"Istri saya dan teman-temannya sesama ibu rumahtangga mengeluh. Tidak masuk di akal mereka ketika harga beras sampai sepuluh ribu seliter?" kata Tito Taqiyudin, warga Caracas, Kalijati, Subang, Senin (23/2).
![]() |
Harga Beras Naik di Subang, Pemerintah Abai Awasi Harga Sembako (Sumber Gambar : Nu Online) |
Harga Beras Naik di Subang, Pemerintah Abai Awasi Harga Sembako
Mantan Ketua Ranting NU Caracas ini pun mengkritik pemerintah yang mencanangkan swasembada pangan bahkan menjadikan Subang sebagai salah satu lumbung padi nasional.Pimpinan Pusat Muhammadiyah
"Ini paradoks, Pak Jokowi mencanangkan swasembada pangan bahkan Subang diproyeksikan jadi lumbung padi nasional. Tetapi faktanya di Subang sendiri beras malah mahal?"Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Tito mengatakan, beras adalah kebutuhan primer masyarakat. Jika ini tidak terpenuhi maka akan berdampak pada konflik rumah tangga. "Kalau beras terus-terusan mahal nanti bapak-bapak di komplain terus sama istrinya."Guru madrasah itu berharap para elit politik selalu damai dan rukun agar bisa bekerja untuk kesejahteraan masyarakat. "Para elit politik yang di atas kalau mau rebutan kekuasaan silakan saja. Tapi kompetisinya yang sehatlah, jangan korbankan kami yang ada di akar rumput," kata Tito.
Kegaduhan politik di media, kata dia, berdampak pada lepasnya pengawasan harga sembako di masyarakat karena mata publik diarahkan untuk terus-terusan menonton konflik KPK-Polri.
"Apa untungnya berita cicak-buaya itu buat kami? Tidak ada! Karena, kesejahteraanlah yang menjadi dambaan kami," imbuhnya.
Menurut Tito, naiknya harga beras di Subang disinyalir karena dihapusnya program raskin (Beras miskin). "Jadi para bandar beras bisa menentukan harga seenaknya, karena gak ada yang mengimbangi. Kalau dulu kan ada raskin yang bisa mengimbangi harga beras," pungkasya. (Aiz Luthfi/Alhafiz K)
Dari Nu Online: nu.or.id
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Meme Islam, Cerita Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar