahyar Abduh Buka Lomba Hadrah dan Pentas Seni Religi

Dalam sambutannya sesaat sebelum membuka acara, Ahyar menegaskan keseriusan Kota Mataram yang dipimpinnya untuk menjamu tak kurang dari 1.500 tamu selama rangkaian kegiatannya di Mataram.

Demi melayani peserta Munas Alim Ulama dan Konbes NU ini, Ahyar menegaskan, Pemkot Mataram telah menyiapkan anggaran tak kurang dari Rp 2 miliar. Meski berkorban anggaran yang cukup besar, Ahyar menegaskan hal itu tak sebanding dengan keberkahan dan manfaat ekonomis yang dirasakan semua pihak atas kegiatan ini.

Ahyar meyakini, kehadiran para alim ulama di Mataram tentu akan membawa keberkahan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Bayangkan, besok yang akan datang ini tidak kurang dari 1.500. Ini suatu keberkahan yang besar karena alim ulama itu akan berkumpul di Mataram,” ujarnya.

Ia menegaskan, ulama dan kiai-kiai sepuh tersebut akan berkumpul membahas berbagai hal yang menyangkut kondisi kebangsaan, dan kondisi umat.

“Karena itulah, Pemerintah Kota Mataram memberikan dukungan sepenuhnya. Mempersiapkan diri sedemikian rupa untuk menyambut tamu-tamu mulia kita,” tegasnya.

Selama ini, Ahyar bersyukur karena Kota Mataram selalu dipercaya menjadi lokasi penyelenggaraan berbagai kegiatan nasional. Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan tersebut, menurutnya telah memberikan citra yang baik dan membawa manfaat bagi masyarakat Kota Mataram.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Karenanya, ketika menjadi tuan rumah untuk pelbagai kegiatan itu, pihaknya selalu mengusung tekad meraih Tri Sukses. Sukses penyelenggaraan, sukses pencitraan dan sukses ekonomi. Berkat kegiatan-kegiatan itu pula, Kota Mataram berhasil mencatatkan kemajuan yang menggembirakan. Salah satunya, adalah dengan kenaikan PAD yang jauh melampaui daerah-daerah lain di NTB.

Saat ini, sebut Ahyar, PAD Kota Mataram berada di angka Rp 350 miliar. Angka ini menurutnya adalah yang tertinggi diantara kabupaten/kota di NTB.

“Dan (sumber) pendapatan yang besar itu dari pariwisata, jasa perdagangan, perhotelan. Itu semua karena tamu-tamu kita senang datang ke Kota Mataram,” tegasnya.

Sementara itu, Sekretaris Panitia Daerah Munas Alim Ulama dan Konbes NU 2017, H. Marinah Hardy, menjelaskan Lomba Hadrah dan Pentas Seni Religi yang digelar di Lapangan Karang Genteng, Mataram itu sebagai pencerminan tema besar, Memperkokoh Nilai Kebangsaan Melalui Gerakan Deradikalisasi Dan Penguatan Ekonomi.

Kegiatan ini diharapkan bisa memberikan manfaat ekonomis sekaligus mendorong tumbuhnya aktivitas positif dari masyarakat setempat.

“Hajatan ini menjadi bagian agenda penting dari NU minimal dalam upaya kita memenuhi hajatan agar generasi kita, pada saat kegiatan ini bisa kita dorong untuk melakukan aktivitas yang bersifat religius, positif dan konstruktif. Di samping itu, juga ada unsur hiburan,” tegasnya.

Marinah juga menyerukan kepDari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah IMNU Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 27 Maret 2017

Pemkab Abai, Aliansi Muda NU Tasikmalaya Bersihkan Sampah

Tasikmalaya, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Generasi muda NU Singaparna Kabupaten Tasikmalaya bekerja sama dengan KNPI setempat menggelar aksi jalan kaki dari Jalan Muktamar XXIX NU menuju alun-alun Singaparna. Mereka secara bersama-sama melakukan bersih-bersih sampah di sepanjang jalan, Jumat (22/1).

Mereka terdiri atas pelajar NU, GP Ansor, Fatayat NU, dan KNPI Singaparna. Mereka tergabung dalam Forum Masyarakat Peduli Lingkungan (FMPL).

Pemkab Abai, Aliansi Muda NU Tasikmalaya Bersihkan Sampah (Sumber Gambar : Nu Online)
Pemkab Abai, Aliansi Muda NU Tasikmalaya Bersihkan Sampah (Sumber Gambar : Nu Online)

Pemkab Abai, Aliansi Muda NU Tasikmalaya Bersihkan Sampah

Aksi ini merupakan bentuk protes kepada pemerintah atas tumpukan sampah di beberapa titik di Singaparna selama tiga pekan terakhir.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Koordinatror FMPL Asep Abdul Rofik menyebutkan, sejak tiga minggu ke belakang banyak sampah menumpuk di beberapa titik di Singaparna. Penumpukan sampah ini terkesan ada unsur pembiaran oleh pemerintah.

Wakil Sekretaris GP Ansor Tasikmalaya ini melanjutkan, sudah banyak dari masyarakat Singaparna mengeluh ke FMPL. Pasalnya, selain tidak enak dipandang sampah juga sudah mengeluarkan bau busuk dan menjadi “terminal” nyamuk. Efek sampah itu juga bisa memicu timbulnya penyakit, pencemaran lingkungan, dan penyumbatan saluran air.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Apalagi wilayah Singaparna tidak hanya puskesmas, rumah sakit pun ada,” ujarnya.

Komisi III DPRD Kabupaten Tasikmalaya, kata Asep, harus menjadikan masalah sampah ini sebagai catatan penting bahan evaluasinya. Karena, pemerintah tidak berdaya lagi menangani sampah.

Dari sisi hukum, belum ada aturan yang mengikat soal pengolahan sampah. Yang ada hanya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah yang kewenangannya ada di pemerintah daerah.

“Namun hari ini pemerintah seolah-oleh tidak ada tindakan terkait penumpukan sampah,” tuturnya.

Ia menegaskan, bila hingga Ahad (24/1) nanti sampah tidak dibersihkan, FMPL dan masyarakat akan mendatangi pemkab setempat. “Kita bersama-sama warga dan seluruh OKP akan melakukan orasi dengan mempertanyakan penanganan sampah,” pungkasnya. (Husni Mubarok/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pertandingan, Warta Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 22 Maret 2017

Hasil Penelitian Ungkap Pandangan Perempuan soal Poligami

Tangerang Selatan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Poligami merupakan isu yang tidak bisa memaksa seseorang untuk harus setuju atau tidak setuju. Hal itu disampaikan oleh peraih PhD dalam Gender and Islamic Studies dari The University of Melbourne, Nina Nurmila. 

Hasil Penelitian Ungkap Pandangan Perempuan soal Poligami (Sumber Gambar : Nu Online)
Hasil Penelitian Ungkap Pandangan Perempuan soal Poligami (Sumber Gambar : Nu Online)

Hasil Penelitian Ungkap Pandangan Perempuan soal Poligami

“Saya lahir di (kehidupan) monogami. Saya penasaran dengan isu dan kehidupan poligami yang katanya indah,” ungkapnya saat diskusi Islam Kontemporer di Indonesia dan Australia di FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu (20/9).

Dosen UIN Sunan Gunung Jati Bandung itu mengungkapkan mayoritas pendapat yang ada di literatur tentang poligami adalah pendapat dari laki-laki normatif sehingga kemudian dilihat ada kekosongan ilmu pengetahuan yang harus diisi yaitu tentang bagaimana perspektif perempuan yang mengalami poligami itu sendiri. 

Ia menyebut ada tiga kelompok interpretasi tentang poligami di Indonesia. Pertama, menganggap bahwa poligami itu sunah rasul. Kelompok ini menganggap bahwa poligami bagian dari syariat Islam yang kemudian dipromosikan. Kelompok tersebut menurutnya hanya kelompok minoritas yang jumlahnya di bawah 5%.

Kedua, menganggap bahwa poligami boleh, asal adil. Kelompok ini menurutnya menjadi kelompok mayoritas yang jumlahnya 80 sampai 90%. Kelompok ketiga adalah yang mengharamkan poligami. Menurutnya kelompok ini jumlahnya kurang dari 5%. 

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Setelah melakukan penelitian di lapangan, penulis buku Women, Friday, and Everydaylife, menemukan banyak fakta yang menunjukkan bahwa poligami menimbulkan banyak kekerasan. Kekerasan tersebut meliputi fisik, psikologis, seksual, dan ekonomi. 

Hal tersebut dibuktikan melalui wawancara Nina dengan istri seorang anggota DPR yang dipoligami. Istri tersebut diceritakan berprofesi sebagai seorang guru dengan 6 anak. Kekerasan fisik dialami ketika perempuan tersebut bertengkar dengan suaminya sampai sang suami mendorongnya hingga terjatuh dan patah tangannya. 

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Pertengkaran tersebut dipicu oleh sakit hati karena mengetahui suaminya menikah lagi secara diam-diam,” tutur Nina.

Kekerasan psikologis juga dialami sang istri ketika sedang hamil, suaminya malah sibuk jalan-jalan dengan istri keduanya menggunakan mobil dinas yang baru diterimanya. Padahal, sementara sang istri mau ke dokter harus naik becak sampai becaknya jatuh dan terbalik. 

Selain itu, kekerasan ekonomi pun muncul dalam keadaan yang lain. Diceritakan Nina tentang adanya seorang suami yang lupa dengan kewajiban terhadap keluarga pertamanya setelah berpoligami. 

“Ia melupakan anak-anak yang menderita dan istri yang setiap hari menunggunya pulang dengan berharap menafkahinya,” ujarnya.

Menurutnya hal itu diperkeruh dengan adanya umat muslim yang mengklaim bahwa poligami adalah Islam, dan apabila tidak poligami berarti tidak menerima Islam secara kaffah. Padahal, ia menegaskan bahwa poligami bukan hanya dipraktikkan oleh Muslim.

“Contohnya Amerika, ada yang menikahi 21 istri sekaligus. Di satu rumahkan semua istrinya selama 12 tahun,” ujarnya. 

Selain Amerika, negara China dan Afrika pun mempraktikkan poligami tanpa memandang hal tersebut agama Islam atau bukan. 

Ia menegaskan, yang Islami bukan poligaminya, tetapi Islam dalam Al-Qur’an Surat Annisa ayat 2, ayat 3 dan 29 yang justru ditekankan adalah pentingnya berbuat adil. Sehingga menurutnya pentingnya berbuat adil itu dekat kalau hanya bermonogami. 

“Hanya agama Islam yang menulis secara jelas dan eksplisit untuk poligami. Tetapi sayangnya masyarakat membaca ayat poligami hanya setengah, tidak sampai tuntas. Padahal, beristri satu saja itu lebih dekat dengan tidak berbuat aniaya,” tambahnya.

Diskusi Islam Kontemporer di Indonesia dan Australia diselenggarakan Australian Embassy Jakarta dengan bekerja sama dengan PPIM UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Acara juga menghadirkan Director of Centre for Islamic

Thought and Education University of South Professor Mohamad Abdalla,  Australia Ismatu Ropi, Fahd Pahdepie, Nur Huda, Amelia Fauzia. (M Ilhamul Qolbi/Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pondok Pesantren, Kajian Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 21 Maret 2017

Ada Indikasi Masyarakat Dibungkam

Surabaya, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Rencana Lembaga Penyuluhan Bantuan Hukum (LPBH) PWNU Jawa Timur untuk mengajukan gugatan “class action” terhadap Lapindo Brantas Inc sementara tertunda karena warga yang menjadi korban enggan mendelegasikan wakilnya.

“Harusnya besok sudah dimulai tetapi warga sampai saat ini belum memberikan nama orang-orang yang menjadi perwakilan dalam class action nanti,” kata kata Ketua LPBH PWNU Jatim Sri Sugeng Pujiatmiko kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Surabaya, Kamis (29/5).

Sedianya gugatan diwakili 12 orang dari empat desa yang terkena lumpur panas, yakni Renokenongo, Siring, dan Jatirejo? dan Kedungbendo. Gugatan terkait ganti rugi yang akan diterima oleh para korban lumpur panas dan gas beracun yang saat ini masih belum jelas.

Ada Indikasi Masyarakat Dibungkam (Sumber Gambar : Nu Online)
Ada Indikasi Masyarakat Dibungkam (Sumber Gambar : Nu Online)

Ada Indikasi Masyarakat Dibungkam

Menurut Sugeng, tidak ditemukan adanya tekanan-tekanan langsung dari pihak tertentu. Namun sementara ini masyarakat tidak banyak menuntut karena dikhawatirkan pihak Lapindo malah akan lari dari tanggung jawab dan tidak akan mambayar ganti rugi. Selain itu, lanjut Sugeng, sebelumnya pihak Lapindo sudah mengeluarkan dana sebesar 12 miliar rupiah sebagai ganti rugi.

“Mungkin itu juga yang membikin masyarakat diam. Tapi jumlah itu sangat kecil untuk sekedar ganti rugi empat desa yang menjadi korban. Sementara untuk mengganti lahan yang benar-benar rusak, sampai sat ini belum jelas. Yang kita inginkan, masyarakat mendapatkan ganti yang jelas dan pantas,” kata Sugeng.

Meski begitu, dikatakan Sugeng, pihak LPBH PWNU Jawa Timur akan tetap melakukan upaya-upaya taktis untuk merealisasikan gugatan class action kepada pihak Lapindo. “Kita hanya memfasilitasi kalau masyarakat nggak mau ya bagaimana lagi. Tapi kita akan tetap melakukan upaya-upaya untuk itu,” katanya. (nam)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Sunnah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 17 Maret 2017

Hormati Tetangga, Sunan Kudus Tidak Sembelih Sapi

Tangerang Selatan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Islam datang bukan untuk menghancurkan peradaban yang sudah ada. Melainkan, Islam datang untuk menyempurnakan hal-hal yang sudah bagus dan menghapus sesuatu yang buruk serta menggantinya dengan sesuatu yang bagus.

Demikian disampaikan Direktur Islam Nusantara Center (INC) Ahmad Ginanjar Sya’ban saat mengisi diskusi dengan tema Manhaj Dakwah Islam Nusantara Walisongo di Islam Nusantara Center (INC) Ciputat Tangerang Selatan, Sabtu (19/8).

Hormati Tetangga, Sunan Kudus Tidak Sembelih Sapi (Sumber Gambar : Nu Online)
Hormati Tetangga, Sunan Kudus Tidak Sembelih Sapi (Sumber Gambar : Nu Online)

Hormati Tetangga, Sunan Kudus Tidak Sembelih Sapi

Ginanjar menerangkan, Walisongo menggunakan metode dakwah yang santun, merangkul, dan menghormati tradisi kebudayaan masyarakat setempat.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Oleh karena itu, Walisongo berhasil mengarusutamakan agama Islam di wilayah Nusantara, terutama Jawa. (Ahmad Muchlison/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nusantara, Pahlawan, Santri Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 14 Maret 2017

Diserang di Sosmed, Kiai Said Sikapi dengan Santai

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Hari-hari ini, nama KH Said Aqil Siroj ramai diperbincangkan di sosial media atas sejumlah pernyataannya yang dianggap kontraversial. Sejumlah videonya ceramah di masa lalu diupload sepotong-sepotong sehingga bisa menimbulkan salah tafsir.?

Diserang di Sosmed, Kiai Said Sikapi dengan Santai (Sumber Gambar : Nu Online)
Diserang di Sosmed, Kiai Said Sikapi dengan Santai (Sumber Gambar : Nu Online)

Diserang di Sosmed, Kiai Said Sikapi dengan Santai

Menanggapi kondisi tersebut, ia menyatakan tidak apa-apa dan tidak akan melakukan klarifikasi karena mereka yang menyebarkan isu tersebut sengaja mencari-cari kesalahan dan bahkan membuat orang menjadi salah paham atas sesuatu yang sudah jelas. ?

“Ngak apa-apa, berarti saya mendapat perhatian,” katanya santai kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah di gedung PBNU, Kamis (17/9).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia menuturkan, soal serupa pernah dialami oleh Rasulullah. Suatu ketika Nabi Muhammad pernah diisyukan sebagai orang gila, tapi hal ini malam menarik orang menjadi ingin tahu dan lebih mengenalnya.?

Jamaah haji dari Yastrib malah ingin tahu seperti apa orang gilanya. Setelah tahu malah bilang, ‘Ini yang sedang saya cari-cari nabi akhir zaman yang sering disebut-sebut orang Yahudi. Daripada keduluan Yahudi, kita dahulukan ikut beliau’.?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jika memang ingin serius mengkaji pendapatnya, Kiai Said menyarankan mereka untuk membaca sendiri kitabnya. Sebagai soal pendapatnya soal jenggot merujuk pada Akhbarul Hamqa karya Ibnu Al Jauziyah halaman 20. (Mukafi Niam)?

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pendidikan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Gus Mus: Konflik Kiai Bukan Perpecahan

Sumenep, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Budayawan KH Mustofa Bisri (Gus Mus) menilai, konflik politik yang terjadi di kalangan kiai dan ulama Nahdlatul Ulama (NU), pada dasarnya bukanlah suatu perpecahan. Konflik yang belakangan memunculkan istilah Kiai Kampung, Kiai Khos dan Kiai Langitan, menurutnya hanyalah sebuah perbedaan pendapat.

“Kalau saya, agar tidak bingung dan pusing, saya bilang bukan perpecahan. Saya anggap perbedaan pendapat saja. Kalau di atas tidak mau ngalah, ya kita di bawah yang ngalah,” ujar Gus Mus beberapa saat sebelum menjadi narasumber pada Dialog dan Orasi Budaya di Gedung Nasional Indonesia, Sumenep, Jawa Timur, Senin (2/4) kemarin.

Cara mengalah, sambung Gus Mus yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah, itu, yakni berusaha menerjemahkan perilaku pemimpin-pemimpin tersebut sebagai perbedaan pendapat. “Jadi, kalau perbedaan pendapat, itu wajar sekali,” katanya.

Gus Mus: Konflik Kiai Bukan Perpecahan (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Mus: Konflik Kiai Bukan Perpecahan (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Mus: Konflik Kiai Bukan Perpecahan

Ketika terjadi adu kekuatan dan massa, Gus Mus juga menganggap wajar. Alasannya, orang yang berbeda pendapat akan selalu mempertahankan pendapatnya masing-masing, dengan cara apa pun. “Oleh karena itu, kita mengharapkan dan berdoa, itu bukan suatu perpecahan, tapi hanya perbedaan pendapat,” tandasnya.

Hanya, menurut Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama itu, perbedaan pendapat itu sulit disatukan. “Apalagi masing-masing yang berbeda pendapat itu tidak bertemu, bagaimana mempersatukan?” tukasnya.

Untuk itu, dia meminta kepada masyarakat bawah untuk memahami masalah yang terjadi tersebut sebagai sebuah perbedaan pendapat. “Minta kepada masyarakat bawah lebih mudah, daripada minta yang di atas. Urusan mereka jika mau selesai atau tidak. Kalau mereka mau selesai, mereka bisa bertemu, kan gampang,” paparnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Menurut dia, kebanyakan persoalan dan konflik itu terjadi, karena budaya tabayyun atau bertanya, sudah banyak ditinggalkan. “Mestinya harus tabayyun,” ingatnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tentang adanya anggapan kiai lebih baik tidak berpolitik, Gus Mus berpendapat, siapa pun boleh berpolitik, termasuk kiai. “Kiai mana yang tidak boleh dan boleh berpolitik? Yang ngerti politik, ya silakan berpolitik, kalau tidak ngerti (politik), ya tidak usah,” ujarnya.

Dikatakan, ada bidang-bidang yang juga tidak kalah mulianya dengan politik. Seperti mendidik santri, mengayomi rakyat kecil, dan memikirkan orang bawah.

Dalam kesempatan itu, Gus Mus memaparkan, negara ini telah dipimpin dengan dua panglima. Yaitu, panglima politik pada saat Orde Lama dan panglima ekonomi ketika Orde Baru. Tapi ternyata, ketika reformasi saat ini, negara ini kembali dipimpin panglima politik.

“Saya pikir kok tidak kreatif orang Indonesia. Panglimanya kok politik dan ekonomi. Kenapa kok tidak sekali-kali panglimanya budaya,” kritiknya.

Gus Mus juga secara simbolis mencanangkan Gerakan Budaya Cinta Rasul dengan memukul beduk dan memotong nasi tumpeng atau yang dikenal orang Madura nasè’ rasol. Dengan pencanangan itu, dia berharap, dari Sumenep, budaya akan menjadi panglima di Indonesia.

Madura yang cukup banyak memiliki pondok pesantren dan juga santri, dia yakin, masyarakat tidak perlu lagi mencanangkan budaya cinta Rasul. “Tapi yang perlu dilakukan adalah budaya Rasulllah. Rasul ini manusia yang memanusiakan manusia. Banyak pemimpin saat ini yang kelihatannya manusia, tapi tidak ngerti manusia,” sindirnya. (gpa/sbh)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amalan, AlaSantri, Humor Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 10 Maret 2017

PMII Jombang Ajak Perkuat Kualitas Kader Ulul Albab

Jombang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai organisasi kaderisasi yang telah banyak melahirkan kader-kader terbaiknya berada dalam pos strategis, guna tetap memberikan sumbangsih positif terhadap bangsa dan agama, tentunya tidak lepas dari kuatnya ideologi PMII yang telah mengakar pada jiwa kader.

PMII Jombang Ajak Perkuat Kualitas Kader Ulul Albab (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Jombang Ajak Perkuat Kualitas Kader Ulul Albab (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Jombang Ajak Perkuat Kualitas Kader Ulul Albab

Hal tersebut, ialah manifestasi dari "Eka Citra" PMII yakni terbentuknya kader ulul albab, yang berjiwa pembela bangsa, penegak agama.

Hal itu juga yang selama ini ditekankan oleh Ketua Umum PMII Cabang Jombang, Aziz Dwi Prasetyo, dalam sambutannya di pelantikan Rayon Ekonomi dan Rayon Teknik Ektreme Komisariat Darul Ulum yang bertempat di Sekretariat Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jombang, Jumat (27/05) lalu.

?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia menjelaskan bahwa kejayaan sebuah organisasi adalah karena kualitas kader ulul albabnya.

"Undar memang sudah jaya dari masanya, namun lebih jayakan kembali melalui kualitas ulul albab para kader-kadernya, semua demi dan untuk Jombang dan pastinya Indonesia," ujarnya pada seluruh kader PMII yang hadir.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Lebih lanjut ia berharap jika karakter kader yang heterogen bukan menjadikan halangan dalam menjalankan amanah organisasi.

"Keberagaman keanggotaan PMII akan semakin menjadi energi dalam berkehidupan yang bernafaskan keislaman dan keindonesiaan, sebagai wujud keseimbangan kader ulul albab," imbuhnya.

Ia juga mengingatkan jika keluh kesah sahabat-sahabat ketua rayon akan semakin bertambah nilai hikmahnya ketika dimaknai sebagai ibadah, kembali ke tujuan PMII bab 4 pasal 4.

"Terbentuknya pribadi Muslim Indonesia ? yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap, dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya, dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia."

Sinergi juga dengan tema pelantikan "Menumbuhkan anggota dan kader yang solid, kritis serta tanggung jawab dalam berorganisasi," kata Abdul Rokhim, Ketua Komisariat Darul Ulum Jombang. Ia menambahkan jika tema berat di atas akan terasa ringan jika dalam prosesnya memiliki kualitas kader yang membukit "the price is responbility".?

Masih di Jombang, Pengurus Komisariat (PK) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) "Umar Tamim" Unipdu Jombang menggelar kaderisasi formal tingkat dua, yakni Pelatihan Kader Dasar (PKD) yang bertempat di Klenteng Gudo, Jombang pada Sabtu (28/05),.

Acara yang berlangsung selama 4 hari ke depan, mendapat antusias yang sangat besar dari para anggota, calon kader mujahid PMII, khususnya di kalangan lokal Jombang yang memang mempunyai anggota tidak sedikit.

Adam, Ketua Komisariat Umar Tamim Unipdu, mengatakan bahwa PKD kali ini diikuti sebanyak 29 peserta yang berasal dari Enam Rayon yang berada di naungan Komisariat Umar Tamim, juga delegasi dari komisariat lain.

Dengan mengusung tema "Membumikan kader mujahid sebagai intelektual komunikatif", Adam sapaan akrabnya, mengimbuhkan jika ia dan segenap pengurus memang sengaja menggelar kaderisasi formal tingkat dua tersebut di awal-awal periode.

"Tidak seperti biasanya, kami melaksanakan PKD pada awal periode, sebab PKD adalah proses pembentukan karakter, doktrinasi dan ideologisasi kader," terangnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan jika PKD dilaksanakan di akhir periode, maka tidak akan optimal dalam mengawal perkembangan kader secara langsung.

"untuk itu, kami selaku pengurus komisariat Umar Tamim Unipdu ingin membuat PKD lebih bermakna, sehingga kita bias memegang erat tangan mereka untuk aktif berkontribusi dan andil dalam menyumbangkan pemikirannya untuk PMII," jelasnya lebih dalam.

Ia juga berharap jika kegiatan PKD tersebut dapat menjadikan kader mujahid yang sesungguhnya.

"PKD kali ini difasilitatori langsung oleh Yohan Eko Prasetyo, dengan harapan dapat mencapai tema besar yang telah pengurus rumuskan bersama-sama", tambahnya. (Rf/Syamsul Arifin/Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Quote, Anti Hoax Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketum PB PMII Ajak Kader Istiqamah dalam Ber-NU

Kota Langsa, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua Umum Pengurus Besar (PB) PMII sahabat Aminuddin Maruf mengatakan di hadapan para kader PMII akan pentingnya menjaga sekaligus istiqamah dalam ber-NU dan ber-PMII. Hal itu ia sampaikan dalam acara Pelatihan Kader Lanjutan (PKL) selama empat hari yang bertempat di Dayah Seuramo Mekah Kota Langsa, Aceh.

"Jika PMII di Aceh ini kuat maka NU pun akan berdaya. Jika NU dan anak-anaknya berdaya di Aceh maka keutuhan juga akan semakin tumbuh," tuturnya.

Ketum PB PMII Ajak Kader Istiqamah dalam Ber-NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketum PB PMII Ajak Kader Istiqamah dalam Ber-NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Ketum PB PMII Ajak Kader Istiqamah dalam Ber-NU

Amin juga mengajak kepada setiap kader agar tetap konsisten dan tidak mudah terprovokasi dengan isu-isu sosial yang dapat memecah belah nasionalisme mereka sebagai mahasiswa yang berideologi Aswaja dan Pancasila.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Kader PMII juga perlu memberikan pencerahan sekaligus advokasi untuk terus mendorong terciptanya keadilan sebagai mana yang dicontohkan pendahulu-pendahulu kita, baik di NU maupun di PMII," pungkasnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pelatihan tersebut berlangsung 23-26 Februari 2017. Peserta yang andil dalam PKL kali ini merupakan perwakilan dari masing-masing cabang PMII se-Aceh, antara lain Kota Banda Aceh, Aceh Tengah, Aceh Tamiang, Lhokseumawe, Aceh Timur, dan Kota Langsa.

Selain Ketua Umum PB PMII, hadir pula dalam acara pembukaan Kamis itu Bendahara Umum PB PMII Ridwan Hasibuan, perwakilan Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kota Langsa, dan segenap jajaran pengurus Ikatan Alumni PMII (IKA PMII) di Aceh.

Pelatihan Kader Lanjutan ini dirangkai dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, sebagaimana kebiasaan masyarakat Aceh yang merayakan acara tahunan itu selama tiga bulan. (Fauzi E/Mahbib)



Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Santri Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 08 Maret 2017

Menengok Nuansa Islami di SDN 02 Brebes

Brebes, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Sekolah Dasar Negeri (SDN) Brebes 02 terus meneguhkan diri sebagai SD Negeri yang menerapkan model Islam. Proses pembelajaran, sarana dan prasarana serta busana yang dikenakan siswa-siswi sekolah mencerminkan nilai Islami yang kental. Tak terkecuali ornamen tembok sekolah berhiaskan Asmaul Husna. 

“Kami ingin menyelaraskan nilai-nilai Islami dalam kehidupan sehari-hari para siswa, guru dan warga sekolah lainnya,” terang Kepala SD N Model Islam Brebes 02, Yusti Puspitawati di ruang kerjanya, Sabtu (9/4/16) lalu. 

Yusti menjelaskan, SD 2 sebenarnya sudah menerapkan model Islam sejak 3 Oktober 2000, yakni dengan diterbitkannya surat dari Kementerian Agama Nomor MK.18/5.a/PP.02.1/3925/2000. Bersama dengan beberapa SD di Kabupaten Brebes telah ditetapkan sebagai sekolah umum model pendidikan agama Islam. “Kepala sekolah terdahulu sudah meletakan pondasi yang kuat untuk pelaksanaan program ini, saya hanya meneruskan,” ungkapnya. 

Menengok Nuansa Islami di SDN 02 Brebes (Sumber Gambar : Nu Online)
Menengok Nuansa Islami di SDN 02 Brebes (Sumber Gambar : Nu Online)

Menengok Nuansa Islami di SDN 02 Brebes

Ternyata, lanjutnya, orang tua murid sangat antusias menyekolahkan anak-anaknya dengan model PAI ini. Sehingga dari tahun ke tahun peminatnya makin banyak. “Sekarang siswa kami berjumlah 336 anak yang terbagi dalam 9 rombongan belajar. Mereka, 100 persen Islam, dan dibimbing oleh 16 guru,” urainya. 

Untuk menerapkan nilai-nilai Islam, kata Yusti, setiap siswa melakukan kegiatan pembiasaan. Untuk kelas 1-4 antara lain menghafal surat-surat pendek Al-Qur’an. Sedangkan untuk kelas 5 dan 6 pembacaan surat-surat Al-Qur’an dan Asmaul Husna. Juga melaksanakan sholat dhuha, dan sholat duhur berjamaah.

Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) seperti Isra Mikroj, Maulud Nabi, Nuzulul Quran dan kegiatan Islam lainnya selalu digelar, termasuk tadarus Al-Qur’an setiap Ramadhan.  

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kegiatan ekstrakurikuler juga banyak yang bernuansa Islam seperti Rebana, Tartil dan Tilawah Al-Qur’an, Baca Tulis Al-Qur’an, Kaligrafi, Rebana dan lain-lain. “Rebana pada tahun 2013 menjadi juara 1 tingkat Provinsi Jawa Tengah dan tahun 2014, 2015 dan 2016 hanya menjadi juara Kabupaten Brebes,” terang Yusti.  

Untuk menambah nuansa Islami, sambungnya, telah dipasang papan pajangan 99 Asmaul Husna. “Bel pergantian jam pelajaran juga diseting dengan lagu-lagu nasyid,” sambungnya. 

Yusti bertekad akan terus mempertahankan model Islam sebagai upaya meneruskan amanat dari Kementerian Agama. Selain itu dirinya juga berharap mendapat bimbingan dan evaluasidari berbagai pihak. “Kami mohon doa restu, agar SD N Model Islam Brebes 02 makin maju dan berkembang sehingga mampu mencetak generasi yang berkualitas dan berahlakul karimah,” harapnya dengan sepenuh hati. (Wasdiun/Zunus)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Cerita, Kyai Pimpinan Pusat Muhammadiyah

15 Ribu Nahdliyin Sidoarjo Ikuti Jalan Bareng Ansor

Sidoarjo,Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Jalan bareng santri di paseban Alun-alun Sidoarjo dalam rangka memperingati puncak Jambore Harlah Ansor ke-81 diikuti puluhan ribu warga NU dan masyarakat Sidoarjo. Mereka terdiri dari anak-anak, remaja, dewasa hingga orang tua.

15 Ribu Nahdliyin Sidoarjo Ikuti Jalan Bareng Ansor (Sumber Gambar : Nu Online)
15 Ribu Nahdliyin Sidoarjo Ikuti Jalan Bareng Ansor (Sumber Gambar : Nu Online)

15 Ribu Nahdliyin Sidoarjo Ikuti Jalan Bareng Ansor

Meski suasana mendung mengelilingi kota Udang ini, tidak menyurutkan semangat para peserta untuk melangkahkan kakinya guna mengikuti moment yang sangat spesial ini.

Ketua GP Ansor Sidoarjo Slamet Budiono mengatakan bahwa acara puncak jambore jalan bareng santri ini dalam rangka memperingati Harlah Ansor Ke-81. Dalam serangkaian acara ini peserta mendapatkan kupon gratis dari panitia yang akan diundi pada penghujung acara.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Alhamdulillah pesertanya melebihi dari target yang ditentukan oleh panitia. Untuk jalan bareng santri ini diikuti sekitar 15.000 peserta dari Banom NU mulai dari Ranting, PAC, PC hingga masyarakat Sidoarjo yang mengikuti Car Free Day di alun-alun Sidoarjo," Ahad (3/5).

Bupati Sidoarjo H Saiful Ilah dalam sambutan pemberangkatannya mengatakan bahwa dalam mengikuti jalan bareng santri ini harus tertib, kondusif dan mematuhi peraturan yang sudah diberikan oleh panitia.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Saya berpesan kepada semua peserta jalan bareng santri agar mempererat kekeluargaan, persahabatan, persaudaraan dan kebersamaan antar peserta jalan sehat,” tutur Abah Ipul sapaan akrab Bupati.

Nampak hadir dalam acara itu Wakil Bupati Sidoarjo H MG Hadi Sutjipto, Ketua DPRD Sidoarjo H Sulamul Hadi Nurmawan, Ketua GP Ansor Sidoarjo Slamet Budiono, Rektor Unusida, Kepala Kemenag Sidoarjo dan beberapa pejabat di lingkungan Kabupaten Sidoarjo/Forpimda.

Setelah peserta diberangkatkan oleh Bupati, para peserta kemudian menempuh jalan yang sudah ditentukan oleh panitia yakni alun-alun Sidoarjo menuju ke Selatan lewat Slautan, kemudian kembali lagi ke alun-alun Sidoarjo untuk mendapatkan hadiah atau door price dari panitia dan hadiah utama berupa sepeda motor Honda. (Moh Kholidun/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah RMI NU, Meme Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 07 Maret 2017

SDIT Harapan Umat Brebes Tak Gelar Upacara 17-an

Brebes, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Di saat anak-anak sekolah di berbagai tingkatan baik SD/MI, SMP/MTs maupun SMA/SMK/MA? berangkat upacara HUT ke-70 RI, ratusan anak di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Harapan Umat Brebes, Jateng justru meliburkan siswanya. Terang saja, sekolah yang terletak di Jalan Yos Sudarso tersebut tidak mengadakan upacara 17-an.

Keberanian Kepala Sekolah tidak menggelar upacara mendapat reaksi keras dari para orang tua murid dan mendapat sorotan dari elemen masyarakat termasuk media sosial. Bahkan Dandim 0713/Brebes? dan Polres Brebes langsung mengadakan klarifikasi ke sekolah tersebut.

SDIT Harapan Umat Brebes Tak Gelar Upacara 17-an (Sumber Gambar : Nu Online)
SDIT Harapan Umat Brebes Tak Gelar Upacara 17-an (Sumber Gambar : Nu Online)

SDIT Harapan Umat Brebes Tak Gelar Upacara 17-an

Dandim 0713 Brebes, Letkol Inf Efdal Nazra mengatakan, setiap sekolah wajib melaksanakan upacara bendera dalam rangka HUT Kemerdekaan RI. Itu sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap para pejuang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan Indonesia. Karena itu, sebagai penerus bangsa berkewajiban mengisi kemerdekaan sebaik mungkin.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Saya baru tahu ada sekolah yang tidak melaksanakan upacara bendera hari ini. Saya akan cek dulu, dan apa alasanya tidak melaksanakan upacara bendera itu," tandasnya.

Kepala Sekolah SD IT Harapan Umat Brebes, Ratoni saat dikonfirmasi mengakui kalau sekolahnya tidak melaksanakan upacara 17-an. Meski mengakui, tetapi dia membantah kalau upacara 17-an tidak dilaksanakan karena sebenarnya sudah dilakukan dengan menggabungkan upacara hari pramuka pada 14 Agustus lalu.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketika didesak apa bukti-buktinya melaksanakan upacara 17-an antara lain pembacaan teks proklamasi, Ratoni tampak gelagapan tidak bisa menunjukan bukti-buktinya.? "Ini memang kebijakan sekolah kami. Tapi, bukan berarti kami tidak menghargai Hari Kemerdekaan RI. Sebab, kegiatan upacara itu sudah dilaksanakan pada 14 Agustus lalu bersamaan peringatan Hari Pramuka," bantahnya.

Ratoni yang biasa disapa Ahmad Fatoni ini juga beralasan kenapa tidak melaksanakan upacara 17-an karena siswanya banyak yang jauh seperti dari Losari, Larangan dan yang jaraknya jauh. Lagi pula tanggal 17 Agustus adalah tanggal merah yang artinya hari libur. Selain itu, sekolah juga tidak mendapat arahan dari Dinas Pendidikan, terkait kewajiban melaksanakan upacara bendara HUT Kemerdekaan RI. "Atas pertimbangan ini, kami berinisiatif meliburkan seluruh siswa," paparnya

Anggota DPRD Kabupaten Brebes, Pamor Wijaksono sangat menyayangkan dan menyesalkan tindakan sekolah tersebut. Kebijakan yang diterapkan itu dinilai salah. Apalagi, bagi siswa SD. Sebab, pendidikan nasionalisme sejak dini sangat penting. Karena itu, pihaknya meminta dinas terkait untuk mengambil langkah atas kejadian tersebut.

"Itu jelas salah, karena semua sekolah wajib melaksanakannya. Ini penting bagi penanaman nasionalisme pada anak-anak sebagai penerus bangsa," tandasnya. (Wasdiun/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah News, Khutbah, Hikmah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Haji Baiknya Dilakukan Sekali Saja

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Menteri Agama (Menag) Maftuh Basyuni mengimbau agar ibadah haji dilakukan hanya sekali seumur hidup sesuai dengan kewajiban setiap umat Islam. Menurut dia, naik haji berkali-kali bisa memunculkan perasaan sombong atau riya.

"Saya khawatir surganya kelewatan. Karena tiap tahun dilakukan terkesan angkuh dan sombong. Kita lihat seperti pembuktian terhadap tetangga," kata kata Menag pada evaluasi penyelenggaraan ibadah haji 1427 H di Jakarta, Ahad (11/3).

Haji Baiknya Dilakukan Sekali Saja (Sumber Gambar : Nu Online)
Haji Baiknya Dilakukan Sekali Saja (Sumber Gambar : Nu Online)

Haji Baiknya Dilakukan Sekali Saja

Walau demikian, Maftuh menambahkan ada pihak-pihak yang diperbolehkan naik haji berkali-kali. Contohnya adalah petugas haji, muhrim dan undangan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Petugas memang kita prioritaskan bagi yang pernah. Sebab kalau belum kan kurang pengalaman. Sedang muhrim itu misalnya suami isteri sudah naik haji, tapi lalu suaminya pergi lagi bersama anaknya. Lalu saya tidak bisa melarang kalau ada yang mengundang. Itu hak tuan rumah," jelasnya.

Menurut Maftuh, kewajiban haji hanya sekali, bila dilakukan berkali-kali maka hukumnya adalah sunnah. Oleh karena itu, Maftuh ia bermaksud mengubah interpretasi tentang ibadah haji dengan mengeluarkan himbauan agar tidak perlu naik haji setiap tahunnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ditambahkan, pihaknya berupaya untuk meningkatan pelayanan terhadap jamaah haji pada musim haji tahun 1428 Hijriyah atau 2007. Karena itu persiapan haji berikutnya akan lebih matang dan mengusahakan kenyamanan jamaah.

Menag tidak ingin kasus kelaparan jamaah di Arafah dan Mina terulang lagi. “Semua akan dibenahi, sehingga tidak terjerumus untuk kedua kalinya,” katanya.

Langkah awal yang diambil lanjut Menag, adalah mengecek dan mempersiapkan perumahan bagi jamaah haji mendatang. Kini dia tengah mempersiapkan tim dan segera mengirimkannya ke Arab Saudi.

"Kita akan kirim dalam waktu dekat seusai evaluasi," kata Maftuh seraya berjanji tidak akan menyewa perumahan yang berjejal-jejal. "Supaya kita tidak mengalami kesulitan," ujarnya.

Selain penginapan, menteri agama juga akan membereskan katering yang bermasalah pada musim haji 1427 H. Hal itu sedang dipersiapkan pemerintah Indonesia bekerjasama dengan pemerintah Arab Saudi. “Kita tetap berusaha untuk lebih baik, dan tidak ingin mengecewakan pengorbanan jamaah," katanya. (dpg/nam)Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Kajian Sunnah, Pemurnian Aqidah, Daerah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 06 Maret 2017

Debat Teologi KH Wahab Chasbullah dengan Gubernur Hindia Belanda

Dalam suatu kesempatan diplomasi antara Van der Plas (Gubernur Hindia Belanda untuk wilayah Jawa Timur sebelum Jepang mengalahkan Belanda tahun 1942) dengan KH A Wahab Chasbullah, diceritakan sebelum masuk ke pembicaraan inti, Van der Plas terlebih dahulu hendak menguji kecakapan Kiai Wahab Chasbullah dalam bidang teologi.?

Ia mengajukan satu pertanyaan ? dan lewat pertanyaan ini ia menduga Kiai Wahab akan terperangkap pada pertanyaan pembuka tersebut.

“Kiai, menurut Kiai lebih enak dan nyaman mana antara bernaung di bawah pohon hidup dengan bernaung di bawah pohon yang mati,” tanya Van der Plas.

Debat Teologi KH Wahab Chasbullah dengan Gubernur Hindia Belanda (Sumber Gambar : Nu Online)
Debat Teologi KH Wahab Chasbullah dengan Gubernur Hindia Belanda (Sumber Gambar : Nu Online)

Debat Teologi KH Wahab Chasbullah dengan Gubernur Hindia Belanda

Demi mendengar pertanyaan di atas, Kiai Wabab langsung paham, bahwa yang dimaksud dengan “pohon mati” dan “pohon hidup” dalam kalimat pertanyaan tersebut bukanlah arti harfiah atau makna hakiki yang dikehendaki Van der Plas, melainkan arti majazi, ada makna tersirat dalam kalimat tersebut yang sengaja disajikan secara implisit untuk menjebaknya di awal pembicaraan.

Kiai Wahab Chasbullah sebagai Kiai yang sekian lama nyantri di banyak pesantren termasuk berguru ilmu alat kepada Syaikhona Kholil Bangkalan, pastilah beliau telah matang dalam menguasai ilmu mantiq (logika Aristoteles) dan balaghoh (susastra arab) sehingga tidak sulit bagi Kiai Wahab memahami esensi yang terkandung di balik kalimat pertanyaan tersebut.

Kiai Wahab dengan cepat mampu menafsirkan bahwa “pohon hidup” yang dikehendaki Van der Plas ialah Nabi Isa yang masih hidup sampai kini di langit. Hal ini sebagai representasi agama Kristen agamanaya pemerintah Hindia Belanda, dan “pohon mati” diinterpretasikan dengan Nabi Muhammad yang sudah wafat sebagai representasi agama Islam, agamanya mayoritas orang pribumi Nusantara.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Saya lebih memilih beteteduh di pohon mati,” jawab Kiai Wahab mantap.

Mendengar jawaban Kiai Wahab, Van der Plas kaget, tak mengira sebelumnya bila Kiai Wahab akan menjawab demikian.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Bagaimana bisa Kiai memilih berteduh di bawah pohon mati, apa argumentasinya?”

“Sejam saja saya berada di bawah pohon hidup di waktu malam sudah begitu tersiksa, ada gigitan nyamuk, hawa dingin, suasana senyap, semua itu membuat saya tidak tahan. Tapi tiap malam saya berteduh di pohon mati justru begitu nikmat dan nyamannya. Lihat dalam gedung ini, itu reng-reng di atas, balok-balok, ? bukankah itu semua pohon mati,” jawab Kiai Wahab begitu taktisnya.

Fragmen cerita perdebatan di atas beberapa kali penulis dengar dari cerita almagfurlah KH Abdul Aziz Mansyur, Pengasuh Pondok Pesantren Pacul Gowang Jombang dan Pimpinan Badan Pembina dan Kesejahteraan Pondok Pesantren Lirboyo (BPK P2L) dalam beberapa kesempatan ceramahnya.?

Meskipun belum ditemukan dalam literatur tertentu atau buku sejarah, tapi setidaknya fragmen seperti ini dapat kita golongkan sebagai sejarah lisan munurut Kuntowijoyo. Pasti almarhum KH Abdul Aziz Mansur yang wafat pada akhir tahun lalu punya referensi. Setidaknya pernah mendapat tuturan cerita di atas dari orang tua terdahulu yang menjumpai langsung zaman kolonialisme Belanda. (M Haromain)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib, Syariah, Pertandingan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 05 Maret 2017

Gereja Tulang Bawang: Upaya Ansor Bagus untuk Tekan Konflik

Tulang Bawang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah ?

Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Tulang Bawang, Lampung menyambut baik harakah Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor yang menginisiasi komunikasi lintas agama di Pesantren Daarul Islah, Kampung Purwajaya, Kecamatan Banjarmargo, Selasa (22/8).

KWI menyampaikan itu melalui pengurus harian, Purwo Warsito. Menurut dia, forum dialog digelar Ansor Tulang Bawang bagus untuk mencegah konflik.

Gereja Tulang Bawang: Upaya Ansor Bagus untuk Tekan Konflik (Sumber Gambar : Nu Online)
Gereja Tulang Bawang: Upaya Ansor Bagus untuk Tekan Konflik (Sumber Gambar : Nu Online)

Gereja Tulang Bawang: Upaya Ansor Bagus untuk Tekan Konflik

"Semua agama punya tujuan agar penganutnya mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Supaya rukun harus ada dialog, komunikasi semacam ini," ujarnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua MUI setempat, Yantori, turut mengapresiasi positif kegiatan tersebut. Menurut dia, dialog tersebut akan memperkuat toleransi kerukunan, saling menghargai, serta tidak ikut campur dengan urusan agama orang lain.

"Indonesia ini multikultur, kadang komunikasi antarummat beragama sulit dilakukan, karena ada oknum atau kelompok yang memutlakkan sesuatu, padahal yang mutlak itu hanya milik Tuhan," ujar Purnomo Sidi dari Badan Kerjasama Antar Gereja (BKAG) menambahkan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Perwakilan dari Parisada Hindu Ketut Swarte melanjutkan, manusia setara dan sama. Sehingga tidak perlu bermusuhan.

"Saling menghargai bukan hanya dengan manusia, tapi juga dengan lingkungan," kata dia lagi.

Ketua GP Ansor Tulang Bawang, Hariyanto mengatakan, kegiatan organisasinya dilakukan untuk mencegah konflik dan mempererat persatuan warga di daerah tersebut pada khususnya dan Indonesia umumnya.

Acara bertema “Peningkatan Rasa Saling Merasa Memiliki Negara Ini, Tidak Merasa Paling Benar dan Menjaga Persatuan Antarumat Beragama” itu dihadiri Kepala Kesbangpol Agus waluyo, dan sejumlah ormas keagamaan kemasyarakatan dan kepemudaan? setempat serta dari unsur Polri-TNI.

Kegiatan dimoderatori Sekretaris Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Azis, pembicara utama Sekretaris Kementerian Agama, Kabupaten Tulang Bawang, Sanusi.

"Terima kasih untuk semua pihak yang membantu terlaksananya kegiatan ini," pungkas Hariyanto. (Gatot Arifianto/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Makam, Kiai Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 04 Maret 2017

Liputan Terorisme, Media Didorong Tidak Kedepankan Glorifikasi Pelaku

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Para pelaku terorisme tidak jarang memanfaatkan media justru sebagai alat menyebarkan rasa takut di tengah-tengah masyarakat. Oleh sebab itu, media tidak mengeksplorasi potensi-potensi yang bisa membuat para teroris menjadi menang. Artinya, kejayaan (glorifikasi) pada diri mereka tidak diangkat menjadi konsumsi publik.

Liputan Terorisme, Media Didorong Tidak Kedepankan Glorifikasi Pelaku (Sumber Gambar : Nu Online)
Liputan Terorisme, Media Didorong Tidak Kedepankan Glorifikasi Pelaku (Sumber Gambar : Nu Online)

Liputan Terorisme, Media Didorong Tidak Kedepankan Glorifikasi Pelaku

Hal ini disampaikan oleh Direktur Deradikalisasi BNPT Brigjen Polisi Hamidin dalam diskusi bertajuk Diseminasi Pedoman Peliputan dan Peningkatan Profesionalisme Media Masa Pers dalam Meliput Isu-isu Terorisme yang diselenggarakan oleh Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DKI Jakarta, Kamis (7/4) di Gedung Hall of Blessing ITC Cempaka Mas, Jakarta Pusat.

"Contoh kasus terkini, kasus Siyono. Ada sebuah media nasional yang menulis berita dengan judul Jenazah Harum Siyono. Menurut saya Dewan Pers harus menegur hal itu," ujar Jenderal Polisi bintang satu ini.

Lebih jauh, Hamidin mengungkapkan bahwa kaderisasi teroris saat ini tidak lagi face to face (bertemu langsung), tetapi mereka menggali sendiri lewat media di internet, baik paham radikal sampai merakit bom.

"Sebab itu, saya sendiri cukup tertarik saat bom Thamrin. Media memberitakan hal-hal yang justru menguatkan masyarakat, seperti mengekspose tukang sate dan penjual kacang rebus yang sedang asyik berjualan di tengah serangan bom," terang Hamidin.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senada dengan Hamidin, Ketua Dewan Pers Yoseph Adi Prasetyo mengatakan, media jangan menjadikan media sosial sebagai sumber utama, karena media sosial hanya sebatas informasi yang perlu diverifikasi lebih lanjut.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Media juga jangan terlalu over dalam liputan, seperti menyorot bentrokan antara Polisi dan teroris sambil menunduk-nunduk misalnya. Selain membahayakan dirinya sendiri, liputan tersebut juga tidak baik untuk konsumsi publik," ujar Yoseph.

Media, lanjut Yoseph, juga jangan sembarangan dalam mencari narasumber. Jangan mentang-mentang orang tersebut mantan Kepala BIN, lalu dimintai keterangan tentang kasus terorisme yang sedang terjadi. "Padahal si orang tersebut sudah tidak update lagi sehingga akan memunculkan persoalan baru bagi negara dan masyarakat," ? tuturnya.

Selanjutnya, Yoseph memberikan petunjuk kepada 180 wartawan yang hadir untuk mengakses pedoman peliputan untuk isu-isu terorisme di www.dewanpers.or.id.

Selain kedua narasumber tersebut, hadir juga sebagai narasumber jurnalis Tempo Sunu dan mantan teroris Nasir Abbas serta 180 wartawan media online, cetak, dan televisi yang hadir sebagai peserta. (Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Doa Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 03 Maret 2017

Nahdlatul Ulama dan Institutional Building

Oleh M. Misbahus Salam

--Di dalam tubuh NU ada istilah "jam’iyah" dan "jama’ah". Keduanya merupakan kekuatan tersendiri bagi NU. Jam’iyah adalah orang yang bergambung dalam struktur NU, sedangkan Jama’ah adalah orang yang yang secara cultur mengikuti ajaran dan amaliah yang dilakukan oleh Ulama-Ulama NU.

Dalam sejarah NU, urusan pembinaan dan pengelolaannya sebagai Jam’iyah dan Jama’ah telah mengalami beberapa periode. Periode ini ditulis oleh saksi sejarah dan santri dari Hadaratus syekh KH. Hasyim Asy’ari yaitu KH. Abdul Muhith Muzadi dengan judul Pengelolaan NU sebagai Jam’iyah dan Jama’ah

Kiai Muhith menuturkan bahwa ada beberapa periode ;pertama ; Mulai berdirinya sampai awal dasawarsa 1930-an, NU dikelola secara sederhana sekali oleh para ulama dengan bantuan beberapa orang yang mengerti dan dapat mengerjakan urusan organisasi dan administrasi seperlunya. Para pembantu inilah yang kemudian berkembang menjadi “Tanfidziah”. Dapat dibayangkan bahwa pembinaan bidang organisasi dan administrasi masih lemah dan sederhana. Meskipun sederhana tapi tertib.  

Nahdlatul Ulama dan Institutional Building (Sumber Gambar : Nu Online)
Nahdlatul Ulama dan Institutional Building (Sumber Gambar : Nu Online)

Nahdlatul Ulama dan Institutional Building

Kedua ; pada pertengahan 1930-an dengan tampilnya beberapa tenaga baru didalam kepengurusan NU, maka pengelolaan NU sebagai jam’iyah terasa ada paningkatan seperti tergambar pada penjelasan tersebut di atas, yaitu pasa zaman kepemimpinan almarhum KH. Machfudz Shiddiq sebagai ketua PB NU dan almarhum H. Aziz Dijar sebagai sekertaris  jendral (dahulu namanya Voorzitter dan Algemeen secretaries).  

Ketiga; Pada zaman panjajahan Jepang, sama sekali tidak dapat dilakukan pembinaan organisatoris administratif (jam’iyah), hanya dapat dilakukan pembinaan NU secara jama’ah.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Keempat; Pada zaman refolusi fisik, NU juga tidak sempat melakukan pembinaan organisatoris administratif secara intensif, karena kesibukan perjuangan bersenjata.

Kelima ; Sesudah refolusi fisik selesai (dasawarsa 1950-an), NU berusaha membenahi diri, terutama menampilkan kembali eksistensinya setelah bertahun-tahun “tenggelam” ditelan Jepang, ditelan refolusi dan terakhir dalam Masyumi. NU berhasil menampilkan eksistensinya secara mengagumkan, menjadi partai ketiga dari empat besar. Tetapi NU kemudian terlihat didalam politik praktis yang berlebihan, sekaligus juga pertentangan terus menerus, sehingga pembinaan internal (organisatoris, administratif dan idiologis) terbengkalai lagi.

Keenam; Sesudah memfusikan fungsi politiknya didalam PPP, sekali lagi NU terlihat didalam politik praktis yang berlebihan, dan sekaligus pertentangan terus menerus, sehingga tetap saja pembinaan organisatoris administratif terbengkelai lagi.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketujuh ; Sesudah kembali kepada khittahnya, NU rupanya belum juga sempat secara serius dan intensif melakukan “pembinaan” dibidang perubahan wawasan. Itupun masih mengalami banyak hambatan, yang sebagian merupakan akibat dari lemahnya pembinaan administrasi organisasi, kelemahan pembinaan NU sebagai jam’iyah. Tapi dengan masuknya kalangan akademisi kepengurusan NU, secara bertahap dapat  melakukan juga penguatan organisasi melalui perbaikan administrasi dan manajemen organisasi.

Pengelolaan NU secara organisatoris sangat nampak pada era kepemimpinan Gus Dur, dan saat Gus Dur jadi Presiden. NU berkembang dengan pengelolaan dan penataan manajemen modern, kantor-kator NU berdiri hingga ke tingkat Cabang, MWC dan Ranting. Lembaga dan Lajnah serta badan otonom NU berjalan sesuai dengan perencanaan program masing-masing. PBNU pun memiliki kantor yang cukup megah dengan perangkat Informasi dan tehnologi berupa Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Umat NU  saat ini sangat mendambakan peran-peran struktur di NU (Mustasyar, Syuriyah, Tanfdziyah, Lembaga dan lajnah) berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Rekrutmen pengurus NU yang akan datang tentu tidak hanya yang ahli dalam ilmu fiqh dan tashawwuf, tapi perlu orang-orang yang memiliki keahlian dalam bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan kondisi masyarakat. Program-program NU tidak hanya menggantungkan diri pada Rais Am dan Ketua Umum, pengurus yang lain harus bergerak sesuai dengan pembagian bidangnya masing-masing.  

Dalam kondisi NU sekarang yang sedang menghadapi berbagai tantangan antara lain; merebaknya ideologi yang bertentangan dengan ideologi NU, baik di bidang aqidah, syari’ah, maupun dalam konteks kenegaraan Republik Indonesia, adanya pasar bebas yang membutuhkan kemampuan ilmu ekonomi dan SDM, melemahnya peran-peran NU ditingkat nasional maupun internasional, dan krisis kepercayaan ummat pada para pemimpin, maka NU harus memperkuat institusional building, membangun NU secara organisatoris, bukan berfikir pada personal tokoh siapa yang akan menjadi Rais Am dan ketua Umum NU. Jika berfikirnya berangkat dari personal tokoh justru akan terjadi konflik kepentingan yang tidak menguntungkan NU. Era sekarang ini tentu sudah berbeda dengan dua puluh tahun yang lalu, Pengurus Cabang, MWC dan Ranting sudah banyak yang berpendidikan tinggi. Mereka sudah bisa menilai dengan mata hati mereka siapa yang sungguh-sungguh berjuang di NU dan siapa yang pantas memimpin NU.

Termasuk terjadinya tarik ulur perdebatan tentang konsep Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) dalam Muktamar yang akan datang,  para pengurus NU di bawah sangat paham apakah itu sebuah rekayasa atau bukan.  Wallahu a’lam bishawab.

 

HM. Misbahus Salam, alumni Pondok Pesatren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, Pengasuh Yayasan Raudlah Darus Salam Sukorejo Bangsalsari Jember dan Wakil Ketua PCNU Jember

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah News, Pondok Pesantren Pimpinan Pusat Muhammadiyah