Rabu, 31 Desember 2014

Ansor Ciptakan Wirausaha Muda di Bidang Perikanan

Simalungun, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Balai Besar Peningkatan Produktivitas (BBPP) Kementerian Tenaga Kerja Republik Indonesia bekerja sama dengan Pimpinan Pusat GP Ansor mengadakan pelatihan pengembangan budidaya ikan air tawar di Kabupaten ? Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Melalui kegiatan ini diharapkan para pemuda di Kabupaten Simalungun untuk berwirausaha secara mandiri guna meningkatkan sumberdaya ekonomi pada 17-20 April.

Ansor Ciptakan Wirausaha Muda di Bidang Perikanan (Sumber Gambar : Nu Online)
Ansor Ciptakan Wirausaha Muda di Bidang Perikanan (Sumber Gambar : Nu Online)

Ansor Ciptakan Wirausaha Muda di Bidang Perikanan

Pelatihan ini juga dihadiri oleh perwakilan pemerintah setempat, dan berharap program ini bisa menjadi spirit dalam memajukan serta peningkatan produktivitas pemuda di Kabupaten Simalungun khususnya di bawah koordinasi GP Ansor. Kepala Balai Besar Peningkatan Produktivitas BBPP Hj. Sri Indarti, melalui Risman S. Manik dalam sambutan pembukaan berharap pelatihan ini bisa memberi manfaat lebih bagi pemuda di Kab. Simalunhun untuk terus mengembangkan segala potensi yang ada dan harus ditingkatkan.

“Ayo Gerakan Pemuda Ansor dan elemen Pemuda yang lain berlomba-lomba membangun desa dengan berwirausaha untuk menciptakan lapangan kerja baru, apalagi dengan kehadiran dan dukungan semua pihak yang ada di pemerintahan, bersinergi dengan pemerintah daerah untuk mewujudkan generasi muda Ansor yang produktif di kabupaten Simalungun,” katanya.?

Selanjutnya Ketua Bidang Pertanian dan Kedaulatan Pangan PP GP Ansor H Adhe Musa Said berharap kerjasama antara Kementerian Ketenagakerjaan dengan Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor bisa melahirkan wirausaha-wirausaha mandiri dan profesional dalam segala bidang profesi, hal ini sejalan dengan visi GP Ansor dan pemerintah untuk membangun sektor riil di masyarakat, yaitu membangun kemandirian kader dan menciptakan pengusaha-pengusaha muda yang lebih kreatif dan profesional, seperti juga harapan Menteri Ketenagakerjaan H. M. Hanif ? Dhakiri

“Pak Menteri berharap generasi muda Indonesia khususnya GP Ansor harus menjadi pelopor bangkitnya semangat berwirausaha dibidang apapun sesuai dengan minat dan bakat yang bisa dikembangkan, Pemuda Ansor harus maju, mandiri, dan mampu menjadi inspirasi serta motivasi bagi pemuda lainnya,” kata Adhe

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ditambahkannya, ? “Amanah Ketua Umum PP GP Ansor H. Yaqut Cholil Qoumas, perlu saya sampaikan untuk seluruh Kader GP Ansor harus mampu menjadi penggerak ekonomi rakyat di daerahnya masing-masing,” imbuhnya.

Sementara itu PW GP Ansor Sumatra Utara El Suhaimi dan Ketua PC GP Ansor Simalungun Agus sangat berterima kasih atas adanya pelatihan ini semoga kegiatan ini yang diikuti 100 lebih peserta dari Kabupaten Simalungun dan sekitarnya bisa menjadi spirit baru bagi GP Ansor di wilayah Sumatra Utara.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua PC GP Ansor Kota Pematangsiantar, Arjuna SP, mengharapkan kegiatan pelatihan ini dapat dilanjutkan ke kabupaten/kota lain di Sumatera Utara. Tentunya disesuaikan dengan potensi daerah masing-masing melalui kerjasama dengan berbagai pihak baik kementerian maupun swasta karena Ansor adalah perangkat organisasi NU yang mengemban mandat melaksanakan pemberdayaan, penguatan sumber daya, dan keterampilan di kalangan pemuda, serta keberlangsungan paham Ahlussunnah wal Jamaah ? dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Red: Mukafi Niam

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hikmah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 29 Desember 2014

Feminis Sufistik, Mendobrak Patriarki Pesantren: Telaah Novel Masriyah Amva

Oleh? Abdul Malik Mughni

Perkembangan gerakan feminisme di Indonesia telah berlangsung sejak abad 18-19 M. Hal ini ditandai dengan lahirnya semangat kesetaraan pendidikan yang digerakkan oleh sejumlah tokoh, diantaranya Raden Dewi Sartika yang membuka Sekolah Istri pada tahun 1904 di Jawa Barat; KH Bisri Syansuri yang mengawali pendirian pesantren khusus putri di tahun 1917, serta heroisme yang ditampilkan sejumlah tokoh dari abad ke-18, seperti Cut Nyak Dien (1848-1908) dari Aceh dan Raden Ajeng Kartini (1879-1904) dari Jepara yang tercatat sebagai pemantik dan pejuang gerakan perempuan di Indonesia.

Hingga abad ke-21, perkembangan gerakan perempuan dengan semangat feminisme yang beragam, semakin massif di Indonesia hingga melahirkan tindakan affirmative action yang muncul menjelang pemilu 2004 melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum, yang memberi ruang lebih bagi kaum perempuan untuk terjun di dunia politik praktis.

Feminis Sufistik, Mendobrak Patriarki Pesantren: Telaah Novel Masriyah Amva (Sumber Gambar : Nu Online)
Feminis Sufistik, Mendobrak Patriarki Pesantren: Telaah Novel Masriyah Amva (Sumber Gambar : Nu Online)

Feminis Sufistik, Mendobrak Patriarki Pesantren: Telaah Novel Masriyah Amva

Merujuk pada? Wiyatmi (2012; 12-13) gerakan perempuan yang terus berevolusi di Indonesia sejak abad ke-18 tersebut merupakan pertanda suksesnya pengaruh feminisme di Indonesia. Wiyatmi memaknai feminisme sebagai doktrin-doktrin tentang persamaan hak bagi kaum perempuan yang kemudian berevolusi menjadi gerakan massif dan terorganisir.

Gerakan feminisme di Indonesia mengalami sejumlah benturan kultural, sosial hingga spiritual. Belum lagi benturan di kalangan sesama penganut dan pejuang feminisme yang terkotak-kotak dalam perbedaan antara feminis liberal, feminis radikal, feminis moderat dan feminis marxis.? Menariknya, feminisme di Indonesia yang berkultur religius, dengan didominasi oleh agama Islam melahirkan model feminism baru yang bercorak Islami.

Dinamika feminisme Islam di kalangan pesantren di Indonesia,? ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah pesantren putri pada masa prakemerdekaan hingga pascareformasi. Hal serupa terjadi dalam semangat berkumpul dan berorganisasi hingga semangat kajian keilmuan yang menggugat kemapanan kultur patriarkal pada teks-teks keagamaan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain secara kelembagaan dan organisasi, para tokoh pesantren juga tampil secara personal dengan karya tulis yang menggugat kemapanan lelaki dalam kajian fiqh klasik.? Mereka menawarkan alternatif pembaruan fiqih pro perempuan, seperti yang dilakukan oleh KH? Masdar Farid Mas’udi, melalui bukunya Islam & Hak-hak Reproduksi Perempuan, Dialog Fiqh Pemberdayaan (1997); KH. Husein Muhammad, Fiqh Perempuan, Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender (2001); Syafiq Hasyim, Hal-hal yang Tak Terpikirkan dalam Fikih Perempuan (2001); Siti Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami (2004); Maria Ulfah Anshor, Fiqih Aborsi, Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, (2006);

Di luar wacana kritis terhadap teks-teks keagamaan, sebagian tokoh pesantren melakukan pembelaan terhadap hak-hak perempuan melalui karya sastra seperti yang dilakukan Masriyah Amva yang mendobrak kemapanan kultur patriarkal di Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, melalui kemampuannya memimpin dan memenej pesantren Kebon Jambu, Babakan Ciwaringin Cirebon, sepeninggal suaminya, KH Muhammad. Masriyah juga mengkritisi dominasi kultur patriarkal melalui sejumlah kumpulan puisi serta novel sufistiknya ; Ketika Aku Gila Cinta (2007), Setumpuk Surat Cinta (2008), Ingin Dimabuk Asmara (2009), Cara Mudah Menggapai Impian (2008) dan Si Miskin Pergi ke Baitullah (2010), Bangkit dari Terpuruk (2010), Matematika Allah (2012) dan Umrah Tiap Tahun (2012).

Inspirasi dari Pengakuan Tabu

Salah satu karya fenomenal Masriyah Amva adalah sebuah novel berjudul Bangkit Dari Terpuruk: Kisah Sejati Seorang Perempuan tentang Keagungan Tuhan, yang diterbitkan Kompas Gramedia pada tahun 2010. Meski berbentuk roman, narasi yang ditawarkan Masriyah dalam Bangkit Dari Terpuruk, boleh dikatakan berisi dokumen sosial yang merupakan mimesis atau cerminan kondisi pesantren Babakan Ciwaringin, di tahun 1980-an sampai awal tahun 2000-an. Meskipun, jika merujuk pada konsep A. Teew (2003: 180-196), bahwa berbeda dengan jurnalisme yang faktual dan menjadi gambaran realitas, setiap roman dan karya sastra selalu berisi jalin-kelindan antara kenyataan dan rekaan si pengarang, namun dalam Bangkit Dari Terpuruk, nampaknya Masriyah lebih mengedepankan realitas dalam tulisan romannya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sastra sebagai sebuah karya fiksi kerap diidealkan sebagai refleksi dari sebuah realitas sosial masyarakat, yang merepresentasikan kehidupan yang dilihat, dirasakan dan diimajinasikan penulisnya. Semangat perlawanan perempuan terhadap budaya patriarkal pesantren sangat terasa dalam novel berbentuk semi autobiografi yang ditulis oleh peraih Anugerah SK Trimurti Award 2014 tersebut. Meski tak berisi teori bertakik-takik tentang feminisme dan dalil-dalil Islam soal kesetaraan gender, namun efek multiplyer dari kehadiran novel Bangkit dari Terpuruk dan kiprah penuh Masriyah di pesantren Babakan Ciwaringin mampu menggulirkan semangat pembaruan dan perubahan mindset kalangan pesantren tentang perempuan. Menyimak sejumlah ulasan biografi Masriyah yang murni dididik dari kalangan tradisional, pengaruh novel? yang -boleh jadi- merupakan curahan hati yang jujur dari seorang putri kiai kharismatik Cirebon itu menginspirasi para perempuan. Tidak hanya perempuan pesantren, tetapi juga mengubah pandangan stereotip dunia terhadap citra perempuan muslim (tradisional), khususnya di Indonesia. Keputusan Masriyah untuk memimpin pesantren yang dihuni sekitar 1.200 santri seorang diri, tanpa menikah lagi sepeninggal suami keduanya, KH Muhammad, tentu mengagetkan bagi sebagian kalangan tradisional. Produktifitasnya menulis buku serta aktivismenya di bidang pemberdayaan masyarakat bersama organisasi Muslimat NU dan sejumlah organisasi lain, di tengah statusnya sebagai Nyai yang janda, tentu bukan pilihan mudah. Tak heran jika kemudian majalah Time membuat ulasan khusus tentang sosok Masriyah pada September 2009 silam.

Meskipun telah banyak tokoh feminis di Indonesia, namun pilihan putri dari pasangan KH Amrin Hannan dan Ny. Hj Rariatul Aini untuk menggerakkan kesetaraan gender di lingkungan tradisional pesantren, tentu mendapat tantangan yang lebih berat ketimbang menggerakkan wacana yang belum sepenuhnya diterima kalangan pesantren itu, dari pusat kota. Terbitnya novel Bangkit Dari Terpuruk juga mengagetkan bagi sebagian kalangan. Lantaran Masriyah mengungkapkan sebagian perjalanan hidupnya yang penuh rintangan, sekaligus juga membuka aib kultur patriarkal di lingkungan pesantren tradisional. Di sisi lain, ia juga mengubah stigma negatif masyarakat Indonesia terhadap status janda yang memilih mandiri, tanpa menikah lagi. Padahal, dalam posisinya sebagai pemimpin pesantren, ditambah statusnya sebagai trah ‘ningrat’ keturunan dari tokoh-tokoh pendiri pesantren di Cirebon, bukanlah hal sulit untuk memilih pendamping hidup berikutnya.

Dalam novelnya tersebut, Masriyah tanpa tedeng aling-aling menguraikan dilema hidupnya sebagai putri kiai yang harus mengalami beratnya tantangan hidup berumah tangga dengan dua kiai ternama, yang masing-masing memiliki problema yang tak ringan. “Aku ingin punya makna! Keinginan inilah yang mendorongku menuliskan pengalaman hidupku dalam menulis buku ini. Keinginan inilah yang mendorongku menelanjangi diri dan orang-orang terkasih. Cerita-cerita kehidupanku yang sangat pribadi, kutumpahkan untuk dikonsumsi publik. Rasa sakit, malu dan beribu rasa lain berbaur menjadi satu. Harga diri menjadi tiada arti,” kata Masriyah dalam pengantar novelnya.?

Sebagai putri kiai yang mendapatkan pendidikan pesantren klasik lalu mengikuti pendidikan formal (sekolah dan perguruan tinggi) Masriyah merasakan betul dilema dan tekanan lingkungan terhadap dirinya. Tekanan terhadap Masriyah digambarkan semakin meningkat ketika ia menikah dengan seorang pelaku sufi yang mengalami ‘jadzab’ atau ekstase kecintaan tertinggi kepada Ilahi, sehingga ‘mengabaikan’ kebutuhan keluarganya. Dalam kondisi tersebut, Masriyah sebagai putri kiai yang sangat dihormati oleh lingkungannya harus rela ‘turun kelas’ berjualan krupuk demi memenuhi hajat hidupnya. Konflik batin yang dialami Masriyah semakin meningkat ketika harus bercerai dari sang sufi. Ia semakin terasing dari lingkungannya.

Uniknya, Masriyah justru memuji sang sufi sebagai sosok yang mengajarkan kemandirian bagi dirinya. Masriyah merasa dicintai sekaligus dijadikan murid oleh sang suami yang secara kasat mata terkesan abai pada kebutuhannya.

Ia juga? menggambarkan bagaimana proses transformasi semangat feminisme dan kesetaraan gender di lingkungan pesantren Babakan Ciwaringin, yang pada masa itu (tahun 1980-1990-an) masih benar-benar tradisional, bahkan masih kental dengan dikotomi antara pendidikan formal dan pendidikan pesantren.

Saya teringat, ketika mondok di pesantren Assalafie, salah satu pesantren dari puluhan pesantren di Babakan Ciwaringin, di awal tahun 1998-an, sejumlah pengajar dan santri di pesantren masih gemar menyindir para santri yang sekolah formal, sebagai santri yang tak sepenuhnya berniat mencari ilmu agama. Hal itu terjadi di lingkungan pesantren putra. Tetapi dalam hal isu kesetaraan pendidikan bagi perempuan dan lelaki, di lingkungan pesantren saat itu sudah relatif ramah. Hal itu ditunjukkan dengan diperbolehkannya santri perempuan mengikuti sekolah formal di luar pesantren dan persamaan jenjang pendidikan madrasah diniyah (madrasah khusus kajian pesantren) yang kurikulumnya tak jauh berbeda dengan kurikulum di madrasah putra.

Namun, dalam kajian-kajian fiqih klasik, tren kajian fiqih ramah perempuan belum bisa diterima oleh kalangan kiai. Wacana politik kepemimpinan perempuan dan gugatan terhadap kitab ‘uqudulujjain’ yang ramai diperbincangkan di Jakarta saat itu mendapat penolakan dari kalangan kiai. Para kiai dan asatidz mengajarkan fiqih klasik dengan perspektif yang patriarkal, bahwa lelaki lebih kuat dan lebih tinggi kuasanya dari perempuan. Karenanya, perempuan tak berhak memimpin di ranah publik. Paradigma tersebut, ternyata selaras dengan hasil Musyarawah Nasional NU tahun 1998 di Lombok, yang (masih) menolak wacana presiden perempuan.? Jika akhir tahun 1990-an saja masih terdapat dikotomi dalam hak domain publik antara lelaki dan perempuan, maka dapat dibayangkan bagaimana stigma dan pandangan masyarakat pesantren di tahun 1980-an terhadap perempuan.

Mengubah Stigma Tanpa Menghancurkan Tradisi

Dari paparan novel tersebut, terungkap begitu kuatnya dominasi patriarkal di lingkungan pesantren yang didobrak oleh Masriyah. ‘Pemberontakan’ terhadap tradisi dengan tetap bertahan di tengah lingkungannya.? Meski kemudian ia berhasil ‘menaklukkan’ dominasi patriarkal, dengan menunjukkan kesuksesannya memimpin pesantren tanpa didampingi suami, namun tetap menjunjung citra kepesantrenan melalui sufisme yang dilakoni dan ditunjukkannya dalam karya sastra. Masriyah tampil sebagai pemenang dan membalik dominasi patriarkal. Sehingga mampu ‘berkuasa’ di atas para lelaki (santri dan pengurus pesantren) yang tetap taat dan hormat kepada sang Nyai.

Dalam keberhasilannya itu, seraya tetap besikap rendah hati – dengan mengakui peran para lelaki di lingkungannya- Masriyah telah melahirkan genre feminisme baru, yakni feminisme pesantren. Meskipun tidak frontal dan cenderung mengalah, namun pada akhirnya,? feminisme pesantren yang dilakoni Masriyah melampaui? feminisme liberal yang berorientasi pada kesejahteraan dan kesetaraan perempuan di segala bidang, sekaligus membantah teori feminisme psikoanalisis Freud, yang mengidentifikasi kelemahan perempuan sebagai akibat dari ‘ketiadaan penis’. Dalam biografinya, Masriyah juga tidak masuk dalam kelompok feminisme radikal yang meyakini bahwa patriarki ideologi harus dilawan dan dihapuskan sepenuhya, juga berbeda dengan feminsime marxis yang berorientasi menyamakan kelas antara lelaki dan perempuan (ragam teori feminisme ini bisa dibaca di Wiyatmi (2012: 19-23). Feminisme pesantren ala Masriyah justru? mempertahankan tradisi ketaatan dan penghormatan terhadap lelaki, yang terkesan mengalah pada tradisi patriarkal, namun justru disertai sikap mandiri dan kemampuan bangkit menunjukkan eksistensi yang setara dengan kiai (lelaki) tanpa mendapat resistensi berlebihan dari lingkungannya. Karena dilakukan dengan berlandaskan ajaran Islam, khususnya perilaku sufistik.



Perilaku sufistik yang ditampakkan oleh Masriyah, seperti dalam pengakuannya, diinspirasi oleh suami pertamanya, KH Syakur Yasin yang mengajarinya sikap mandiri selama mereka ‘berkelana’ di Tunisia dan mendorong Masriyah untuk ‘berkelana’ lebih jauh hingga ke Roma, Italia. Puisi-puisi cinta yang dibubuhkannya dalam novel? Bangkit Dari Tepuruk, –bisa jadi- merujuk pada laku sufistik perempuan yang ditelurkan oleh tokoh tabiít tabiín (generasi ke tiga setelah sahabat Nabi Muhammad Saw) Sayyidah Rabiáh Al-Adawiyah (94 H- 185 H) yang pertama kali meruaikan konsepsi cinta Ilahiah, cinta yang platonik di kalangan muslim. Namun begitu, dilihat dari sejumlah ‘tips’ menghadapi rintangan hidup yang ia uraikan? dalam Bangkit Dari Terpuruk, konsepsi dan laku sufistik Masriyah Amva lebih lekat dengan ajaran sufi Imam Al-Ghazali (450-505 H./1058-1111 M). Sufisme yang mensyaratkan keseimbangan antara kehidupan duniawi dengan ukhrawi, menyelaraskan aturan syariat dengan hakikat, thariqah dan ma’rifat, serta mewajibkan proses berupa penempuhan keilmuan dan amaliah dalam laku riyadhoh (latihan) dan mujahadah (tekad yang bersungguh-sungguh) untuk meraih pencerahan (ma’rifat).





Pengaji di Wisdom Institute, Sekretaris Lembaga Kajian Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PWNU Banten, Ketua Lembaga Penerbitan, Pers & Kajian Strategis (LPPKS) PB PMII. Alumni Pesantren Assalafie, Babakan Ciwaringin, Cirebon.? Bisa dihubungi melalui email: malikmughni@gmail.com dan twitter @tanmalika









Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pertandingan, Khutbah, AlaNu Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 11 Desember 2014

Risalah Komite Hijaz kepada Raja Sa’ud

Pesantren sejak awal kelahirannya adalah institusi penguatan akhlak melalui ilmu-ilmu agama yang bersumber dari berbagai literatur klasik kitab kuning (turats). Kekayaan redaksi dan keilmuan dari para ulama membuat santri mampu berpikir kritis dan terbuka terhadap setiap perbedaan.

Namun, pesantren yang lahir kala bangsa Indonesia sedang mengalami penjajahan tidak menjauhkan diri untuk berjuang agar terbebas dari keterkungkungan akibat kolonialisme. Identitas kebangsaan pun terus diperkuat dengan meneguhkan tradisi dan budaya sebagai kekayaan intelektual bangsa Indonesia. Terbukti, pesantren mampu menancapkan rasa cinta tanah air yang kuat di dada para pejuang bangsa, termasuk santri dan ulama.

Mobilitas perjuangan tidak berhenti dalam persoalan kebangsaan, tetapi juga akidah kala ulama pesantren yang tergabung dalam Nahdlatul Ulama (NU) berupaya keras menjaga kemerdekaan bermadzhab di tanah Hijaz (Mekkah dan Madinah). Hal itu dilakukan karena Raja Ibnu Sa’ud dari Najed dengan paham Wahabi puritannya berusaha melarang madzhab berkembang di Hijaz. Padahal, kebebasan brmadzhab telah berlangsung lama sehingga Hijaz menjadi salah satu tempat menimba ilmu dari umat Islam di dunia.

Risalah Komite Hijaz kepada Raja Sa’ud (Sumber Gambar : Nu Online)
Risalah Komite Hijaz kepada Raja Sa’ud (Sumber Gambar : Nu Online)

Risalah Komite Hijaz kepada Raja Sa’ud

Perjuangan kalangan pesantren yang saat itu diinisasi oleh KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) menunjukkan bahwa ulama pesantren tidak hanya melakukan perjuangan di tingkat lokal, tetapi juga dalam skala internasional dengan melakukan upaya diplomasi global. Sebab tentu dalam melakukan perjuangan meneguhkan madzhab ini, KH Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab, KH Raden Asnawi Kudus, dan tokoh-tokoh pesantren lain melihat bahwa warisan intelektual para ulama dalam ijtihadnya yang berdampak munculnya beragam madzhab harus tetap dipertahankan.

Apalagi di tanah Hijaz sendiri yang menjadi perjuangan penting Nabi Muhammad SAW dalam mengembangkan agama Islam sebagai Rahmat, tidak terkerangkeng dengan sentimen suku yang hingga saat ini seolah menjadi sumber konflik yang luar biasa di tanah Arab. Kiai Wahab dan kawan-kawan memahami bahwa Islam tidak hanya akan berkembang di tanah Arab, melainkan juga di seluruh belahan dunia.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sentimen anti-madzhab yang cenderung puritan dengan berupaya memberangus tradisi dan budaya yang berkembang di dunia Islam menjadi ancaman bagi kemajuan peradaban Islam itu sendiri. Kiai Wahab bertindak cepat ketika umat Islam yang tergabung Centraal Comite Al-Islam (CCI)--dibentuk tahun 1921--yang kemudian bertransformasi menjadi Centraal Comite Chilafat (CCC)—dibentuk tahun 1925--akan mengirimkan delegasi ke Muktamar Dunia Islam (Muktamar ‘Alam Islami) di Mekkah tahun 1926.

Sebelumnya, CCC menyelenggarakan Kongres Al-Islam keempat pada 21-27 Agustus 1925 di Yogyakarta. Dalam forum ini, Kiai Wahab secara cepat menyampaikan pendapatnya menanggapi akan diselenggarakannya Muktamar Dunia Islam. Usul Kiai Wahab antara lain: “Delegasi CCC yang akan dikirim ke Muktamar Islam di Mekkah harus mendesak Raja Ibnu Sa’ud untuk melindungi kebebasan bermadzhab. Sistem bermadzhab yang selama ini berjalan di tanah Hijaz harus tetap dipertahankan dan diberikan kebebasan”.

Kiai Wahab beberapa kali melakukan pendekatan kepada para tokoh CCC yaitu W. Wondoamiseno, KH Mas Mansur, dan H.O.S Tjokroamonoto, juga Ahmad Soorkatti. Namun, diplomasi Kiai Wahab terkait Risalah yang berusaha disampaikannya kepada Raja Ibnu Sa’ud selalu berkahir dengan kekecewaan karena sikap tidak kooperatif dari para kelompok modernis tersebut.

Hal ini membuat Kiai Wahab akhirnya melakukan langkah strategis dengan membentuk panitia tersendiri yang kemudian dikenal dengan Komite Hijaz pada Januari 1926. Pembentukan Komite Hijaz yang akan dikirim ke Muktamar Dunia Islam ini telah mendapat restu KH Muhammad Hasyim Asy’ari (1871-1947).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Perhitungan sudah matang dan izin dari KH Hasyim Asy’ari pun telah dikantongi. Maka pada 31 Januari 1926, Komite Hijaz mengundang ulama terkemuka untuk mengadakan pembicaraan mengenai utusan yang akan dikirim ke Muktamar di Mekkah. Para ulama dipimpin KH Hasyim Asy’ari datang ke Kertopaten, Surabaya dan sepakat menunjuk KH Raden Asnawi Kudus sebagai delegasi Komite Hijaz. Namun setelah KH Raden Asnawi terpilih, timbul pertanyaan siapa atau institusi apa yang berhak mengirim Kiai Asnawi? Maka lahirlah Jam’iyah Nahdlatul Ulama (nama ini atas usul KH Mas Alwi bin Abdul Aziz) pada 16 Rajab 1344 H yang bertepatan dengan 31 Januari 1926 M.

Komite Hijaz bersepakat menyusun risalah atau mandat dan materi pokok yang hendak disampaikan langsung kepada Raja Ibnu Sa’ud di Mekkah dalam forum Muktamar Dunia Islam. Risalah Komite Hijaz terdiri dari 5 (lima) poin yang berasal dari pokok pikiran para ulama NU, sebagai berikut (Choirul Anam, 1985):

1. Meminta kepada Raja Ibnu Sa’ud untuk tetap melakukan kebebasan bermadzhab empat: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali.

2. Memohon tetap diramaikannya tempat-tempat bersejarah karena tempat tersebut diwakafkan untuk masjid seperti tempat kelahiran Siti Fatimah, bangunan Khaizuran, dan lain-lain.

3. Mohon disebarluaskan ke seluruh dunia Islam setiap tahun sebelum jatuhnya musim haji mengenai hal ihwal haji. Baik ongkos haji, perjalanan keliling Mekkah maupun tentang Syekh (guru).

4. Mohon hendaknya semua hukum yang berlaku di tanah Hijaz, ditulis sebagai undang-undang supaya tidak terjadi pelanggaran hanya karena belum ditulisnya undang-undang tersebut.

5. Jam’iyyah NU mohon jawaban tertulis yang menjelaskan bahwa utusan sudah menghadap Raja Ibnu Sa’ud dan sudah pula menyampaikan usul-usul NU tersebut.

(Fathoni Ahmad)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pondok Pesantren Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 08 Desember 2014

PMII Sidoarjo Gelar Aksi Solidaritas untuk Korban Gempa di Aceh

Sidoarjo, Pimpinan Pusat Muhammadiyah - Aksi solidaritas untuk korban gempa bumi di Aceh terus mengalir dari berbagai pihak. Tak terkecuali dari PMII Sidoarjo. PMII Sidoarjo melakukan penggalangan dana di perempatan Jalan A Yani yang menyusuri sepanjang alun-alun Sidoarjo, Kamis (15/12).

Koordinator penggalangan dana Haris Aliq mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian sosial terhadap sesama yang sedang tertimpa musibah gempa. Dana yang dihimpun ini diharapkan mampu meringankan beban korban gempa di Aceh.

PMII Sidoarjo Gelar Aksi Solidaritas untuk Korban Gempa di Aceh (Sumber Gambar : Nu Online)
PMII Sidoarjo Gelar Aksi Solidaritas untuk Korban Gempa di Aceh (Sumber Gambar : Nu Online)

PMII Sidoarjo Gelar Aksi Solidaritas untuk Korban Gempa di Aceh

"Kegiatan ini merupakan bentuk penumbuhan rasa sosial dan ukhuwah kebangsaan dari organisasi PMII se-Sidoarjo, menumbuhkan rasa solidaritas kami dan menjadi bukti dari rasa ukhuwah kami terhadap bencana yang melanda saudara kita di Aceh," kata Haris.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu Ketua PMII Sidoarjo Muhammad Mahmuda mengatakan, kegiatan penggalangan dana itu merupakan implementasi dalam menjalankan Nilai Dasar Pergerakan (NDP PMII) hablum minan nash, antara sesama umat manusia.

"Kami juga mengajak Instansi Pemeritahan Sidoarjo untuk ikut serta menyalurkan bantuannya. Kegiatan ini akan berlangsung empat hari mulai Kamis hingga Ahad (18/12) mendatang. Mudah-mudahan kegiatan ini bisa membantu saudara-saudara kita yang ada di Aceh," ucap Mahmuda. (Moh Kholidun/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah RMI NU, Ubudiyah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 16 November 2014

Air Zamzam Palsu Produksi Semarang Dimusnahkan

Semarang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah memusnahkan ribuan liter air zamzam palsu yang disita dari sebuah pabrik di Mijen, Semarang, beberapa waktu lalu.

Polisi membuang air zamzam palsu yang menjadi bukti kejahatan itu ke saluran air di Markas Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Tengah di Semarang, Kamis.

Air Zamzam Palsu Produksi Semarang Dimusnahkan (Sumber Gambar : Nu Online)
Air Zamzam Palsu Produksi Semarang Dimusnahkan (Sumber Gambar : Nu Online)

Air Zamzam Palsu Produksi Semarang Dimusnahkan

Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Tengah Komisaris Besar Djoko Poerbohadijoyo mengatakan pemusnahan tersebut telah memperoleh penetapan dari pengadilan.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pejabat Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah serta tersangka dan penasehat hukumnya menyaksikan polisi membuang air dalam ratusan botol dan jeriken siap edar itu ke saluran air.

Polisi menyita air zamzam palsu itu dalam penggerebekan di Semarang. Dalam penggerebekan itu polisi juga menyita sejumlah alat produksi berupa mesin penyaring air, mesin pengemas, serta ribuan kemasan air zamzam palsu siap edar dan menangkap pemilik pabrik. (antara/mukafi niam)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nasional, AlaSantri, Ahlussunnah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 14 November 2014

Hati-Hati Tawaran Umrah Super Murah

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Abdul Djamil meminta masyarakat agar berhati-hati dengan penawaran umrah supermurah, terlebih untuk saat ini terdapat agen perjalanan yang menawarkan paket lengkap senilai Rp15 juta.

"Kami menengarai ada umrah supermurah. Dirjen PHU ini tidak mau hanya jadi penonton atas fenomena itu tetapi menindaklanjutinya dengan pendekatan penegakkan hukum," kata Abdul di kantornya, Jakarta, Senin.

Hati-Hati Tawaran Umrah Super Murah (Sumber Gambar : Nu Online)
Hati-Hati Tawaran Umrah Super Murah (Sumber Gambar : Nu Online)

Hati-Hati Tawaran Umrah Super Murah

Umrah supermurah sejauh ini menjadi strategi pemasaran sejumlah agen perjalanan wisata religi. Terkadang harga yang ditawarkan kurang masuk akal, seperti Rp15 juta sudah paket lengkap. Padahal uang sejumlah itu biasanya hanya cukup untuk digunakan sebagai biaya transportasi saja.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Maka dari itu, pastikan fasilitas yang ditawarkan paket itu benar-benar ada atau tidak. Misalkan mereka menawarkan hotel nyaman tapi ditemui di lapangan sebaliknya maka sebaiknya dilaporkan saja," kata dia.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Abdul menyarankan masyarakat selalu jeli dan kritis terhadap penawaran paket umrah supermurah. Lebih jauh, dia mengharapkan mereka mau mengecek agen umrah itu resmi atau tidak.

"Cek di laman haji.kemenag.go.id saja untuk memastikan agen itu resmi atau tidak. Jika di laman tidak ada agen itu maka bisa dipastikan itu tidak resmi. Terdapat 655 Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) resmi dan di luar itu pasti tidak resmi karena saat ini sudah dilakukan moratorium pemberian ijin PPIU," kata dia.

Lebih lanjut dia menyampaikan lima cara agar masyarakat terhindar dari permainan PPIU nakal. Di antaranya dengan memastikan agen perjalanan itu resmi, memastikan penerbangan dan jadwal keberangkatan, memastikan program layanan, memastikan hotel dan terakhir agar memastikan visa.

"Apabila kelima hal itu sudah dilakukan dengan baik maka kemungkinan jemaah umrah terlantar tidak terjadi," katanya.

Sebagaimana diberitakan pada akhir 2014, sebanyak 240 jamaah umroh asal Indonesia terlantar di Bangkok, Thailand. Mereka terlantar di negara tersebut karena belakangan diketahui pesawat yang dipakai tidak memiliki izin mendarat d Jeddah, Arab Saudi.

Pada medio Januari 2015 juga terjadi penelantaran 659 jamaah umroh oleh agen nakal.

Terdapat juga kasus lain ketika jamaah umroh bisa melakukan ibadahnya tetapi mereka tidak dapat pulang karena diduga ada kesalahan teknis dari agen perjalanan dalam pengurusan visa jamaah.

Umroh sendiri dikatakannya semakin diminati masyarakat akibat antrian jemaah haji Indonesia.

Untuk berhaji mereka harus mengantri 16-20 tahun sehingga ada kecenderungan masyarakat untuk menunaikan ibadah umrah.

Pada Januari 2015, kata Abdul, jumlah jemaah umroh menunjukkan angka yang besar mencapai 135.000 dan diperkirakan akan terus meningkat hingga akhir tahun. (antara/mukafi niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Humor Islam, IMNU, Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 26 Oktober 2014

Gus Mus: Kiai Sahal Sempat Tak Berkenan Jadi Rais Aam

Pati, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Wakil Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH A Musthofa Bisri (Gus Mus) menyampaikan kata sambutan atas nama keluarga saat menghadiri acara mitung dino (tujuh hari) wafatnya Rais Aam KH MA Sahal Mahfudh di kompleks Pesantren Maslakul Huda Kajen, (28/1) Selasa malam.

Gus Mus: Kiai Sahal Sempat Tak Berkenan Jadi Rais Aam (Sumber Gambar : Nu Online)
Gus Mus: Kiai Sahal Sempat Tak Berkenan Jadi Rais Aam (Sumber Gambar : Nu Online)

Gus Mus: Kiai Sahal Sempat Tak Berkenan Jadi Rais Aam

Dalam sambutannya yang disampaikan dengan bahasa Jawa halus, Gus Mus memberikan testimoni terkait sosok Rais Aam yang dikaguminya itu.

“Suatu ketika, pada forum Munas NU di Lampung Mbah Sahal hampir dipastikan jadi Rais Aam menyusul wafatnya Kiai Ahmad Shiddiq. Sayangnya beliau tidak berkenan menjadi Rais Aam. Akhirnya, ulama di bawah beliau pun pada tidak mau. Saya saksi hidup di forum itu,” kata Gus Mus.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai Sahal, lanjut Gus Mus, pada era KH Wahab Chasbullah dan KH Bisri Syansuri bahkan sering dilibatkan dalam bahtsul masail karena para kiai sepuh tahu kualitas Kiai Sahal yang sangat mumpuni. Murid Syeikh Muhammad Yasin bin Isa Al-Fadani ini, tambah Gus Mus, telah terbukti kealimannya di forum-forum internasional.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Salah satu ciri ulama yang nyegoro (ilmunya bak seluas lautan) ilmu agamanya itu tidak kagetan. Sampeyan pernah lihat Mbah Sahal kaget? Tidak pernah to..?! Tidak seperti kiai-kiai lainnya. Ada Syiah kaget, ada Ahmadiyah kaget. Ada Ulil Abshar Abdalla kaget,” ujarnya yang langsung disambut tawa hadirin. Menantu Gus Mus, Ulil Abshal Abdalla juga hadir malam itu dengan mengenakan kemeja putih dan celana hitam.

Lebih lanjut Gus Mus menyampaikan, Kiai Sahal merupakan kiai terakhir di lingkungan Nahdlatul Ulama yang memiliki keilmuan yang sejajar dengan Hadratussyekh Kiai Hasyim Asyari, Kiai Wahab Chasbullah, dan Kiai Bisri Syansuri

“Bahkan Kiai Sahal satu-satunya faqih (ulama ahli fiqh) yang tidak hanya menguasai ilmu fiqh dan ushul fiqh, beliau juga sangat menguasai ilmu kemasyarakatan. Dengan penguasaan ini, Kiai Sahal mampu membawa kitab yang disusun pada zaman Rasullah, para sahabat dan tabiin untuk disesuaikan dengan kondisi masyarakat saat ini”, tambah Gus Mus.

Gus Mus bercerita, Kiai Sahal muda juga merupakan sosok organisatoris yang handal. Beliau sangat aktif di organisasi NU. “Saya kenal Kiai Sahal itu pada era 1980-an. Saat beliau menjadi katib syuriyah PWNU Jateng, saya wakilnya. Beliau lalu menjadi Rais, saya katib. Hingga beliau masuk jajaran Rais di PBNU saya masih tetap katib mawon,” terang Gus Mus yang lagi-lagi diiringi derai tawa.

Hadir dalam tahlilan malam itu Bupati Pati H Hariyanto, Wakil Bupati H Boediono dan Kapolres Pati Dr Baharuddin beserta jajarannya. Hadir juga Rais Syuriah PCNU Pati KH Aniq Muhammadun dari Pakis dan Habib Muhammad bin Abdullah al-Aidid dari Tayu yang didaulat memimpin tahlil. Para kiai dan ribuan warga Nahdliyin turut serta memenuhi halaman kediaman Rais Aam. (Ali Musthofa Asrori-Muslimin Abdilla/Anam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Daerah, AlaNu Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 23 Oktober 2014

Soal Bermedia Sosial, Ini Pesan Kiai Akyas Buntet

Bicara tentang media sosial, kita tak lepas dari status, komentar, dan publikasi ulang terhadap link atau status yang dibuat orang lain. Mudahnya mengakses media sosial tersebut membuat orang gemar membuat status atau mengisi kolom komentar. Publikasi ulang juga sering dilakukan.

Media sosial kerap kali bukan lagi menjadi media untuk berinteraksi antarindividu, tetapi seakan meluas pada media psikologi. Ya, tentu kita sering melihat bagaimana orang-orang mengungkapkan perasaannya di situs Facebook, misalnya. Hal-hal yang seharusnya menjadi privasi diri sendiri, kini sangat mudah dikonsumsi oleh masyarakat umum. Status yang kita buat tidak terbatas hanya pada lingkup regional atau nasional, tapi bahkan internasional, tidak terbentur tembok batas kenegaraan.

Penulis jadi ingat saat upacara tiap hari Senin di Madrasah Aliyah Nahdlatul Ulama (MANU) Putra Buntet Pesantren Cirebon, tempat penulis mengaji. Pembina Upacara KH Ade Nasihul Umam dalam amanatnya menyampaikan satu syiir dengan bahr thowil karya KH Akyas Abdul Jamil berikut.

Soal Bermedia Sosial, Ini Pesan Kiai Akyas Buntet (Sumber Gambar : Nu Online)
Soal Bermedia Sosial, Ini Pesan Kiai Akyas Buntet (Sumber Gambar : Nu Online)

Soal Bermedia Sosial, Ini Pesan Kiai Akyas Buntet

? ? ? ? ? ? ? ? # ? ? ? ?

Tushowwitu tang ting tung wa tot tet wa tot wa laa # tubali bijironin faqouluka dloi’un

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamu bicara tang ting tung dan tot tet tot (macam-macam) dan tidak memperhatikan tetanggamu, maka ucapanmu itu sia-sia

Jauh sebelum media sosial itu lahir, Muqoddam Tarekat Tijani itu sudah mengingatkan kita untuk tidak perlu banyak berkomentar ataupun menulis status jika hanya mengganggu tetangganya. Dalam konteks media sosial, tentu mengganggu pembaca atau pengguna media sosial lainnya.





Secara langsung, beliau tidak mengatakan demikian. Tapi, jika kita maknai lebih jauh lagi akan beroleh kesimpulan ke sana. Atau lebih halusnya, adik Kiai Abbas Buntet itu membolehkan siapapun berkomentar, asalkan baik dan bermanfaat.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Oleh karena itu, dalam bermedia sosial, jari kita perlu dijaga. Jangan sampai dengan mudah membagikan link sebelum diyakini kevalidannya. Perihal pengunggahan status pun, mestinya kita perhatikan betul. Masihkah kita perlu berbuat kesia-siaan? (Syakir Niamillah Fiza/Kendi Setiawan)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syariah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 30 September 2014

Rutinitas Ramadhan di Kota Konya Turki

Turki, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Tidak terasa kita telah menyelesaikan separuh bulan Ramadhan. Tiga hal yang selalu mengiringi bulan Ramadan adalah puasa, tadarus Al-Qur’an dan salat tarawih. Dengan berbagai macam ibadah, Muslim di seluruh belahan dunia berlomba-lomba mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

Kontributor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Hari Pebriantok mencatat beberapa rutinitas selama bulan suci Ramadhan di Kota Konya, Turki.?

1. Mukabele di Masjid Kap? Camii

Rutinitas Ramadhan di Kota Konya Turki (Sumber Gambar : Nu Online)
Rutinitas Ramadhan di Kota Konya Turki (Sumber Gambar : Nu Online)

Rutinitas Ramadhan di Kota Konya Turki

Mukabele adalah kegiatan membaca atau menghafal Al-Quran yang dilakukan secara bergantian. Di masjid yang dibangun oleh ? salah satu keturunan Maulana Jalaluddin Rumi-- Hasano?lu ?eyh Hüseyin Çelebi pada tahun 1658 ini tradisi mukabele sudah berlangsung selama 50 tahun. Kegiatan mukabele bisa kita ikuti selepas shalat dzuhur. Para hafiz secara bergantian menghafal Al-Qur’an di mimbar masjid sambil disimak oleh para jemaah. Posisi masjid Kap? Camii tidak jauh dari makam Maulana Jalaluddin Rumi. Letaknya yang strategis membuat masjid ini selalu penuh oleh para insan yang beribadah.



Pimpinan Pusat Muhammadiyah

2. Ziarah Makam Wali

Masyarakat Turki masih akrab dengan tradisi ziarah kubur para wali. Orang Turki tidak ada yang membidahkan ziarah kubur. Pada bulan Ramadhan jumlah peziarah di makam para wali semakin meningkat. Di Konya, salah satu tujuan peziarah selain ke makam Maulana Jalaluddin Rumi adalah makam Sadruddin Konevi, seorang ulama tasawuf abad ke-13.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

? ?

3. Tarawih di pelataran Masjid Selimiye

Salah satu ibadah sunah pada bulan Ramadhan adalah shalat tarawih. Masyarakat Konya setiap malam berduyun-duyun memadati halaman Masjid Selimiye, salah satu masjid peninggalan Kesultanan Osmani. Masjid Selimiye mulai dibangun pada zaman kekuasan Sultan Selim II (1558-1567). Letak masjid ini di komplek makam Maulana Jalaluddin Rumi. Salat tarawih di tempat ini berjumlah 20 rekaat, setiap dua rekaat salam, dan setelah salam para jemaah membaca salawat atau kalimat tasbih bersama-sama.

4. Minum teh di kedai-kedai

Setelah melaksanakan ibadah shalat tarawih, masyarakat Konya biasa bercengkerama sambil menyesap çay, teh Turki di kedai-kedai yang bersebaran di sekitar masjid. Sebagaimana kita tahu setiap ibadah yang diperintahkan Allah adalah untuk meningkatkan hubungan vertikal dan horizontal secara seimbang. Hubungan vertikal antara makhluk dengan Sang Pencipta, hubungan horizontal yaitu hubungan sesama makhluk Allah SWT. ? Minum teh sambil bercengkrama yang bermanfaat adalah salah satu cara menyeimbangkan hubungan vertikal dan horizontal masyarakat Konya dan Turki pada umumnya. Obrolan-obrolan di kedai teh ini mengalir hingga larut malam.



Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen, Quote Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 29 September 2014

Menengok Pesantren Waria di Yogyakarta

Pondok Pesantren Waria Al-Fattah Yogyakarta berdiri dan diresmikan wakil ketua DPRD kota Yogyakarta pada 8 Juli 2008. Pesantren yang saat ini berlokasi di daerah Jagalan Kotagede Yogyakarta diawali oleh salah seorang waria bernama Maryani yang rutin mengikuti pengajian mujahadah al-Fattah di bawah bimbingan KH Hamroeli Harun di Desa Pathuk mulai tahun 1997.

Berawal dari kegelisahannya akan stigma negatif yang selalu dialamatkan kepadanya dan teman-temannya sesama waria, ia mulai mengadakan pengajian di rumahnya sebagai pembuktian bahwa mereka juga bagian dari masyarakat yang eksistensinya ingin diakui. Puncaknya, pada tahun 2008 Maryani mendirikan sebuah pondok pesantren sebagai tempat belajar agama bagi para waria setelah mendapatkan restu dari KH. Hamroeli yang sekaligus menjadi pembina atau pengasuh pondok pesantren waria ini.

Menengok Pesantren Waria di Yogyakarta (Sumber Gambar : Nu Online)
Menengok Pesantren Waria di Yogyakarta (Sumber Gambar : Nu Online)

Menengok Pesantren Waria di Yogyakarta

Dua tahun setelah berdiri, KH. Hamroeli berhenti mengajar dikarenakan beberapa alasan. Namun, kegiatan belajar mengajar ilmu agama tetap berlangsung karena sebagian ustadz tidak ikut berhenti. Pada tahun 2014, Maryani meninggal dunia. Pesantren ini tetap dikehendaki keberadaannya sehingga diputuskan untuk meneruskan perjuangan yang telah dibangun oleh Maryani. Terpilih lah Shinta Ratri sebagai ketua pondok baru yang lalu memindahkan lokasi pondok yang awalnya di daerah Notoyudan ke daerah Kotagede. KH. Abdul Muhaimin, pengasuh pondok pesantren Nurul Ummahat yang sekaligus koordinator FPUB (Forum Persatuan Umat Beragama), diminta untuk menjadi pembina dan pengasuh baru pondok pesantren waria ini.

Secara garis besar, kegiatan di pondok pesantren ini ada dua macam: kegiatan mingguan dan tahunan. Awalnya kegiatan berlangsung setiap hari Senin dan Kamis—karena itu pesantren ini disebut juga dengan Pesantren Senin Kamis. Namun setelah lokasinya pindah, kegiatan kemudian hanya dilakukan seminggu sekali, yaitu pada hari Ahad. Bentuk kegiatan mingguan ini berupa shalat berjama’ah, mengaji Al-Qur’an, dzikir, diskusi dan lain sebagainya. Kegiatan dimulai pada sore menjelang maghrib hingga setelah sholat Isya’. Adapun kegiatan tahunan yang telah dilakukan, yaitu ziarah kubur, bakti sosial, kegiatan bulan Ramadhan, syawalan, dan hari raya kurban.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara itu, saat ini jumlah santri di pesantren ini ada sekitar 30 orang. Mereka tinggal di kediaman masing-masing dan akan berkumpul di pondok sesuai dengan jadwal kegiatan pesantren yang telah ditentukan. Para santri memiliki berbagai macam profesi, mulai dari berdagang, ngamen, pengrajin, hingga ada juga yang menjadi pekerja seks komersial (PSK). Akan tetapi, mereka tetap memiliki kemauan untuk belajar agama dan beribadah sehingga kehadiran pondok pesantren ini membuat mereka merasa diterima dan mendapatkan tempat untuk belajar.

Idris Ahmad Rifai dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pesantren ini mendapatkan apresiasi yang tinggi dari para waria. Salah satu santri yang bernama Yeti, misalnya, mengungkapkan rasa syukurnya dengan hadirnya pesantren ini karena ia merasa mendapatkan tempat untuk beribadah dan mempelajari agama. Tanpa pesantren ini, ia dan teman-teman warianya merasa kesulitan untuk beribadah di tempat ibadah umum karena pasti akan ditolak.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Yuni Shara, salah seorang santri lainnya mengutarakan hal senada. Ia menilai bahwa kehadiran pesantren waria ini bisa mengakomodir kebutuhan para waria akan ilmu agama serta bisa menjadi ajang untuk saling bersilaturrahim.

Waria memang sering dipandang sebelah mata dan diperlakukan tidak manusiawi. Secara sederhana, waria dipahami sebagai manusia yang lahir dalam fisik laki-laki, namun memiliki kecendrungan dan kepribadian wanita sehingga mereka berpenampilan dan berperilaku layaknya wanita. Kelainan ini adakalanya sebab faktor lingkungan dan adakalanya juga bawaan lahir.

Tak sedikit yang menganggap waria sebagai makhluk rendahan bahkan terkadang dianggap lebih buruk dari sampah yang menjijikkan. Padahal, seburuk apapun para waria dalam pandangan sosial, mereka tetaplah manusia. Manusia yang selalu diperjuangkan oleh nabi harkat dan martabatnya. Toh, walaupun seseorang melakukan kesalahan, itu tidak bisa menjadi legitimasi untuk merendahkannya. Justru karena memiliki dua sisi baik dan buruk itu yang membuat seseorang disebut manusia. Tanpa keburukan, manusia tak akan pernah menjadi lebih baik dari malaikat dan kehilangan keutamaan sebagai ciptaan terbaik tuhan. Inilah salah satu alasan yang menginspirasi berdirinya pesantren yang cukup unik di Yogyakarta, yaitu Pondok Pesantren Waria Senin Kamis al-Fattah Yogyakarta.

Muhammad Itsbatul Haq, Alumni PP. Annuqayah Sumenep

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tokoh, Olahraga Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 21 September 2014

Bantal Plastik Kreasi Murid Pesantren Ramaikan Lomba Hari Lingkungan Hidup

Way Kanan, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kepala Seksi Pengawasan dan Pengendalian (Kasi Wasdal) Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Way Kanan Provinsi ? Lampung Arif Radigusman, di Blambangan Umpu, Rabu (1/6) mengundang murid di SMK Manbaul Ulum Pesantren Assiddiqiyah 11 mengikuti lomba peringatan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia yang digelar institusinya.

Bantal Plastik Kreasi Murid Pesantren Ramaikan Lomba Hari Lingkungan Hidup (Sumber Gambar : Nu Online)
Bantal Plastik Kreasi Murid Pesantren Ramaikan Lomba Hari Lingkungan Hidup (Sumber Gambar : Nu Online)

Bantal Plastik Kreasi Murid Pesantren Ramaikan Lomba Hari Lingkungan Hidup

Kiai Imam Murtadlo Sayuthi selaku pengasuh Pesantren Assiddiqiyah 11 didampingi pengajar SMK Manbaul Ulum Ustadz Saikhun Nidzhom menegaskan pihaknya siap memenuhi undangan KLH Way Kanan pada Jumat, 3 Juni 2016 dengan menampilkan kerajinan daur ulang plastik bekas yang dibuat menjadi bantal oleh anak didiknya.

"Keberadaan Pemuda Ansor di pesantren kami dengan penyelenggaraan Pesantren Kilat Bimbingan Belajar Pasca Ujian Nasional (Sanlat BPUN) membawa dampak positif, salah satunya adalah mencintai lingkungan dengan mengajak para santri memanfaatkan sampah plastik," ujar Umi Muniroh, istri Kiai Imam menambahkan.

Nasib sampah plastik seperti bekas bungkus shampoo, deterjen, makanan ringan, tas kresek dan sejenisnya berbeda dengan nasib botol mineral yang masih diambil pemulung untuk diuangkan.

Lantas apa yang harus dilakukan manusia sebagai mahkluk yang dikarunia akal dan pikiran? Mendiamkan sampah plastik begitu saja dan merusak unsur kehidupan seperti tanah dan air?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Mendiamkan sampah plastik yang hanya bisa terurai 50 hingga 500 tahun sama saja menyiapkan bom waktu karena dengan rusaknya lingkungan berarti membiarkan rusaknya sumber-sumber kehidupan yang tentu saja berdampak pada kualitas generasi Indonesia mendatang.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Santri BPUN PC GP Ansor Way Kanan mendampingi santri dan pelajar SMK Manbaul Ulum Pesantren Assiddiqiyah 11 di Kampung Labuhan Jaya, Kecamatan Gunung Labuhan untuk bijak mencintai lingkungan, salah satunya ialah mendaur ulang sampah plastik menjadi bantal.

Setelah dipilah, sampah plastik dipotong-potong kecil kemudian dicuci bersih dan dikeringkan. Sampah plastik selanjutnya dimasukkan ke dalam bekas karung beras kemudian dijahit kedua sisinya dan selanjutnya dilapisi kain.

"Insya Allah kami siap mengikuti lomba tersebut. Sarung untuk pembungkus luar terbuat dari baju bekas juga telah selesai dibuat," kata Nidzhom yang di luang waktu belajar mengajar tekun memotong sampah plastik bersama para santri.

Daur ulang sampah plastik merupakan pengabdian SMK Manbaul Ulum Pesantren Assiddiqiyah 11 bagi bumi yang memberi pangan dan air.

"Semoga gerakan kecil kami bermanfaat bagi lingkungan dan kehidupan. Insyaallah, Assiddiqiyah 11 menjadi pesantren pertama di Way Kanan yang bijak mencintai lingkungan, bahkan mungkin di Indonesia, kami pesantren pertama yang memproduksi bantal berbahan baku plastik. Doakan kami semoga istiqomah menjadi menjadi pesantren kreatif yang bijak terhadap lingkungan," ujar Nidzhom lagi. (Syuhud Tsaqafi/Fathoni)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Sholawat, Budaya Pimpinan Pusat Muhammadiyah

PCNU Subang Gelar Dzikir Akbar dan Pengajian Al-Hikam

Subang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Subang menggelar kegiatan yaumul ijtima’ yang diisi dengan dzikir akbar dan dilanjutkan dengan pengajian kitab Al-Hikam di Masjid Al-Musabaqah, Jalan Ghoparana Subang, Sabtu (3/11).

Ketua PCNU Subang KH Musyfiq Amrullah mengatakan, zikir dan pengajian dijadikan sebagai ajang silaturahmi, kegiatan ini juga sebagai upaya penyadaran kepada masyarakat luas khususnya warga Nahdliyin di Kabupaten Subang.

PCNU Subang Gelar Dzikir Akbar dan Pengajian Al-Hikam (Sumber Gambar : Nu Online)
PCNU Subang Gelar Dzikir Akbar dan Pengajian Al-Hikam (Sumber Gambar : Nu Online)

PCNU Subang Gelar Dzikir Akbar dan Pengajian Al-Hikam

“Silaturrahmi sesama umat merupakan skala prioritas dari kegiatan ini. Karena, dengan mempererat hubungan silaturrahim ini sangat berpotensi sekali terhadap konsep penghidupan  umat,” papar Musyfiq.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selain itu, lanjut Musyfiq, dengan kegiatan ini diharapkan masyarakat Kabupaten Subang untuk sama-sama berpartisipasi dengan menggelar Dzikir Akbar untuk kemashlahatan bersama.

“Di sini kita menggelar Dzikir Akbar dengan harapan, agar kita sebagai masyarakat  mendapatkan kebaikan dan pertolongan dari Allah swt. Selain itu, kami beserta Bapak Bupati Subang menggelar Ngaji Bareng dengan kitab Al-Hikam yang melibatkan seluruh jajaran aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Subang,” lanjutnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sementara Bupati Subang, Ojang Sohandi mengatakan, kegiatan ngaji bareng ini memang sudah menjadi agenda Pemerintah Daerah yang melibatkan seluruh Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Subang.

“Ngaji Bareng ini memang sudah saya agendakan yang melibatkan seluruh jajaran aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Subang. Karena, dengan pengajian kitab Al-Hikam ini diharapkan bisa mengambil ilmu di dalamnya. Sebagaimana yang saya ketahui, kitab Al-Hikam ini sangat menarik untuk dikaji. Karena didalamnya terdapat sumber pembersih hati yang kemudian berimplikasi terhadap kinerja Pemerintah Daerah agar lebih baik lagi,” pungkasnya.

Selain Bupati, hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Kementrian Agama Kabupaten Subang, H. Aldim, M.Si, Ketua Gerakan Pemuda Ansor, Asep Alamsyah Heridinata, dan ribuan warga nahdliyien. Hadir juga sebagai Penceramah, Wakil Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Jejen Baazul Ahzab .

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Ade Mahmudin

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bahtsul Masail, Warta, Daerah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 16 September 2014

Inilah Syiir Nyai Hj Maryam Ahmad Musthofa (1)

Solo, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Satu syair qasidah dilantunkan Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf dengan penuh penghayatan, pada acara haul seorang wanita ahli al-Qur’an dari Solo, Nyai Hj Maryam Ahmad Musthofa di kompleks Pesantren Alqur’aniyy Solo, belum lama ini.

Syair tersebut berisi tentang petuah-petuah yang pernah ditulis oleh Nyai Hj Maryam, semasa hidupnya. Menurut salah satu santri Pesantren Alqur’aniyy, Andy Alfan Qodri, syair tersebut biasa dilantunkan para santri dalam berbagai kegiatan.

Inilah Syiir Nyai Hj Maryam Ahmad Musthofa (1) (Sumber Gambar : Nu Online)
Inilah Syiir Nyai Hj Maryam Ahmad Musthofa (1) (Sumber Gambar : Nu Online)

Inilah Syiir Nyai Hj Maryam Ahmad Musthofa (1)

“Syair tersebut ditulis Nyai Hj Maryam dalam tulisan berhuruf Arab pegon. Kemudian salah satu santri, ada yang menulis kembali ke dalam huruf latin. Sholawat ini menjadi tambah populer, karena Habib Syech juga sering membacanya dalam beberapa majelis,” ujarnya saat ditemui Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Senin (23/2).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Berikut isi syairnya:

Ilaahi lastu lil Firdausi ahlan # wa la aqwa ‘ala naril jahimi

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Fahabli taubatan waghfir dzunubi # fainnaka ghofiru dzanbil ‘adhimi

Duh yaa Robbi kulo nyuwun diparingi # Lesan kathah nderes Qur’an ingkang suci

(Ya Robbi, mohon hamba dianugerahi # lisan untuk banyak membaca Al-Qur’an yang suci)

?

Lan sageto kulo nderek dawuh Qur’an # Pejah kulo nyuwun Islam sarto Iman

(Izinkan hamba mengikuti perintah-Mu dalam al-Qur’an # matikan hamba dalam islam dan iman)

Duh yaa Robbi kulo nyuwun remen nderes # Qur’an kelawan lahir batin ingkang leres

(Ya Robbi, mohon hamba diberi rasa cinta untuk mengaji # al-Qur’an dengan lahir batin yang baik)

Qur’an iku panutane wong muslimin # Wal muslimat wal mu’minat wal mu’minin

(Al-Qur’an itu panutan bagi muslimin # muslimat, mu’minat dan mu’minin)

Moco Qur’an agung banget paedahe # Namung kudu netepi toto kramane

(Membaca al-Qur’an amat besar manfaatnya # namun mesti menjaga adabnya)

Mergo akeh wong kang moco Qur’an tompo # Ing bebendu sebab ora toto kromo

(Sebab banyak orang membaca al-Qur’an # menerima azab sebab tanpa adab dan kesopanan)

Wus tumindak zaman kuno lan saiki # Moco Qur’an kito kudu ngati-ati

(Sudah terjadi sejak zaman dahulu hingga sekarang # membaca al-Qur’an mesti hati-hati)

Nggepok Qur’an ora keno tanpo wudlu # Mulo siro ojo podho grusa grusu

(Memegang al-Qur’an mesti dalam keadaan wudhu # makanya jangan terburu-buru)

Moco Qur’an kudu nanggo toto kromo # Ora keno sak penak’e lan sembrono

(Mesti memakai adab dalam membaca al-Qur’an # tidak boleh seenaknya dan sembarangan)

Biso ugo moco Qur’an nggo sembrono # Dadi jalarane kufur kapitunan

(Membaca al-Qur’an dengan sembarangan # menjadi sebab dapat kerugian)

Yen pinuju ono uwong moco Qur’an # Kito kudu ngrungokake kang temenan

(Jika ada orang yang membaca al-Qur’an # kita wajib sungguh-sungguh untuk mendengarkan)

Yen ngrungokake mesti oleh ganjaran # Nyepelekke mesti tompo ing pasiksan

(Siapa yang mendengarkan mendapat pahala # yang meremehkan mendapat siksa)

(Ajie Najmuddin/Mahbib)

Foto: Makam Nyai Hj Maryam Ahmad Musthofa

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Fragmen, Khutbah, Pendidikan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Jumat, 12 September 2014

Maqom-maqom dalam Tasawuf (I)

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ada beberapa maqom (tingkatan) bagi orang yang menjalani titian tasawuf. Dalam setiap titian tersebut, pelakunya akan merasakan situasi-situasi tertentu.

Maqom-maqom dalam Tasawuf (I) (Sumber Gambar : Nu Online)
Maqom-maqom dalam Tasawuf (I) (Sumber Gambar : Nu Online)

Maqom-maqom dalam Tasawuf (I)

Ketua Umum PBBNU KH Said Aqil Siroj mengurai tingkatan tasawuf tersebut di gedung PBNU, Jakarta, Senin malam, (28/01). Peserta pengajian tersebut adalah pengurus lajnah, banom dan lembaga di PBNU.

“Yang pertama adalah taubat atau mohon ampunan kepada Allah. Taubat itu bukan hanya sekadar mengucap astaghfirullah, tapi perubahan sikap. Astghafirullah hanya lafadnya,” ungkap kiai kelahiran Cirebon 1953 tersebut.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai yang pernah nyantri di Lirboyo dan Krepyak tersebut menambahkan, taubat itu sendiri terbagi ke dalam tiga tingkatan. Taubatnya orang awam, yaitu taubat dari segala dosa. Taubatnya ulama, yaitu taubat dari lupa. Dan taubatnya ahli tasawuf, taubat dari merasa dirinya ada (eksis).

“Setiap orang yang merasa dirinya “ada”, bisa jatuh ke dalam kemusyrikan,” ujar kiai yang juga doktor  (S3) University of Umm Al-Qura Jurusan Aqidah atau Filsafat Islam, lulus pada tahun 1994.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kita ini adalah “maujud” (diadakan). Kita hidup 30, 50, 100 tahun hanyalah “diadakan”. Sedangkan yang “ada” (wujud) hanyalah Allah. Dialah yang mengadakan kita. Kita harus merasa sementara dan diadakannya.

Tidak ada “aku” yang sesungguhya, kecuali “Aku”nya Allah, la ilaha ila ana. Tidak ada “dia” yang sesungguhnya kecuali “Dia” allah, lai ilaha ilah huwa. Tidak ada kamu yang sesungguhnya, kecuali Kamu Allah, la ilaha ila anta.

Setelah taubat, sambung bapak dari empat anak ini, akan timbul tingkatan selanjutnya, yaitu waro’i. Orang yang mencapai maqom ini melihat segala sesuatu dengan hati-hati. Yang tidak betul-betul halal, tidak akan diambilnya. Tidak akan mengambil kedudukan yang bukan miliknya.

“Kalau waro’i sudah selesai, timbul zuhud,” tambah kiai yang akrabdisapa Kang Said tersebut.

Zuhud adalah memandang rendah dunia. Misalnya dapat uang 10 juta biasa-biasa saja. Hilang 10 juta juga biasa-biasa saja. Seperti Gus Dur. Saya melihat, ketika dia sebelum presiden, dia bersikap biasa saja. Ketika jadi presiden, bersikap biasa saja. Begitu juga ketika dia tidak jadi presiden.

Kang Said menegaskan, zuhud itu bukan berarti harus melarat, tapi lebih pada sikap. Orang kaya bisa zuhud, orang melarat bisa serakah. Tapi zuhud lebih pada sikap dan cara pandang orang terhadap dunia. Ia menyikapi selain Allah itu kecil.

Tiga tingkatan tersebut berada dalam proses takhalli atau pembersihan diri. Efek kejiwaan sementara orang dalam tingkatan ini adalah khauf, atau takut kepada Allah. “Segala amal soleh dan ibadah yang dilakukannya adalah lita’abud, untuk beribadah.”

Penulis: Abdullah Alawi

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib, Ubudiyah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 07 September 2014

Maroko Sepakat Tambah Kuota Beasiswa Mahasiswa NU

Rabat, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. PBNU diwakili Rais Syuriyah KH Mujib Qulyubi menemui Dirokterat Talimul Atiq Maroko Abdelwahid Bendaoud. Kedatanganya untuk mengajukan penambahan kouta penerimaan mahasiswa NU di universitas-universitas negara tersebut.

Sebelumnya negara tersebut menyepakati menerima 10 mahasiswa per tahun untuk S1 di Insitut Imam Nafi di kota Tanger. Sementara S2 di Institut Darul Hadits, Rabat.

Maroko Sepakat Tambah Kuota Beasiswa Mahasiswa NU (Sumber Gambar : Nu Online)
Maroko Sepakat Tambah Kuota Beasiswa Mahasiswa NU (Sumber Gambar : Nu Online)

Maroko Sepakat Tambah Kuota Beasiswa Mahasiswa NU

Pada pertemuan Jumat 12 desember 2014 lalu tersebut, negara tersebut memberikan tawaran beasiswa di Ta’limul Atiq Qurawiyyin di kota Fez.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Adapun persyaratannya minimal hafal 20 juz, berbeda dengan aturan yang diterapkan untuk pelajar Maroko, yakni 30 juz," ujar Abdelwahid.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pertemuan tersebut didampingi Fungsi Pensosbud KBRI Rabat Muhammad Hartantyo beserta stafnya, serta Ketua Tanfidziyah PCINU Maroko Kusnadi. (Fairuz Ainun Naim/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Khutbah, Ulama Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Senin, 01 September 2014

Masjid Jadi Tempat Sosialisasi KB

Denpasar, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Masjid bukanlah sekadar tempat untuk menjalankan ibadah. Sosialisasi keluarga berencana (KB) pun bisa dilakukan di masjid. "Paling tidak tahun ini 50-100 masjid bisa menjadi pos pemberdayaan keluarga (posdaya)" ujar Wakil Ketua Damandiri Foundation Haryono Suyono.

Hal itu disampaikan dia di sela-sela konferensi internasional pemimpin muslim untuk mendukung program kependudukan dan pembangunan di Inna Grand Bali Beach Hotel, Denpasar, Bali, Rabu (14/2/2007).

Menurutnya, masjid bisa menjadi tempat strategis untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Sebab pengembangan ekonomi dan pendidikan masyarakat bisa dilakukan di masjid. "Jadi masyarakat sekitar bisa berkumpul di masjid untuk mendapat pelatihan, dan sebagainya," imbuh mantan Menko Kesra ini.

Masjid Jadi Tempat Sosialisasi KB (Sumber Gambar : Nu Online)
Masjid Jadi Tempat Sosialisasi KB (Sumber Gambar : Nu Online)

Masjid Jadi Tempat Sosialisasi KB

Ke depannya, tempat ibadah lain seperti gereja, kuil, vihara, pura, dan gereja juga akan dijadikan sentra pengembangangan keluarga. Ditambahkan pria beralis tebal ini, belakangan isu KB terpinggirkan oleh isu politik, reformasi, dan desentralisasi. "Tapi sepertinya presiden sekarang sudah mulai menaruh perhatian lagi pada KB," tukas Haryono.

Sejumlah ulama dari komunitas NU terlibat sebagai peserta dan pembicara dalam acara yang diselenggarakan oleh ICIS NU, BKKBN, dan UNFPA yang akan berlangsung sampai 17 Februari mendatang. (dtc)

Pimpinan Pusat Muhammadiyah



Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Habib, RMI NU, Hadits Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 31 Agustus 2014

Tiga Parameter Keberhasilan Organisasi

Tegal, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Ketua Tanfidiyah Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Tarub H Imam Turmudzi mengingtakan para pengurus ikatan pelajar putra dan putri NU (IPNU-IPPNU) mengenai tiga hal yang menjadi parameter sebuah organisasi atau kepengurusan dianggap berhasil.

Tiga Parameter Keberhasilan Organisasi (Sumber Gambar : Nu Online)
Tiga Parameter Keberhasilan Organisasi (Sumber Gambar : Nu Online)

Tiga Parameter Keberhasilan Organisasi

Pertama, kata H Imam Turmudzi saat memberikan sambutan dalam pelantikan Pengurus Ranting IPNU-IPPNU Desa Purbasana masa khidmat 2012 – 2014 di pendopo balai desa Purbasana, Ahad (30/12) lalu, yakni ketika pengurus berhasil melakukan kaderisasi. 

“Kaderisasi ini bisa dianggap berhasil apabila kepengurusan sebulnya bisa memberikan pengaruh besar terhadap kadernya sehingga mereka mempunyai andil dalam mengembangkan organisasi berikutnya dan bisa memberikan kader baru yang lebih baik,” ujarnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kedua, program yang direncanakan dapat direalisaikan dengan baik. Ketiga adalah dapat memberikan kontribusi kepada masyarkat secara luas, bukan saja secara internal organisasi, sehingga kehadiran organisasi bisa benar-benar dirsakan manfaatnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Nampaknya ini mudah diucapkan tetapi sulit dilakukan, tetapi dengan niat kita yang tulus mudah-mudahan bisa dilaksankan dengan baik,” imbuhnya

Hadir dalam kesempatan itu PC. IPNU-IPPNU Kabupaten Tegal, Kepala Desa Purbasan dan beberapa pengurus NU, PAC. IPNU-IPPNU Kecamatan Tarub. Sebelum prosesi pelantikan gema maulid Nabi dengan didiringi grup hadroh besutan tangan PR IPNU-IPPNU sebagai iringan pengisi acara. Hadir juga  kurang lebih 50 peserta.

Ketua PAC IPNU Kecamtan Tarub Aditio Prasetio mengucapkan selamat kepada pengurus periode yang baru. “Mudah – mudahan periode ini bisa lebih baik lagi,  saya yakin untuk kepengurusan periode ini bisa lebih baik dari periode sebelumnya, karena satu minggu sebelum acara ini, PAC IPNU – IPPNU telah mengadakan Latihan Kader Muda (Lakmud) yang di ikuti oleh seluruh PR/PK IPNU – IPPNU Kec. Tarub , termasuk PR IPNU – IPPNU Desa Purbasana yang begitu antusias mengikuti acara tersebut,” tukasnya.

Aditio Prasetio juga mengimbau pengurus dan anggota yang telah mengikuti Lakmud  untuk bisa mengaplikasakannya pengalaman yang telah di dapatkan kepada Ranting IPNU – IPPNU Desa Purbasana untuk kemajuan PR IPNU IPPNU Desa Purbasana.

Dalam kesempatan itu Kepala Desa Pubasana Drs. Bambang Dwi Kuntoro berpesan agar kepengurusan yang baru lebih ditingkatkan lagi kerjasam antara IPNU-PPNU dengan pemerintah. 

“Sebentar lagi desa kita akan mengadakan pemilihan kepala desa secara langsung untuk itu kami harap IPNU-IPPNU berperan dalam ajang itu mungkin sebagai panitia ataupun yang lain yang dapat memberikan rasa aman nyaman dan bersih, sehingga pemilihan kepala desa nanti tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,” pintanya.

Bertindak melantik dalam kegitan itu Sekretaris PC. IPNU Kabupaten Tegal Wahidun Ma’mur yang didampingi pengurus PAC. IPNU dan pengambil sumpah janji pelantikan IPPNU adalah ketua PC. IPPNU Kabupaten Tegal Lutfatun Nikhlah.

Redaktur    : A. Khoirul Anam

Kontributor: Abdul Muiz Tg.

 

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ulama, Makam Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sabtu, 16 Agustus 2014

Wahai Pemuda, Hidup Itu Akidah dan Perjuangan!

Boyolali, Pimpinan Pusat Muhammadiyah -

Pemuda saat ini adalah pemimpin masa depan. Demikian pula para kader GP Ansor dan Banser, di masa kini, merupakan calon pemimpin bangsa ini di masa depan.

“Ansor di masa kini adalah pemimpin NU, pemimpin bangsa di masa mendatang,” kata Sekretaris PW GP Ansor Jawa Tengah Sholahudin Aly, saat memberikan semangat kepada para peserta pembaretan yang diselenggarakan GP Ansor-Banser Boyolali di Pondok Pesantren Dawar Boyolali, Sabtu (15/4).

Wahai Pemuda, Hidup Itu Akidah dan Perjuangan! (Sumber Gambar : Nu Online)
Wahai Pemuda, Hidup Itu Akidah dan Perjuangan! (Sumber Gambar : Nu Online)

Wahai Pemuda, Hidup Itu Akidah dan Perjuangan!

Ditambahkan Sholah, jamiyyah NU beserta lembaga dan nanomnya menjadi tonggak penting dalam berdirinya NKRI.

Sementara itu, Pengasuh Pesantren Dawar Mojosongo Boyolali KH Abdul Hamid memberikan pesan kepada para peserta pembaretan agar senantiasa memegang dua prinsip hidup.

“Perlu Anda ingat, wahai pemuda Ansor dan Banser, sesungguhnya hidup adalah akidah dan perjuangan! Hidup adalah bagaimana mempertahankan akidah. Akidah Aswaja tidak boleh dirongrong oleh akidah lain,” tuturnya.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kiai Abdul Hamid menambahkan, hidup juga perjuangan. Berjuang untuk agama, berjuang untuk bangsa.

Ia juga mengapresiasi kepada para peserta pembaretan, yang rela menempuh perjalanan dengan jalan kaki sejauh 50 km.

“Semangat para sahabat ini membuat saya merasa bangga dan bahagia. Harapan saya Indonesia ini masih tetap utuh dan kokoh,” tutupnya. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Pertandingan, Nasional, Sejarah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 14 Agustus 2014

Kenapa Kemenag Tentang Penyatuan Madrasah dan Sekolah? Ini Alasannya

Jakarta, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pendidikan di Indonesia dikelola oleh dua kementarian, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang mengelola pendidikan umum dan Kementerian Agama yang mengelola madrasah. Berulangkali terdapat usulan penyatuan sistem pendidikan, tetapi Kementerian Agama berpendapat, pembagian dua wewenang ini merupakan kebijakan yang sudah baik.

Direktur Madrasah, Nur Kholis Setiawan berpendapat, jika madrasah digabung pengelolaanya di bawah Kemendikbud, konsekuensinya adalah madrasah harus ikut desentralisasi. Dan disinilah terdapat potensi masalah.

Kenapa Kemenag Tentang Penyatuan Madrasah dan Sekolah? Ini Alasannya (Sumber Gambar : Nu Online)
Kenapa Kemenag Tentang Penyatuan Madrasah dan Sekolah? Ini Alasannya (Sumber Gambar : Nu Online)

Kenapa Kemenag Tentang Penyatuan Madrasah dan Sekolah? Ini Alasannya

“Ketika madrasah digabung pasti otonomi daerah. Iki arep dadi opo. Wong pendidikan agama yang dikelola pusat saja rongorongannya luar biasa banyaknya. Hingga sekarang, kita belum mampu mengatasi keragaman pendapatan dan friksi paham keagamaan, siapa yang akan mengawal itu,” katanya kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah baru-baru ini.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ia menambahkan, meskipun saat ini ada keterbatasan anggaran pendidikan di bawah Kemenag, yang alokasinya jauh dibawah Kemendikbud, tetapi mengelola pendidikan agama bukan sekedar soal uang.?

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Justru, kita harus menghargai partisipasi masyarakat. Apalagi pesantren. Kebanyakan madrasah kan juga bernaung di bawah pesantren. Ini eksistensinya jauh lebih tua dari dari republik, sehingga negara hadirnya lebih banyak memberikan apresiasi bukan bantuan,” tuturnya.?

Yang diharapkannya adalah kehadiran negara yang lebih proporsional kepada madrasah. Memang ada sejumlah madrasah yang besar dan mandiri seperti di pesantren Tambak Beras Jombang atau di Darunnajah Jakarta. Bagi kedua madrasah tersebut ada atau tidak ada pemerintah, tetap jalan. Tetapi, banyak sekali madrasah-madrasah kecil yang tidak bernaung di bawah yayasan besar yang jumlahnya jauh lebih banyak.?

“Yang kaut-kuat ini kan tidak mencapai 15-20 persen. Apalagi madrasah-madrasah di daerah terpencil, di pedalaman, di daerah perbatasan, yang terluar segala macam. Negara perlu hadir agar madrasah bisa sustain, terutama di daerah pinggiran, pedalaman, dan terluar,” tandasnya.?

Beberapa daerah memiliki kepada daerah yang memberi perhatian terhadap pendidikan agama, tetapi persentasenya tidak banyak sehingga perlu adanya regulasi yang jelas bahwa pemerintah daerah juga mendukung pemberdayaan madrasah. Nur Kholis mencontohkan, beberapa pimpinan daerah yang memiliki perhatian baik kepada pendidikan agama diantaranya adalah Bupati Tangerang yang menyediakan dana BOS bagi madrasah dan dana operasional lainnya. Walikota Sabang juga salah satu yang memberi perhatian kepada madrasah dengan mengalokasikan bantuan untuk seluruh siswa, baik kaya maupun miskin.

Jalan tengah

Nur Kholis menjelaskan, madrasah tidak boleh terjebak dalam dua kutub yang ekstrem keagamaan, ada yang syiah atau wahabi. Upaya untuk menjaga agar madrasah tetap di garis tengah dilakukan dengan mengontrol buku-buku yang dipakai.?

Ia mencontohkan, dalam pembuatan buku untuk Kurikulum 2013 Direktorat Madrasah berkonsultasi dengan Ma’arif NU, Disdakmen Muhammadiyah, termasuk berdiskusi dengan Al Washliyah. “Ini merupakan bagian dari upaya untuk mencari jalan tengah dari keragaman pendapat,” paparnya.? (Mukafi Niam)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah News, Kajian Sunnah Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Rabu, 13 Agustus 2014

Santri dan Kiai Ngontel Keliling Sidoarjo

Sidoarjo, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Berbagai cara dilakukan masyarakat Indonesia untuk memperingati Hari Santri. Di Sidoarjo, santri dan kiai Pondok Pesantren Mambaul Hikam Putat Tanggulangin melakukan aksi ngontel bareng sepeda kuno dengan membawa bendera merah putih berkeliling.

Santri dan Kiai Ngontel Keliling Sidoarjo (Sumber Gambar : Nu Online)
Santri dan Kiai Ngontel Keliling Sidoarjo (Sumber Gambar : Nu Online)

Santri dan Kiai Ngontel Keliling Sidoarjo

Dengan mengenakan seragam kemeja takwa, sarung berwarna putih serta songkok, santri dan kiai mengendarai sepeda onthel. Di setiap lokasi bersejarah, mereka berhenti menyempatkan diri untuk foto bareng dan memanjatkan doa untuk para pahlawan, ulama dan pejuang yang telah gugur dalam peperangan membela kemerdekaan Republik Indonesia.

Pimpinan santri ngontel Nahwan Masudi mengemukakan, ngontel bareng yang diikuti santri, kiai dan alumni tersebut bertujuan untuk melestarikan pribadi santri yang sederhana dan tetap menjunjung tinggi nilai Negera Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Kita mencoba melestarikan pribadi yang sederhana, asli Indonesia," kata Nahwan Masudi.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Nahwan berharap, ke depan santri bisa ikut serta berperan aktif di tengah masyarakat dengan baik, dengan gaya yang elegan, tapi tetap khittah santri.

"Kami mengajak masyarakat, khususnya para pemuda untuk tidak malu belajar di pondok pesantren. Mengingat pengaruh negatif dan kenakalan remaja saat ini kian marak. Seperti peredaran dan penggunaan narkoba, miras, balap liar dan kegiatan negatif? lainnya," ujarnya.

Hadir sebagai peserta ngontel sekaligus membuka acara tersebut, KH Wahid Harun jajaran syuriah PCNU Sidoarjo, Ketua RMI KH Ahmad Alawy, Ketua PC Lajnah Falakiyah KH Agus Arifuddin dan segenap jajaran pengasuh ponpes Mambaul Hikam yang kemudian rombongan ngontel menuju alun-alun Sidoarjo guna mengikuti upacara Hari Santri. (Moh Kholidun/Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Humor Islam, Kiai, Pendidikan Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Kamis, 07 Agustus 2014

Pelajar NU Giatkan Ngaji Kitab Kuning, I’tikaf, dan Santunan Yatim

Kendal, Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar NU (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) Margomulyo Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah mengisi bulan Ramadhan dengan berbagai kegiatan positif, antara lain ngaji kitab kuning, tadarus bersama, i’tikaf di 10 hari terakhir malam ganjil, buka bersama, serta santunan anak yatim.

Pelajar NU Giatkan Ngaji Kitab Kuning, I’tikaf, dan Santunan Yatim (Sumber Gambar : Nu Online)
Pelajar NU Giatkan Ngaji Kitab Kuning, I’tikaf, dan Santunan Yatim (Sumber Gambar : Nu Online)

Pelajar NU Giatkan Ngaji Kitab Kuning, I’tikaf, dan Santunan Yatim

Ketua Pimpinan Ranting IPNU Margmulyo Ahmad Heru Mengatakan, kegiatan ini penting digelar untuk menghidupkan bulan Ramadhan. “Pemuda harus semangat dalam syiar keagamaan, kita tidak boleh kalah dengan perkembangan zaman,” katanya Rabu (29/6).

Agenda tahunan PR IPNU-IPPNU Margomulyo berupa ngaji kitab kuning dan tadarus bersama telah selesai, tepat di 20 hari Ramadhan lalu, dengan dibina langsung oleh Kiai Muhtadin. Kitab Zadush Shaimin dipilih sebagai bahan kajian Ramadhan tahun ini. Kitab ini berisi tentang amaliah-amaliah di bulan Ramadhan dan mengupas tuntas perbedaan-perbedaan pendapat para ulama terdahulu seperti bilangan shalat tarawih hingga perkara-perkara yang membatalkan puasa.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

?

Setelah kajian kitab selesai sekitar pukul 21.30 dilanjut tadarus bersama satu hari satu juz Al-Qur’an. “Kami berharap dengan kegiatan-kegiatan di bulan Ramadhan tahun ini bisa menambah khazanah amal baik kami IPNU-IPPNU Desa Margomulyo, sebagai semangat dan motivasi agar pemuda selalu fastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam hal kebaikan,” ungkap Dian Amila, Ketua Pimpinan Ranting IPPNU Margomulyo.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

?

Masih ada dua fokus kegiatan Ramadhan yang akan dilaksanakan, yakni i’tikaf di 10 malam ganjil terakhir di bulan Ramadhan dan buka bersama serta santunan anak yatim.

“Program i’tikaf sudah berjalan, saya selalu mendukung program-program Pemuda IPNU-IPPNU khususnya di Ranting Margomulyo, saya juga selalu mengingatkan agar semua kegiatan harus diniatkan karena Allah SWT sebagai dasar ketaqwaan kita kepadanya,” ungkap Kiai Muhtadin sebagai pembina IPNU-IPPNU.

Program i’tikaf akan diisi dengan istighotsah dan shalat tasbih. Buka bersama di tahun ini pun sedikit berbeda, karena akan dibarengkan dengan santunan anak yatim dengan mengusung tema “Indahnya Berbagi dalam Kebersamaan”. Kegiatan buber dan santunan anak yatim dijadwalkan berlangsung Sabtu besok tepatnya, 2 Juli 2016 dengan sumber dana sukarela dari anggota, para alumni, dan donatur.

“Semoga acara tahun ini bisa bermanfaat khususnya untuk para pemuda, dan semoga dapat mempererat tali silaturahmi keluarga besar IPNU-IPPNU Desa Margomulyo,” tambah Ahmad. (Charis Assagaf-Syarif/Mahbib)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nusantara, Humor Islam, Kyai Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 05 Agustus 2014

Rais Aam PBNU Ceritakan Sekilas tentang Syaikh Nawawi

Serang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Rais Aam PBNU KH Maruf Amin menjelaskan sekilas siapa Syaikh Nawawi. Menurutnya, Syekh Nawawi merupakan ulama kelahiran Tanara, Kecamatan Tirtayasa, Serang, Banten. Ia bernama lengkap Abu Abdullah Al-Muthi Muhammad Nawawi bin Umar Al-Tanari Al Bantani Al Jawi.

Menurut Kiai Maruf, sosoknya terkenal ulet untuk mencari ilmu. Ia disebut-sebut pertama kali belajar dengan ulama besar asal Purwakarta KH Yusuf. Setelahnya ia memutuskan untuk pergi ke tanah suci guna menunaikan ibadah haji. Tidak sampai di situ, usai pelaksanaan ibadah haji, Syaikh Nawawi tidak langsung kembali ke Tanah Air. Ia kembali mendatangi sejumlah ulama besar yang berada di Makkah.

Rais Aam PBNU Ceritakan Sekilas tentang Syaikh Nawawi (Sumber Gambar : Nu Online)
Rais Aam PBNU Ceritakan Sekilas tentang Syaikh Nawawi (Sumber Gambar : Nu Online)

Rais Aam PBNU Ceritakan Sekilas tentang Syaikh Nawawi

Beberapa ulama tersebut antara lain: Syaikh Ahmad Khatib Sambas yang merupakan Imam Masjidil Haram, Syaikh Nahrawi, Syaikh Ahmad Dimyati, Muhammad Khatib Hambali, Ahmad Zaini Dahlan dan Syaikh Abdul Hamid Daghestani.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Syaikh Khatib Sambas belakangan menunjuk Syaikh Nawawi untuk menggantikannya sebagai Imam Masjidil Haram lantaran uzur. Dari sinilah ia mulai disapa sebagai Syaikh Nawawi Al Jawi,” katanya pada peluncuran peresmian Sekolah Tinggi Ilmu Fiqih (STIF) Syekh Nawawi Tanara (SYENTRA), Banten, Sabtu (3/9), .? ?

Kiai Ma’ruf menambahkan, sosok Syaikh Nawawi juga dikenal sebagai penulis yang produktif. Beberapa literatur menyebut karyanya sudah mencapai lebih dari 100 judul beragam disiplin ilmu, mulai dari ilmu kalam, tauhid, tafsir, syariah, sejarah dan lain-lain.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sejumlah karyanya yang diakui dunia internasional seperti Tafsir Marah Labid, Atsimar al-Yaniah fi Ar-Riyadah al-Badiah, Nurazh Sullam, al-Futuhat al-Madaniyah, Tafsir Al-Munir, Tanqih Al-Qoul, Fath Majid, Sullam Munajah, Nihayah Zein, Salalim Al-Fudhala, Bidayah Al-Hidayah, Al-Ibriz Al-Daani, Bugyah Al-Awwam, Futuhus Samad, dan al-Aqdhu Tsamin, yang sebagian dari karya-karyanya itu diterbitkan di Timur Tengah.

Syaikh Nawawi wafat pada usia 84 tahun di Syeib Ali, sebuah kawasan di pinggiran kota Makkah, tepatnya 25 Syawal 1314 H (1879 masehi). (Redaktur: Abdullah Alawi)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ubudiyah, Sholawat Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Minggu, 03 Agustus 2014

Harga Beras Naik di Subang, Pemerintah Abai Awasi Harga Sembako

Subang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Beberapa hari terakhir harga Sembako khususnya beras di Subang merangkak naik sampai angka sepuluh ribu per liter. Kenaikan harga ini membuat ibu-ibu rumah tangga mengeluh. Mereka mempertanyakan sebab kenaikan harga beras tersebut.

"Istri saya dan teman-temannya sesama ibu rumahtangga mengeluh. Tidak masuk di akal mereka ketika harga beras sampai sepuluh ribu seliter?" kata Tito Taqiyudin, warga Caracas, Kalijati, Subang, Senin (23/2).

Harga Beras Naik di Subang, Pemerintah Abai Awasi Harga Sembako (Sumber Gambar : Nu Online)
Harga Beras Naik di Subang, Pemerintah Abai Awasi Harga Sembako (Sumber Gambar : Nu Online)

Harga Beras Naik di Subang, Pemerintah Abai Awasi Harga Sembako

Mantan Ketua Ranting NU Caracas ini pun mengkritik pemerintah yang mencanangkan swasembada pangan bahkan menjadikan Subang sebagai salah satu lumbung padi nasional.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

"Ini paradoks, Pak Jokowi mencanangkan swasembada pangan bahkan Subang diproyeksikan jadi lumbung padi nasional. Tetapi faktanya di Subang sendiri beras malah mahal?"

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Tito mengatakan, beras adalah kebutuhan primer masyarakat. Jika ini tidak terpenuhi maka akan berdampak pada konflik rumah tangga. "Kalau beras terus-terusan mahal nanti bapak-bapak di komplain terus sama istrinya."

Guru madrasah itu berharap para elit politik selalu damai dan rukun agar bisa bekerja untuk kesejahteraan masyarakat. "Para elit politik yang di atas kalau mau rebutan kekuasaan silakan saja. Tapi kompetisinya yang sehatlah, jangan korbankan kami yang ada di akar rumput," kata Tito.

Kegaduhan politik di media, kata dia, berdampak pada lepasnya pengawasan harga sembako di masyarakat karena mata publik diarahkan untuk terus-terusan menonton konflik KPK-Polri.

"Apa untungnya berita cicak-buaya itu buat kami? Tidak ada! Karena, kesejahteraanlah yang menjadi dambaan kami," imbuhnya.

Menurut Tito, naiknya harga beras di Subang disinyalir karena dihapusnya program raskin (Beras miskin). "Jadi para bandar beras bisa menentukan harga seenaknya, karena gak ada yang mengimbangi. Kalau dulu kan ada raskin yang bisa mengimbangi harga beras," pungkasya. (Aiz Luthfi/Alhafiz K)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Meme Islam, Cerita Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Selasa, 29 Juli 2014

Musker Jatman Sidoarjo Usung "Islam Rahmatan lil alamin"

Sidoarjo, Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Jam’iyyah Ahlit Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyah (Jatman) Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mengadakan Musyawarah Kerja (Musker) ke-1 Idarah Su’biyyah, Sabtu (7/9), Kedungcangkring, Jabon, Sidoarjo.

Dalam Musker ini panitia mengusung tema “Dengan Musyawarah Kerja Kita Tingkatkan Kualitas Dzikir  dan Pengabdian Diri untuk Menyebarkan  Islam Yang Rahmatan lil ‘Alamin dalam Ridla Illahi”.

Musker Jatman Sidoarjo Usung Islam Rahmatan lil alamin (Sumber Gambar : Nu Online)
Musker Jatman Sidoarjo Usung Islam Rahmatan lil alamin (Sumber Gambar : Nu Online)

Musker Jatman Sidoarjo Usung "Islam Rahmatan lil alamin"

Rais Majelis Ifta` Jatman Sidoarjo KH Sholeh Qosim mengatakan, kegiatan ini merupakan bentuk pelaksanaan amanat musyawarah daerah I sebagai wujud kecintaan dan pengabdian kepada lembaga.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

“Juga untuk menggali dan meneladani semangat perjuangan para mu’asyis (pendiri) tarekat dalam memberikan kemanfaatan kepada manusia,” katanya sebagai rilis yang diterima Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Dalam musker pertama ini, forum membahas rancangan program Jatman yang tersebar dalam sejumlah lembaga, seperti Majelis Ifta’, ifadliyyah, Imdlaiyyah, Imdadiyyah; dalam Imdadiyyah dibagi menjadi 4 bagian, yaitu Lajnah Bahtsul Masa-il, Lajnah Manajemen dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Lajnah Iqtisadiyah, Muslimat Thariqoh Mmu’tabarah, Lajnah Mahasiswa Ahliththoriqoh Mu’tabaroh an-Nahdliyah (Matan). 

Pimpinan Pusat Muhammadiyah

RaisI daroh Syu`biyah Sidoarjo KH Nadhir Syafi`i mengatakan, musker ini sangat penting untuk menjalankan program jam`iyah, menyamakan persepsi antar masyayih dan mursyid tarekat di lingkungan NU, serta menjalin silaturrahim. (Mahbib Khoiron)

Dari Nu Online: nu.or.id

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Santri, Berita Pimpinan Pusat Muhammadiyah